Obat Anti Linglung

364 14 7
                                    

Kurcaci Lilo kena marah lagi. Istri nya minta dibelikan gula, tapi ia malah membeli terigu. Akhirnya ia harus kembali ke pasar untuk menukarnya.

   "Mungkin kau sudah mulai tua,Lilo. Jadi sering lupa, alias pikun," ujar Sisil, kurcaci yang menjual terigu pada Lilo.
Untungnya Sisil masih mau mengganti terigu Lilo dengan sekantong gula.

   "Tidak mungkin. Rambutku saja belum ada uban satu pun," sangkal Lilo cemberut.

   Lilo memiliki bengkel kecil dirumahnya. Ia biasa diminta memperbaiki bermacam barang yang rusak. Tidak banyak yang memiliki keahlian seperti dirinya. Karena itu, banyak antrean barang yang harus diperbaiki di bengkel nya itu.

   Seperti hari ini, Lilo sedang sibuk memperbaiki sepeda kayu Dago.

Srek! Srek! Srek! Terdengar bunyi laci satu persatu dibuka.

   "Aku mencari apa, ya?" Pikir Lilo bingung. Ia kembali ke sepeda kayu Dago.
   "Oiya, sekrup nomor sepuluh," pekiknya sambil menepuk dahi.

   Lain waktu, Lilo masuk ke dapur lantas bergumam, "Apa yang mau kuambil tadi?"

   Ia berusaha mengingat-ingat. Namun tak menemukan jawabannya. Lilo menggerutu sendiri. Padahal, ia hanya mau mengambil obeng yang ketinggalan di meja dapur.

   "Dori, coba kemari." Lilo memanggil istrinya.
   "Kau lihat alat pemutarku?" Tanyanya.
   "Alat pemutar apa?" Dori tak mengerti.
   "Itu, yang biasa kupakai untuk mengencangkan sekrup. Apa itu namanya?" Lilo berpikir keras.

   Dori menggeleng-geleng. Ia meninggalkan Lilo lalu kembali membawa benda yang di cari Lilo,
   "Obeng ini?" Ucapnya kesal.

***
   Keesokan harinya, Dago datang ke bengkel Lilo untuk mengambil sepeda kayu. Ia melihat Lilo sedang termenung.

   "Kau kenapa, Lilo?" Tanya Dago.
   "Entahlah Dago. Akhir-akhir ini aku sering lupa. Aku baru saja kena marah Dori. Mestinya aku merebus daging. Aku tidak sadar kalau yang kumasukkan kedalam panci malah pisau dagingnya. Seperti kurcaci ling lung saja."
  
Dago tertawa. Ia memperhatikan Lilo. Wajah Lilo sedikit pucat. Kantung matanya menghitam. Dago merasa kasihan pada temannya itu.

   "Aku punya obat anti linglung. Cobalah, siapa tau bisa membuatmu lebih baik."

    Lilo senang mendengar tawaran Dago. Ia ikut ke rumah Dago untuk mengambil obat untuk linglung.

   Dago mengambil botol kaca berwarna hijau. Lantas ia sodorkan pada Lilo.
  
   ''Ini obatnya. Kau harus mematuhi tata caranyaagar obatnya bekerja. Sudah aku tulis untukmu," kata Dago.
Makan tiga kali sehari.
Pergi tidur jam sembilan malam.
Bangun tidur jam lima pagi.
Jalan-jalan keliling desa setiap pagi.
Minum obat satu sendok setelah sarapan.

   "Banyak sekali aturannya," keluh Lilo.
   "Tambah satu lagi. Setiap hari minggu, datang kemari. Aku ingin memastikan apakah penyakit linglungmu sudah sembuh atau belum," tambah Dago.
   "Baik... baiklah."

   Lilo meminta dori untuk selalu mengingatkan aturan obat anti linglungnya. Lilo khawatir kalo ia lupa.
   "Pahit?" Tanya dori saat hari pertama Lilo meminum obatnya.
    Lilo menggeleng, "Tak ada rasanya."

   Saat hari minggu tiba, Lilo mendatangi Dago.
   Dago bilang, lilo masih harus meminum obat anti linglungnya.

     Lama-lama, Lilo tak perlu alarm Dori untuk mengingatkan aturan obatnya. Lilo bangun pagi, jalan keliling desa, memakan sarapan buatan Dori, minum obat, lantas bekerja. Ia juga tak pernah tidur larut..
   "Kau merasa lebih baik, kan?" Tanya Dago saat bertemu Lilo lagi di hari minggu berikutnya. Kali ini, Dago yang datang kerumah Lilo.

    Lilo mengangguk senang, "aku tak pernah merasa sesehat ini. Obatmu sungguh manjur."
    "Syukurlah kalau begitu. Sekarang, berikan obatnya kembali kepadaku," pinta Dago.
   "Tidak. Aku rasa, aku perlu meminumnya setiap hari, Dago. Aku akan membayarnya."
    Dago tertawa, " yasudahlah, untukmu saja kalau begitu."
    Lilo merasa heran, "apa obat ini tidak mahal?"

    Dago menggeleng sambil senyum-senyum. Lilo jadi curiga.
Pasti temannya itu merahasiakan sesuatu. Dago pun tak bisa menahan tawa.

   "Iya ... iya. Aku mengaku. Cairan dalam botol itu sebenarnya hanya air putih biasa, Lilo bukan obat mujarab," ujar Dago. Lilo tampak bingungn
   "Dori mengeluh padaku tentang kebiasaanmu. Kau bekerja di bengkel hingga lupa makan dan kurang tidur. Mungkin semua itu membuat tubuhmu dan pikiranmu kelelahan. Makanya kau jadi linglung," jelas Dago.
    "Yang kau butuhkan bukan obat. Kau hanya perlu hidup sehat. Cukup makan, cukup istirahat, cukup olahraga, cukup hiburan. Aturan minum obat itu, yang membuatmu merasa bugar lagi," tambah Dago.
    Lilo tersenyum malu. Perkatan Dago memang benar semua. Cara Dago ampuh. Kalau hanya nasihat untuk hidup sehat, Lilo mungkin tak terlalu memedulikan. Makanya Dago memberi obat anti linglung palsu itu dengan banyak aturan.
    "Terima kasih, teman," ucap Lilo tulus. Lilo pun terus menjalankan aturan obat anti linglung agar selalu merasa sehat. :)

    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Short stories (dari majalah bobo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang