Dark University

59 1 0
                                    

Hujan mengguyur dengan sangat deras saat perpisahan sekolah telah usai. Gaun merah marunku pun basah terguyur hujan. Tak menunggu lama ku hampiri sepedaku dan langsung kukayuh dengan cepat menuju rumah. Kuparkirkan sepedaku di garasi. Pelan-pelan aku menuju kamarku di atas. Kuambil handuk dan baju, segera ku membersihkan diri dan menghangatkan badan dengan air hangat. Baju lengan panjang kupakai agar tak kedinginan, dengan cepat kubereskan semua barang yang basah terkena hujan tadi.

...KKRRIIEETT...

Suara pintu terbuka dengan pelan, disambung suara,"Yapi, sudah pulang, nak?", "Sudah, bu" jawabku pada ibu. Lalu aku turun kebawah untuk menemui ibu dan minum. "gimana? Kamu jadinya mau kuliah dimana?" tanya ibu, yang sudah kuduga akan mengulang pertanyaan itu untuk kesekian kalinya. "bu, aku kan sudah bilang dari dulu, aku mau kuliah di UPL", jawabku dengan sedikit kesal. "tapi kamu kan juga tau, yapi, ayahmu sudah tidak ada. Ibu mau bayar kuliah kamu pakai apa kalau kamu di UPL. Kamu kan bisa masuk universitas negeri juga, yang tak mahal. Kamu juga bisa sambil bantu-bantu ibu." Balas ibu dengan nada meninggi. "AH! Terserahlah! AKU JUGA BISA KOK CARI UANG SENDIRI! BAYAR KULIAH SENDIRI!, kalau ibu gamau bantu!" bentakku, aku pun langsung masuk kamar dan mengunci pintu kamarku. "Yasudah Terserah kalau memang itu maumu, ibu tak akan ikut campur" teriak ibu dari bawah. Aku sangat kesal dengan ibu. Sebenarnya sejak lama aku sudah berniat untuk kabur tapi aku baru berani melakukanya sekarang.

Jam menunjukan pukul 23:30 Kusiapkan tasku, berisikan dompet, botol minum, baju seadanya, jaket dan barang – barang lainya yang dapat kubawa. Sebelum aku pergi, kulihat kondisi rumah dulu. Aman. Pintu kamar kukunci, jendela kubuka, kuikatkan selimutku pada jendela untukku turun. Selesai sudah persiapanku. Kuturunkan tas dan bawaanku yang lain terlebih dahulu. Tasku turun dengan selamat. Perlahan aku menuruni selimut yang sudah kutali di jendela. HHAAPP!! Aku turun dari kamar dengan selamat di bawah, saatnya aku memanjat pagar untuk keluar rumah. Untungnya pagar rumahku tak tinggi dan tak berjeruji, dengan cepat aku dapat melompat pagar. Aman. Aku berhasil keluar dari rumah dan bebas. Sebenarnya aku tak punya tujuan, aku hanya ingin pergi dari rumah. Aku bingung, jadi aku hanya berjalan mengikuti jalan menuju kota. Rumahku sebenarnya tak jauh dari kota, hanya saja disekitar rumahku masih banyak sawah dan hutan, jadi jalanya berkelok-kelok dan membuat lama dan jauh.

Jalan-jalan dekat rumah sudah sangat sepi, tak ada motor atau kendaraan lain yang berlalu-lalang. Beberapa warung yang sengaja buka malam-malam untuk dinikmati para peronda pun sudah buka, tapi tetap saja tak ada orang yang meramaikan jalan ini. Lampu jalanan pun hanya beberapa yang nyala. Aku takut, tapi aku tetap berjalan tanpa menoleh ke belakang. Sebentar lagi, aku hampir sampai di jalan raya.

KKRREESSEEK!!

"siapa itu?!", aku berhenti berjalan sejenak dan bertanya pada suara daun-daun kering yang terinjak di semak-semak hutan itu. Tak ada jawaban. Aku Pun mempercepat langkahku. Saat aku hendak melangkah, tiba-tiba ada seseorang yang muncul dari dalam hutan itu. Persis 10 meter di depanku ia muncul. Seseorang berjubah hitam, menutupi ujung kepala sampai ujung kaki sehingga wajahnya tak terlihat. Aku ingin segera beranjak dari tempat ini tapi, entah karena terlalu kaget atau sihir, badanku kaku tak bisa bergerak. Rasanya tatapannya membuatku tak bisa bergerak. "Halo, kamu mau kemana?" tanyanya dengan nada datar, dan suara yang berat, namun ramah. Aku bingung, bagaimana aku harus menjawab pertanyaannya. "ke rumah", jawabku sambil segera pergi melewatinya. "kamu bingung cari kampus, ya?" tanyanya lagi dengan nada yang sama. "Kok situ tau saya mau cari kampus?", tanyaku dengan kaget dan waspada. "itu, keliatan di kepala kamu. Eh kenalin, aku Ferluci. kamu kuliah di kampus aku aja, ada asramanya lho", balasnya dengan santai dan tetap datar. Ferluci, kaya pernah dengar, (meraba-raba kepala, dan bingung), "hah? Kampus kamu? Nggak deh, makasih", balasku sambil menjauh. "kamu mau kerja bagian marketing kan? Di kampus aku banyak lho lulusan yang jadi marketing, plus jadi orang kaya", bujuknya dengan sedikit riang. Mendengar bujukannya akupun tertarik lalu berbalik badan dan bertanya "serius? Beneran? Marketing? Susah ga? tapi Bukannya pendaftaran kampus udah tutup ya? Tapi jurusan apa? Ini beneran ga sih?", Tanyaku dengan tak percaya. "iya, beneran. Ga bayar kok, apa aja bisa jadi marketing, seru lagi bisa jalan-jalan tapi, kamu ga bisa keluar", jawabnya dengan nada datar dan menipis ", katanya meyakinkan. "yaudah deh, aku mau. Kapan aku liat-liat kampusnya? Jauh ga? Kesana naik apa?" tanyaku penasaran. "YES! kita ke kampus sekarang aja, deket kok. kamu pejamkan mata aja nanti juga sampai kok" jawabnya dengan nada yang berat, seram dan terdengar penuh kemenangan. " hah? Merem? Yaudah deh..." raguku dan tetap kulakukan.

DARK UNIVERSITYWhere stories live. Discover now