Dimas.

91 8 8
                                    

"DIMAAAS LARIIIII, EH CURUT LARIII GC," Ucap laki-laki itu kepada saudaranya setelah mereka baru saja turun dari tembok sekolah yang terbuat dari batu bata.

"Lo gak liat apa, sakit nih kaki. Emang lo mau gendong gue?" Ucap saudara laki-laki itu, bernama Dimas.

Sedangkan yang ditanya malah mengabaikan dan melihat dari celah tembok yang bolong, seorang guru datang dengan sebuah kepalan ditanganya.    "Mampus ada guru datang, Gue duluan ya Dim. Kita ketemuan ditempat biasa aja," lalu laki-laki itu pergi kearah jalan yang sedang sepi dari lalu lalang orang.

"DAMAAAAR. DASAR SEPUPU LAKNAT LO ANJIR." dengan sekuat tenaga, Dimas berusaha untuk mengangkat kakinya yang terkilir. Karna ia juga mendengar seorang guru telah berteriak memanggil namanya, maka ia semakin mempercepat langkahnya menuju sebuah cafe dibelakang sekolah yang biasa Dimas dan Damar kunjungi.

Dimas berusaha menahan sakitnya dan ia berhasil sampai didepan toko dengan selamat. Karna toko itu tutup, Dimas menyempatkan beristirahat untuk mengatur deru nafasnya yang tidak teratur dan meluruskan kakinya yang terkilir. Keringatnya juga berhasil membuat seragam SMA nya basah.

Jepret

Dimas mengalihkan pandanganya ke seorang gadis dengan kamera ditanganya yang menatapnya dengat tatapan sulit diartikan. Dimas menyipitkan matanya, berharap supaya ia mengingat apakah ia pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya.

"Lo siapa?" Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Dimas. "Eh gausah dijawab, gue udah tau lo siapa----fans gue kan?" Kemudian Dimas tertawa.

Gadis itu masih diam hingga tawa Dimas terhenti, "Fans? Mana ada yang mau nge-Fans sama cowok yang cabut sekolah,"

"Tuhkan tau kalo gue cabut sekolah. Fix lo keterima jadi Dimaslopers," Dimas tertawa lagi, "Oiya,Congrats yaa,"lanjut Dimas disela tawanya.

Gadis itu membuang muka kearah lain, lelaki didepannya ini membuat semua mood nya berantakan, awal nya ia hanya ingin menawarkan sesuatu pada lelaki itu, tapi sepertinya ia salah orang.

"Udah ketawanya? Kayaknya gue salah orang deh, gue duluan ya," lalu gadis itu melangkahkan kakinya untuk memutar badanya meninggalkan tempat ini.

"Ehh tunggu."

Suara Dimas membuat Gadis itu diam ditempatnya.

"Baper banget jadi cewek. Ngapain tadi foto-foto gue segala?"

"Lo mau tau?" Ucap gadis itu. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lama-lama dengan sebuah projek di tanganya ini, lelaki didepanya memang sudah sangat tepat untuk mengisi semuanya.

"Iyalah."

"Kita bisa ngobrol sebentar gak?" Kalimatnya terhenti sebentar lalu melihat kiri kanannya untuk mencari tempat yang pas untuk mengobrol. "Tapi gak disini, kita ke warung sana aja," Gadis itu menunjuk sebuah warung dipinggir jalan yang kebetulan sedang sepi.

Dimas mengalihkan pandanganya kearah warung dan bibirnya sempat tersenyum beberapa detik, "Maksud lo, kita nge-Date gitu?"

"Najisin banget sih lo jadi cowok, please jangan buat mood gue ancur,"

"Yelah mbak. Iyadeh apapun itu, gue gabisa ngobrol sekarang," Ucap Dimas sambil mencoba berdiri dari duduknya tadi. Tapi sial, ia tidak kuat untuk berdiri lalu tatapannya beralih ke gadis itu. "Lo gak mau bantuin gue apa?"

Gadis itu mengerutkan keningnya, "Enggak, Kalo emang gabisa turun dari tembok, ya gausah sok-sok an, mendingan lo belajar yang giat supaya bangsa ini gak kehabisan penerusnya dimasa depan,"

Dimas memutar bola matanya, "Yayayaa, kalo emang gak niat bantuin, ya bilang. Gausah pake ceramah --mamah dedeh gitu--" Dimas langsung mencoba bangun lagi dari duduknya. Walaupun sangat sakit ia memaksakan untuk bangkit supaya ia tidak terlihat lemah dihadapan gadis itu.

Setelah berhasil berdiri, Dimas memandang gadis itu dari bawah lalu ke atas. Ia baru sadar bahwa gadis ini berseragam SMA juga seperti dirinya "Lo SMA?"

Gadis itu menaikkan alisnya, "Lo pikir?"

🙈🙈🙈🙈

A/N

Hi! Welcome in Dimas Damar Story

Siap-siap baper sama mereka berduaaaaa

Go Vomments guys!!🎉🎉🎉

Dimas DamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang