"Andai kalian tau jika aku diam, bukan berarti aku baik baik saja, ada luka yang tak bisa ku sampaikan dan ada tangis yang tak bisa ku keluarkan"
ALENA POV
Akhirnya gue sampe juga di sekolah, gue sekolah di SMA Althair, gue sekarang ada di kelas X11-A IPA semester awal,
Gue jalan dari parkiran sampe lantai tiga kenapa cepenya minta ampun ya? Perasaan gue belum tua-tua amat?
Dan kalian tau setelah gue sampe di kelas pemandangan apa yang gue liat?!
Ada yang berjajar tiduran di lanlai kaya ikan asin, sebagian cewe asik selfi di belakang, ada juga yang buka salon mendadak dan hasilnya itu bukan bagus tapi kaya rambut yang abis kesetrum, udah gitu kaum adam pada buka baju buat pemerin otot-ototnya padahal demi Tuhan itu bukan otot tapi lemak
"YAAMPUN INI KELAS ATAU AJANG PENCARIAN BAKAT?!"
teriak gue membahana membuat kelas menjadi hening seketika, karana apa? karena gue ketua kelas di sini
"Rehan pake baju lo!"perintah gue yang liat si rehan lagi pamerin perut buncitnya
"Devi lo juga benerin rambut lo" sekarang Devi yang yang rambutnya di belit sama tali yang menyerupai kabel, itu sih tinggal pasangin lampu kelas jadi terang
"biasa aja atuh sha jangan marah-marah, nanti cepet nikahnya" jawaban asal dari Rehan bener-bener buat gue pengen ketawa, tapi tahan sha
"Emang kalian kenapa sih? Tumben banget ngadain pencarian bakat?" tanya gue mencoba sabar dan lapang pada dada, maksud gue lapang dada
"Sekarang lagi free class lena" teriak Beryl dari bangku paling depan, itu bangku udah di depan otomatis deket sama gue tapi kenapa si Beryl teriak teriak
"Kenapa free class?" gue coba untuk sok gak ikhlas padahal hati udah kegirangan
"Rapat guru" suaranya bukan dari dalem kelas melainkan suara tenang dari depan pintu masuk
Sekarang gue beralih natap cowo jangkung yang berdiri depan pintu dengan tangan di masukan kedalem saku celana sok cool (padahalmah iyah)
Kenalin cowo itu namanya Marvellius Arsenic Prativi sang Cassannova SMA althair yang lebih tepatnya buat gue sih si pembawa onar, kata orang ganteng tapi masih gantengan pabak gue lah, ea
"lo dari mana?"
gue melipat tangan di depan dada berusaha untuk terlihat biasa aja, emang biasa
"Dari tadi" anjing ni orang santai banget jawabnya mana langsung duduk lagi,
"YAUDAH LANJUTIN LAGI AKTIVITAS KALIAN YANG KETUNDA" teriak gue menghiraukan kelakuan Marvelius yang biasa di panggil Arsen
Dan pada akhirnya gue juga ikut gila-gilaan barang mereka.
***°°°***
Author"ADUH" pekikan itu terdengar dari mulut seorang gadis yang terduduk dengan posisi mengenaskan
Tak ada tanggapan dari cowok yang berdiri tepat dihadapanya, hanya menatap datar tanpa berniat membatu
"Punya mata gak sih?" tanya Alena berapi-api dan bangkit dari jatuhnya, menatap tajam Arsen
"Lo liat"bukanya menjawab Arsen malah balik bertanya sambil menunjuk tepat di matanya
"Liat lah bego" jawab Alena ketus
"Namanya apa?"tanya Arsen lagi masin dengan gaya bicara yang dingin
"Ya mata lah"
"Itu lo tau" jawab Arsen lalu melongos pergi begitu saja tanpa menghiraukan Alena yang sedang melongo tak percaya
"anjir kenapa gue kaya orang bego gini,mending gue pulang" batin Alena lalu pergi menuju parkiran untuk pulang karna memang sudah 30 menit yang lalu bel pulang berbunyi
Dengan langkah pelan Arsen melangkahkan kakinya menuju rumah yang bisa terbilang mewah dikawasan Bandung, namun untuk apa rumah mewah jika kehangatan keluarganya saja bukan untuk dirinya
Arsen terus melangakah melewati ruang keluarga tanpa memerdulikan orang tuangnya yang sedang tertawa diruang keluarga, namun langkahnya terhenti tepat di rengah tangga menuju kamaranya
"Arsen tolong jemput Avsen di bandara" suara Hery papahbya yang menghentikqn langkah Arsen hanya untuk meminta bantuan tanpa harus menyapa Arsen levih dulu
Marvellios Avsen prativi adalah saudara kembar dari Arsen meskipun mereka tidak kembar identik, Arsen yang lebih mirip dengan sang Ayah yang memiliki wajah kebule-bulean sedangkan Avsen memiliki wajah yang mirip dengan sang ibu yaitu asli indonesia, Aven dulu lebih memilih sekolah di jerman sejak kelah 10 SMA
Setelahnya Arsen tak menjawab permintaan sang Ayah dan melah melanjutkan langkahnya menuju kamar bernuansa abu-abu hitam miliknya,
Arsen merebahkan tubuhnya diatas ranjang berukuran king size berwarna abu-abu hitam
Bukannya Arsen jahat kepada Avsen karena dirinya mengharapkan kehadiran Avsen hanya untuk sementara bukan untuk jangka waktu yang panjang,
Bukan tanpa sebab pula Arsen tak menginginkan Avsen berada di rumah, karena jika Avesen berada di rumah maka Arsen akan selalu diacuhkan, bukan-bukan ada tidaknya Avsen Arsen memang selalu diacuhkan, selalu menjadi nomor dua, tak di acuhkan bila ada keperluan saja setelahnya Arsen akan kembali diacuhkan, itulah Arsen si nomor dua yang selalu diacuhkan,
Tak lama dari itu terdengar ketukan pintu dari luar kamar
Tok tok tok
"Masuk aja"Arsen setengah berteriak dan mengubah posisinya menjadi duduk diatas ranjang
"Arsen tolong jemputin Avsen di bandara, sekarang" vika ibunda Arsen berdiri diambang pintu kamar putra bungsunya tanpa berniat untuk masuk
"Masih capek"jawab Arsen dengan nada malas
"Gak ada penolakan, cepet Arsen" telak Arsen tak bisa lagi mengelak peruntah dari vika, seberapa capeknya Arsen vika takan memerdulikannya
Dengan malas Arsen berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya
15 menit pun berlalu Arsen keluar dari kamar mandi menggunakan pakaian casual jeans hitam pajang, kaos putih polos dan jaket senada dengan celananya
Arsen menuruni tangga menuju garasi dimana mobil sport putihnya terparkir dengan rapih, tanpa berpamitan Arsen melajukan mobiln membelah jalanan kota Bandung menuju bandara.
Arsen mencari-cari kembaranya yang ternyata sudah menunggu di kursi tunggu
"Kenapa lo makin tinggi aja? Gue kan kakak lo tapi kenapa lo yang tinggi sen?"cerocos Avsen setelah Arsen berada di hadapannya
"Hm" gumam Arsen tanpa berniat membalas ocehan kembarannya
"Sen lo gak ada niatan gitu buat meluk gue?" tanya Avsen merentangkan tangannya bersiap memeluk Arsen, tapi dwngan sigap Arsen menghindar
"Gue bukan homo"jawab Arsen masih dengan wajah yang datar
"Ck. Masih sama ternyata"decak Avsen saat melihat raut wajah Arsen yang datar dan dingin seperti dulu
"Jangan banyak ngomong" setelahnya Arsen melengang pergi begitu saja dari hadapan Avsen
Dalam perjalanan pulang pun Avsen tetap saja mengoceh menceritakan pengalamannya selama sekolah di Jerman yang hanya dibalas dengan guman oleh Arsen
25 menit pun berlalu sekarang mereka telah sampai di rumah, Arsen dan Avsen yang membawa koper berjalan beriringan memasuki rumah
Senyum Vika dan Hery mengembang ketika melihat putra sulungnya telah pulang, dengan satu tarikan vika segera memeluk Avsen, sedangkan Arsen segera melangkah meninggalkan kedua orang tuanya,
°°°***°°°
warning!!!!Sebagai peringatan karena cerita ini adalah yang pertama dimohon untuk mengerti
Mohon dukungannya,yang gak vote sama komen sombong
Jangan lupa follow euy