Sudah kutemukan cara melupakanmu pada setiap hening senja yang datang sekejap mata lalu pergi meninggalkan cahaya merah di ufuk barat. Menyisakan luka, meninggalkan kenangan. Kadang kutulis semua rasa pada kertas dan kutautkan kata menjadi puisi sebagai penghantar rasa rindu dan cintaku padamu. Besok, jika aku sudah melupakanmu dengan damainya. Jangan kau cari aku sepertiku yang mencarimu sekuat tenagaku. Namun saat itu, kau tidak pula beranjak dari tempatmu duduk, lebih suka bersembunyi dan menjadikan aku bonekamu. Sedangkan aku susah payah mengendalikan hati dan warasku agar ia tak ikut hilang bersamamu.
Bagiku, melupakanmu memang sulit. Teramat sulit malah. Tapi usaha ku untuk sembuh tidak ada ujungnya. Sembuh dari sakit, rindu dan kecewa. Kembali memulihkan hati, mencoba berharap kembali. Tapi bukan berharap kepadamu. Berharap kepada sang maha cinta agar aku tidak kecewa berkali-kali.
Aku akan melupakanmu dengan membunuh waktu senggangku. Berharap waktu akan membantu banyak memulihkan rasa. Menenggelamkan diri dengan pekerjaan yang banyak. Kadang waktu luang ku pakai untuk menulis keluhan-keluhan hati. Mengurangi tidur dan berusaha agar tidak sedikit pun memikirkanmu. Menerimamu sebagai masa lalu dan kenangan.
Tapi semua usahaku seolah tak jadi apa-apa. Hanya usaha tanpa hasil. Aku tetap membayangkan senyummu, matamu, dan gelak tawamu. Aku kembali kehilangan warasku ketika hujan deras jatuh membasahi kota kita. Membasahi hatiku yang sepi. Hujan yang menghujam jantung itu kembali menusukku dan membuatku ingat dengan masa-masa indah kita. Tempatnya masa laluku.
Setiap hujan, deras atau tidak. Selalu datang dengan tiba-tiba. Seperti kenangan yang juga datang tiba-tiba. Itulah sebabnya aku kembali mengingat tentangmu. Meski kubunuh paksa, namun tetap juga ia hadir sebagai luka.
Cara terakhir untuk melupakanmu. Terpaksa akan ku terima dirimu sebagai kenangan, akan ku ikhlaskan dirimu sebagai masa lalu.
Hal keliru dalam melupakan ialah cara kita melupakan. Semakin dilupakan maka semakin kita ingat apa yang ingin kita lupakan. Maka cara terakhirku melupakanmu, ialah dengan menerima kenangan bersamamu. Pasrah, namun berharap hilang cinta di dada.
*Demi kamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poesia(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...