Playlist : We Won't - Jaymes Young ft Phoebe Ryan.
sorry for typos and error words
HOF-38 :: Berjuang atau Kalah
Britania Raya hari ini cukup cerah ketika langkah Matthew berhenti di sebuah cafe di sekitar Big Ben. Cowok itu tersenyum ketika pelayan menyapa nya di pintu masuk.
“Maaf telat.” ucap Matthew sambil menarik kursi di depan orang yang telah menunggunya sejak lima belas menit yang lalu.
“Nggak apa-apa, cuma lima belas menit doang. Gimana jadi rencana kita hari ini?”
Matthew melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul sembilan pagi. “Kita berangkat sekarang aja.” usul Matt.
“Naik bus atau taksi, Bel?” tanya Matt.
Gadis itu mengambil kunci mobil di tasnya. “Naik mobil gue aja. Gue yang nyetir ya, Matt.”
Matt cemberut, sepanjang hidupnya baru kali ini dia di setirin cewek. Andai ini Indonesia dia akan menolak mentah-mentah usul Abel tapi apa daya dia tidak punya surat berkendara di sini.
Bukan. Bukan Abel yang mengikuti Matthew kesini tapi Abel lah yang membawa keluarga Matthew kesini.
Tepatnya dua bulan yang lalu, Abel berbicara pada Miranda tentang donor mata Aga dan terapi kaki, gadis itu mengusulkan pengobatan terbaik di sini. Pram setuju untuk membawa Aga berobat di London begitu pun Miranda.
Hanya satu kendala yang menyebabkan mereka berpikir ulang tentang rencana pengobatan itu, kendala itu adalah Matthew. Mereka tidak ingin memaksa Matt untuk ikut tapi mereka juga tidak bisa meninggalkan Matthew sendiri di Jakarta.
Saat pertama kali Miranda membahas rencana pindah itu pada Matthew, cowok itu hanya menanggapi dalam diam. Namun keesokkan harinya Matthew memutuskan untuk ikut, meninggalkan segalanya di Jakarta. Ini bukan tentang melarikan diri karena patah hati namun ini tentang kesembuhan Aga.
Aga dulu tidak ingin sembuh. Katanya ia sembuh untuk apa kalau keluarganya saja tidak utuh, Matthew tumpuan satu-satu nya saja ikut pergi meninggalkannya. Aga menyerah pada takdir waktu itu.
Dan sekarang Matthew yang melepas segala keegoisannya untuk Aga.
Abel lahir di London dan sudah tidak asing dengan kota cantik ini. Kedua orang tuanya juga menetap di sini, ia pun belum menetapkan warga kenegaraan mana yang ia pilih.
Rencananya pagi ini mereka akan mendaftarkan diri di sebuah sekolahan yang cukup favorit disini. Matthew terlihat lebih dewasa sekarang, cowok itu menjadi pendiam.
“Hari ke lima, gimana perasaan lo?” tanya Abel sambil menyalakan stereo di mobilnya.
Matthew mengalihkan tatapannya pada gadis itu. “Biasa aja, gue suka tinggal di sini. Nggak macet.”
Abel tersenyum ketika melihat cowok jangkung itu menarik sudut bibirnya ke atas. “Selamat datang di kehidupan baru, Matthew. Bahagia selalu ya.”
Matthew mengangguk, ia berharap hidupnya tidak serumit dulu. Ia hanya ingin hidup normal. Sekolah, lulus, kerja, dan membahagiakan orang tuanya. Harapan sederhana yang ia punya.
-o-
Maudy masih terlihat murung hari ini. Ia bahkan tidak begitu mendengarkan El yang sedari tadi bercerita tentang olimpiade yang baru saja di ikutinya, biasanya Maudy yang paling antusias.
“Kamu kenapa?” tanya El.
Mikael tidak buta, ia tahu betul tentang kesedihan Maudy. Namun untuk sekarang ia memilih berlaku buta dan polos, ia belum siap kehilangan Maudy lagi. Ia ingin egois kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hearts On Fire
Fiksi Remaja[15+] ada beberapa dialog berisi kata-kata kasar. ======================= Judul sebelumnya : Double TroubleMaker . Bukan. Ini bukan kisah dua orang yang bertemu tanpa sengaja, bersahabat, lalu jatuh cinta. Ini tentang Matthew, si pembuat onar, yang...