Tanyakanlah kepada hati,
Mengapa kau masih saja mencintai, padahal kau sudah tahu bahwa dia telah membenci. Apakah kau yang terlalu bodoh, atau hatimu yang terlalu lunak.Bukankah setahun lalu dia telah khianat dengan cinta yang kau tanam, dicabutnya paksa dan akarnya masih tertinggal. Mungkin akar itu yang membuatmu gila dan kau tetap setia untuk menanti yang khianat.
Rasa sayang itu, kuburlah dalam-dalam. Dia tidak lagi membutuhkanmu, kecuali hanya ingatan yang hadir sekian detik, sekejap, seperti kedipan mata saja. Sedangkan kau mengingatnya dalam waktu yang kau Sebut abadi selama-lamanya.
Coba tanyakan kepada hatimu, apakah kau yang bodoh, atau hatimu yang terlalu lunak.Kau menanti dalam sepi dan sendiri, terjebak dengan ketidak pastian cinta, kadang menangis kadang tertawa. Sedangkan yang ditunggu tidak beranjak dari tempatnya untuk datang menemuimu. Apakah itu adil?
Berhentilah menunggu, tapi jadilah yang ditunggu. Sebab tak ada waktu lagi untuk menunggu.
Berhentilah mencintai, biarkan dia yang mencintaimu. Bukankah bagi seorang perempuan lebih baik hidup dengan seseorang yang mencintai kita dibandingkan hidup dengan seseorang yang kita cintai, tapi tidak sedikit pun mencintai kita.
Tanyakan pada hati, "maukah kau berhenti mencintai, kalau tidak. Biarkan aku bunuh diri, agar aku tidak sakit dua kali."
*Demi Kamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poetry(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...