"Apabila satu detik yang kita lalui digunakan dengan sia-sia, maka kehidupan kita selanjutnya tak akan pernah berharga."
____________________________________
'Kring... kring... kring...'
Jam beker milik Ticha sudah bernyanyi membangunkan Ticha yang sedang tidur pulas.
"Huaaahh..." Ticha menguap sambil melihat jam dinding digital yang melekat pada dinding kamarnya.
"Hah...? Jam enam lebih sepuluh menit. Aduh, bisa mati gue kalo telat lagi." Rintih Ticha sambil menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa jam beker miliknya sedang ada masalah gangguan jiwa dan perlu di operasi dengan penanganan yang khusus.
Gadis dengan berperawakan sedang itu langsung bergegas menuju kamar mandi, dan mandi dengan secepatnya. Bahkan ia bisa dikatakan dalam bahasa orang Jawa seperti adus bebek.
Setelah ganti baju, Ticha lalu menyisir rambut panjangnya dengan sekenanya dan tak lupa juga ia menaburkan sedikit bedak bayi pada wajahnya. Setelah itu, ia langsung berlari menuruni anak tangga untuk menemui Bundanya."Pagi...Bunda! Bun, Ticha berangkat dulu yah!" sapa Ticha sambil mencium pipi Bundanya yang sedang sarapan dengan Agatha, adik Ticha.
"Lo kenapa tadi nggak bangunin gue?" pertanyaan pedas meloncat dari mulut Ticha untuk adiknya.
"Ya gimana lagi, tadinya sih udah dibangunin sampe dobrak dobrak pintu segala. Tapi ya hasilnya nol. Lagian lo kenapa sih? Cewek tidurnya kaya kebo beranak." Cerocos Agatha. Mendengar ejekan Agatha, Ticha hanya bisa melototinya.
Mengetahui kedua anaknya, Farah hanya bisa menggelengkan kepala pelan.
"Btw, lo kog nggak biasanya sarapan di sekolah?" tanya Ticha kearah adiknya sambil mencomot sandwich yang ada di piring adiknya itu. "KEPO!" jawaban Agatha yang ketus membuat Ticha ingin melahap adiknya hidup-hidup.Tetapi, sudah terbiasa bagi Ticha Bundanya selalu sarapan mendahului anggota keluarga yang lainnya.
Karena Bundanya harus berangkat ke kantor yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.
"Ayah dimana Bun?" tanya Ticha kepada Bundanya.
"Ayah udah berangkat tadi. Katanya sih ada meeting sama clien gitu," papar Farah.
Setelah menghabiskan sandwich di mulutnya, Ticha langsung meneguk air minum milik Agatha tanpa permisi.
"Eh, eh?! Lo tuh ya kebiasaan banget. Sandwich milik gue lo ambil, eh sekarang air putih juga lo ambil. Sekalian air kolam ikan itu kalo lo masih kurang!" gerutu Agatha.
Ticha tidak menggubris perkataan yang dilontarkan oleh adiknya. Ia langsung lari ke depan, tetapi Farah, Bundanya bertanya kepadanya sehingga Ticha memberhentikan langkahnya dan berbalik ke belakang.
"Emangnya kamu nggak sarapan?"
Ticha langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat sambil berkata, "Enggak Bun, takut telat. Nanti Ticha beli sarapan di sekolah aja."
"Ya udah, hati-hati ya sayang!" pesan Bunda setengah berteriak kepada Ticha.
Tapi lain dihati Ticha yang setelah mengucapkan kalimat tersebut ia bergumam. 'Insya Allah Bun. Kalo inget. Hhhh...'
Ia pun langsung meluncur kesekolah dengan mobil hitam kesayangannya.
Begitu melihat kakaknya berangkat, Agatha juga izin kepada Bundanya untuk berangkat kesekolah juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Novela Juvenil"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...