"Kudengar hari ini ada murid baru."
"Murid baru? Di pertengahan semester 2?"
"Iya, aku tahu dari temanku yang kelasnya berbeda."
Naruto memperhatikan teman-teman sekelasnya yang sibuk dengan dunia sendiri. Saat ini waktunya istirahat tapi ia lebih memilih diam dikelas karena hari ini sudah membawa bekal buatannya sendiri. Menghela nafas setelah merasa yang ditunggu belum kunjung datang, Kiba yang katanya ke kantin sebentar.
Kedua tangan yang sedari tadi menopang wajah diturunkan, wajahnya cemberut karena pesan tak kunjung dibalas padahal perutnya sudah menjerit minta diisi. Naruto mengabaikan pekikan kecil disudut kelas yang kerap terus memperhatikannya. Safir itu melirik malas kearah pintu kelas yang terbuka sambil menebak-nebak siapa yang akan masuk.
Menyerah dengan rasa lapar, tangan sewarna madu berniat membuka bekal yang diikat dengan kain orange bermotif spiral namun terhenti oleh yang lebih pucat dan besar menggenggam tangannya. Naruto mendongak melihat siapa gerangan yang sudah menganggu jam makan siangnya.
"Loh? Senpai, kenapa ada disini?" tanya Naruto pada si pengganggu yang ternyata adalah Itachi, si Sulung Uchiha menyebalkan, kalau kata Kurama.
Itachi tersenyum lembut berhasil membuat kumpulan disana mimisan kembali. "Aku tidak melihatmu di kantin tadi. Jadi menyusulmu kemari." jawabnya kalem masih dengan senyum yang biasa ia gunakan untuk menggaet pria dan wanita berwajah cantik. Sayang tidak pernah mempan pada Naruto.
"Oh, hari ini aku bawa bekal sendiri jadi tidak ke kantin. Senpai, mau ikut makan?"
Itachi tersenyum lebih tepatnya menyeringai, sepertinya rencana berduaan dengan sang pujaan akan tercapai. "Tapi aku tidak bawa bekal."
Naruto mengedipkan mata sekali kemudian menunduk melihat bekalnya. "Kalau begitu kita berbagi saja. Hari ini aku masak banyak."
'Yes!' sorak Itachi dalam hati. "Baiklah jika kau memaksa."
Naruto tersenyum ssenan, kembali membuka penutup bekal. Tangan sewarna madu menepuk jidatnya pelan, membuat Itachi menatap Naruto bingung bahkan reflek memegang dahi yang sedikit kemerahan mengelusnya lembut. Sepertinya Naruto tidak sadar sudah melukai tubuhnya walau hanya ruam kemerahan.
"Aku lupa kalau sumpitnya cuma satu. Senpai, mau kusuapkan?"
Itachi menyeringai lebih lebar... dalam hati. "Tentu saja. Ah- maksudku jika kau memaksa ya sudah." kata Itachi cuek padahal dalam hati sudah dag dig dug kegirangan.
Naruto mengambil sosis berbentuk gurita menyuapkannya pada Itachi yang langsung menutup mata. Tak lupa ia membuka mulutnya menunggu sosis yang akan disuapkan sang pujaan hati. Sosis sudah dekat dan hap.
"Lah! Suke~ apa yang kaulakukan?"
Itachi membuka mata dan langsung disuguhkan pemandangan sang otouto mengunyah sosis yang seharusnya untuk dirinya. Itachi menatap tajam Sasuke yang balas menatapnya lebih tajam.
"Apa yang kau lakukan disini, Aniki?" tanya Sasuke datar.
"Menemui calon pacarku tentu saja." jawab Itachi santai sambil menyeringai.
TWITCH!
"Dalam mimpimu Aniki. Pergi sana!"
"Aniki sedang tidak bermimpi, Otouto. Dan maaf aku tidak akan pergi."
Naruto menatap bingung sepasang kakak-adik Uchiha itu sambil memakan bekalnya. Lumayan tontonan gratis.
"Pergi sekarang juga, baka-aniki."
"Jika aku tidak mau?"
"Kau ak-"
"Ekhem-Sasuke, Itachi senpai."
"Ya Naru?" sahut mereka bersama.
Naruto berjengit kaget mendengar sahutan kedua Uchiha. "Bel masuk sudah berbunyi, Senpai tidak masuk kelas?" tanya Naruto yang disambut seringai Sasuke pada Itachi.
Si Sulung mendengus bangkit berdiri meninggalkan kelas Sasuke dan Naruto. "Bye Naru, baka otouto~"
"Sasuke kenapa masih disini?"
"Hn."
Kelas XI-1 kembali terisi oleh para siswa yang menunggu guru yang terkenal suka terlambat masuk. Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya Kakashi masuk dengan seseorang bersamanya. Semua memandang penasaran sosok perempuan berambut indigo dibelakang Kakashi.
"Maaf sensei terlambat anak-anak. Hari ini kalian mendapatkan satu teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu."
Gadis itu mengangguk kaku menatap calon teman barunya. Hingga iris amethyst itu melihat seorang laki-laki berambut raven yang terus menatap laki-laki bersurai pirang yang berbicara dengan teman sebangkunya si surai merah.
Gadis itu menundukkan kepala menatap malu-malu kedepan. "Wa-watashiwa H-Hyuuga Hinata desu." ucap gadis itu dengan suara yang kecil.
Semua siswa XI-1 diam lebih tepatnya malas menanggapi,membuat gadis itu Hinata terdiam kaku grogi. "Ekhem, baiklah Hyuuga-san kau bisa duduk dibelakang. Sakura angkat tanganmu."
"Ha'i sensei."
Gadis itu melangkah pelan sambil menundukkan kepalanya.
Hingga saat dia melewati bangku Naruto dia menyeringai membisikkan."Gotcha." bisiknya sambil menyeringai pada Naruto dan pergi meninggalkan Naruto yang menatap bingung sedikit takut padanya. Tanpa tahu jika ada seseorang yang juga mendengar bisikannya.
𓏸 .ᣞ𖧷ᣞ. to be continue .ᣞ𖧷ᣞ. 𓏸
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐇𝐄𝐑𝐎𝐌𝐎𝐍𝐄 • naruto fanfiction
Humor©peachnasty status : complete ー ❛ susah jadi orang cakep. banyak yang naksir, hng... ❜