Part 1

380 36 63
                                    


"Githa!" panggil seseorang dari kejauhan.

Merasa dipanggil, Githa menoleh ke belakang. Ya, gadis itu akrab dipanggil Githa. Namanya Agitha Kalista Putri. Nama yang cantik, secantik wajahnya, matanya hitam kecoklatan dengan rambut lurus sepunggung. Umurnya masih 17 tahun, kelas 2 SMA. Dia baru saja pulang dari sekolahnya, SMA Harapan. Karena kakaknya tidak bisa mengantarnya pulang, ia terpaksa harus berjalan kaki. Memang rumahnya tak terlalu jauh, tapi cukup menguras tenaga. Apalagi itu bisa memakan waktu selama 20 menit untuk sampai di rumah.

Cowok yang memanggilnya pun segera turun dari mobilnya, kemudian berjalan mendekat.

"Apa sih? Lo siapa?" tanyanya bingung.

"Lo nggak inget sama gue?"

"Nggak, gue nggak kenal," jawabnya ketus.

"Lo lupa sama gue?" tanya cowok itu sambil memegang tangan Githa.

"Ngapain lo pegang-pegang tangan gue? Gue nggak tau siapa lo. Mending gue pulang sekarang," ucapnya sembari kembali berjalan.

"Tunggu dulu, Agitha!" Ia setengah berteriak memanggil Githa. Githa pun berbalik menghadapnya.

"Lo tau dari mana nama gue? Pasti lo fans gue ya? Gue tau kok, banyak yang terpesona sama gue. Ah udahlah. Gue mau pulang. Lagian gue gak tau siapa lo."

"Ya ampun, Tha. Gue Evan, sahabat lo yang paling ganteng, masa lo lupa?"

Cowok itu namanya Kevan Mahardika. Biasa dipanggil Evan. Dia tampan, banyak perempuan yang menyukainya. Ia adalah sahabat Agitha sejak kecil. Namun, saat Githa masuk SMP, Evan dan keluarganya pindah ke Bandung karena tugas dinas ayahnya. Maka dari itu, Githa tidak mengenali Evan karena mereka sudah lama tidak bertemu.

"Bentar-bentar. Emm iya iya gue inget. Hehe sorry gue lupa. Abisnya gue lama banget gak ketemu sama lo," jawabnya cengengesan.

"Jahat!" ujarnya sambil memperlihatkan wajah yang sengaja dibuat sedih.

"Ya udahlah gak usah sok sedih gitu. Lah lo kenapa di sini? Bukannya lo tinggal di Bandung, ya?"

"Bokap pindah ke sini lagi, katanya gak betah di Bandung. Dia mau ambil kerjaan di sini aja katanya. Jadi mau gak mau ya gue ikut, gue juga baru pindah kemaren."

"Oh gitu. Sekarang lo tinggal di mana?"

"Gue tinggal di deket komplek rumah lo kok. Nyokap yang suruh biar gue deket sama sekolah gue sekarang."

"Emang lo sekolah di mana?" tanya Githa penasaran.

"Gue sekolah di SMA Harapan, lo sendiri?"

"Wah, satu sekolah sama gue dong, tambah satu lagi nih cogan di sekolah," ucapnya.

Evan tertawa mendengar ocehan Githa.

"Bisa aja lo, gue emang ganteng dari dulu kali. Buktinya lo mau deket-deket sama gue," katanya dengan penuh percaya diri.

Evan menaikkan satu alisnya dan mengerlingkan mata ke arah Githa.

"Ih apaan sih lo, pede banget, gue bercanda kali," ejeknya.

Githa tertawa keras karena sukses meledek sahabatnya. Evan menjitak kepala Githa pelan. Githa mengaduh kesakitan.

"Ih sakit tau, jahat lo sama gue," jawab Githa sambil mengusap-usap kepalanya.

"Abisnya lo gitu sama gue, kebangetan lo sama sahabat sendiri. Gue peluk nih," ucapnya bercanda.

"Ih ogah gue dipeluk sama cowok kayak lo, mendingan gue pulang sekarang."

AGITHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang