Kini ku putuskan untuk hijrah. Hijrah dari hidupku yang gelap gulita. Aku iri ketika melihat Aisyah begitu menawan, aku iri dengan setiap kelebihan yang ada padanya.
aku bangkit dari duduk diamku, sekadar membasuh muka dengan wudhu. Agar perasaan kacau menjadi tenang.
Begitulah kata Aisyah, ketika kita gundah maka dekatkan diri pada Alkhaliq. Agar mudah dan dipermudah. Setelah usai berwudhu, melangkah menuju ruangan kampus tempatku menimba ilmu.
Disini kuhabiskan hariku sebagai mahasiswi program studi Master. Aku mengambil jurusan yang pantas akan skill ku.
Ya,aku bernaung dibawah jurusan Hukum. Yang setiap aku menelaah ucapan dosen membuat pusing kepala. Susahnya otak ku memahami, namun inilah kurangnya aku.
"Zahra! " pekik suara nan lembut memanggil namaku dari kejauhan.
Menyadarkan aku dari lamunan berkepanjangan.
Masih dalam suasana rindu, rindu yang menusuk lembut relung hati, perlahan, namun pasti. Aku berpaling, ku dapati Aisyah dengan gamisnya kemerahan, semerah pipinya saat mengambangkan senyumnya. "Uhh, dia cantik"lirih dalam hati ku akui akan hal itu.
Aku tersenyum tipis saat dia mengenggam tanganku. "Assalamualaikum zahra!" Ucapnya lembut. Kubalas dengan serupa. Berusaha membalas dengan gaya lembutnya, seandainya mampu. "Wa'alaikumsalam, ada apa Aisyah terlihat Buru Buru? " Tegasku melihat tetesan air di pelipis matanya, tandanya dia begitu tergesa gesa. Aisyah mengatur napas, memperbaiki ritme pernapasan.
Dia tarik sedikit kerudung hitamnya, agar tidak terlihat miring disisi kiri dan kanannya. Mulutnya berkomat kamit istighfar lalu berujar"MasyaAllah, Ana begini ingin menemui anti zahra. Ana telpon anti, anti tak kunjung diangkat, sms tak kunjung dibalas juga khawatir ana dengan kondisi anti. Maka pergilah ana menemui anti di kampus" Ucapnya sambil menatap erat mata yang di depannya.
Dalam hati, kurasakan lembutnya hati Aisyah. Perhatian yang dia tuangkan di sela kesibukannya. "Iya, maaf. Saya lagi gundah,mencoba bangkit atas terpuruknya jiwa ini. Dukung saya ya! " kubalas dengan kata kata yang seadanya, apa adanya.
Karena memang itu yang kurasa, bukan ditiadakan bukan pula dilebihkan. Saat itu juga, aisyah sodorkan Al qur'an bersampul pink bungkusnya manis desainnya elegan. Dengan warna emas di tepiannya, membuat eksotisnya semakin sarat. "Ketika gundah kuatkan dengan bacaan al-qur'an, insyaallah dimudahkan" balasnya ketika kaki kecil ini terhenti di depan mobil jazz silver di parkiran kampus. Kurasakan tetesan air dingin dari langit biru.
Awan hitam berjalan pelan memenuhi angkasa. Hujan. "Aisyah, jika aku dapat menjadi lebih baik. Apakah hanya karena rinduku pada Fatih?.Apa hanya karena ingin menarik simpatinya aku ganti penampilanku seperti dirimu? " ucapku takala hujan semakin deras, mengguyur kami dalam perbincangan kecil penuh makna.
Aisyah terhenyak atas ucapanku.Dia pegang tanganku dan berjalan mundur saat berkata"Semuanya karena Allah"
Aisyah berjalan mundur dan berpaling dengan senyum tipis bercampur kecewa dalam sisi wajahnya.
Aku diam seribu bahasa di depan pintu mobilku, kubiarkan bajuku basah kuyup. Aku terhenyak dan masuk ke mobil.
Kulihat sosok Aisyah hilang ditelan garis garis putih kelam.
Aku berpejam. Berharap semuanya akan selesai..
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Senja (Pending)
EspiritualKisah pahit manisnya hijrah sang bidadari dunia.Di warnai kembalinya bagian dari masa lalunya yang telah lama hilang. -Wanita itu dipandang dari masa lalunya, sedangkan laki-laki dipandang atas masa depan nya- Proses pencarian jati diri sang muslima...