LFH - 6 -

209 8 0
                                    

________________________________________________________

6. The Job(s)

________________________________________________________

aku meneguk segelas air putih hingga tak tersisa. pikiranku masih tak percaya dengan apa yang 2 jam lalu dikatakan oleh aiden.

'kau kuangkat jadi sekretarisku'

kalimat itu terus terngiang dikepalaku. apa benar aiden bilang begitu? apa aku tak salah dengar? astaga.. kalau memang benar...

apa itu artinya aku akan berada dalam satu ruangan dengan aiden?

apa aku akan benar benar tau semua jadwal kegiatan aiden??!

apa aku.. hei hei tungu dulu, kalau aku jadi sekretaris, jadi pekerjaanku sebagai seorang designer bagaimana? design designku bagaimana? mimpiku untuk menjadi designer internasional.. mau dikemanakan?

aku tak habis pikir dengan tingkah aiden, bagaimana bisa dia dengan seenaknya menyuruhku untuk menjadi sekretarisnya tanpa persetujuan dariku? dan lagipula.. apa aku cocok jadi sekretaris pribadi direktur utama diperusahaan besar seperti ini?

ya tuhaaaaannnnn....! berilah gadis lemah nan terpuruk sepertiku ini petunjuuukk.... 

ah sudahlah aku malah melanklonis. lebih baik aku melanjutkan pekerjaanku.. hei tunggu dulu, jadi saat ini aku seorang designer atau sekretaris? aku harus mendesign atu mencatat? aduuuh.. aku bingung. jadi apa yang harus kulakukan sekarang??

"sekarang kau sekretarisku, jadi cepat bereskan semua barang barangmu ini." suara berat aiden membuatku terperanjat. aku mendongak dan menatap aiden yang berdiri santai didepan meja kerjaku.

seperti biasa, dengan tatapan maut yang selalu mengggetarkan sesuatu didalam rongga dadaku.

"kalau kau diam terus begitu, kau bisa kupecat. cepat dan jangan membuatku menunggu. aku ada rapat satu jam lagi." 

"eh eh eh! tunggu! hei kau! apa maksudmu seenaknya menyuruh aku menjadi sekretarismu?! akukan seorang designer!" ucapku sedikit emosi.

"sekarang kau sekretarisku. dan cepatlah berkemas, aku tak mau terlambat hanya karna gadis tak penting sepertimu." kata kata tajam aiden semakin menaikkan emosiku. namun belum sempat aku menumpahkan amarahku, aiden sudah berjalan menuju lift.

"hei tunggu!" seruku sambil berlari mengikutinya. sama seperti hari pertama kami bertemu disini, lift itu langsung tertutup ketika aku masuk.

 "kau.. kenapahhh.. hah hah.." aku membungkuk berusaha mengembalikan oksigen yang tadinya menghambur keluar dari paru paruku.

setelah merasakan bahwa aku sudah bernafas normal, aku berdiri sambil memberikan tatapan tajamku pada aiden.

"apa yang kau lakukan? jangan melihatku seperti itu. kau mau memperkosaku ya?" ucap aiden tanpa menatap wajahku. astaga! uuaaapaahh?!! pria ini benar benar keterlaluan!

"siapa yang mau memperkosamu?!! kaukan pria! mana ada gadis yang memperkosa pria! dasar tolol!!" aku berteriak tepat diwajah aiden, mengeluarkan emosi yang mengganjal. tapi bukannya hilang, emosiku justru semakin memuncak ketika mengetahui bahwa aiden malah mengacuhkanku. ya tuhan bunuh akuuu....! oh tidak, bunuh pria dihadapanku ini..........!!

aku putuskan untuk diam dan menahan emosiku yang hampir saja meledak dan menyebabkan hiroshima juga nagasaki hancur. 

pintu lift terbuka, aiden berjalan duluan didepanku. aku menjulurkan lidahku dibalik punggungnya, kesal.

LOOKING FOR HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang