"Tertawa, suka, cinta dan terluka. Itu pasti. Siklus itu tak akan berhenti Sebelum kamu menemukan cinta sejati."______________________________________
07:30
"Assalamualaikum!"
Sapa tiba-tiba Rivan dengan Della. Mereka setiap pagi selalu masuk kelas sepuluh sampai dengan dua belas untuk memeriksa anak-anak yang kurang disiplin. Rivan adalah anak OSIS ketua bagian kedisiplinan. Sedangkan Della adalah wakil ketua kedisiplinan. Dan itu dilakukannya setiap hari di tahun terakhir ini.
Entah mengapa semua anak yang ada dikelas merasa malas menjawab salam dari mereka, tak terkecuali Ticha.
"Teman-teman, mohon waktunya sebentar untuk periksa kedisiplinan. Semuanya dimohon berdiri." Perintah Rivan dengan suaranya yang tegas dan lantang.
Hening.
Rivan memeriksa anak-anak secara berurutan dari depan sampai belakang. Mulai dari peraturan terbesar sampai yang terkecil pun akan diberi sanksi.
"Van, gue ke toilet sebentar ya. Nih lo dulu ya yang catat para pelanggar," Tiba-tiba Della izin keluar kepada Rivan sambil menyerahkan selembar kertas folio untuk menulis nama para pelanggar. Rivan hanya membalas anggukan dalam diam .
Kini, sampailah Rivan tiba dibangku Ticha. Ticha sendiri sebenarnya malas ketika bertemu dengan mantannya itu. Apalagi berhadapan seperti ini.
Perasaan aneh pun kadang-kadang muncul dari dalam diri Ticha.
Tapi, berbeda dengan Rivan. Ia sangat rindu dengan semuanya. Dulu Ticha adalah orang yang paling dekat dengannya, tapi sekarang Ticha menganggap bertemu dengannya seperti bertemu alien. Terlihat asing dimatanya.
"Di sekolah dilarang pakai aksesoris berlebihan seperti gelang yang lo pake." Ucap Rivan dingin.
Tapi Ticha sama sekali tidak menanggapi perkataan yang diajukan oleh Rivan. Ia menutupi rasa canggungnya dengan menatap apapun kecuali sosok wajah didepannya.
"Lo denger gak sih? Sekarang gue nyuruh lo lepasin gelang yang lo pake itu." Perintah Rivan sekali lagi. Tapi, lagi-lagi Ticha sama sekali tidak menggubris ucapan Rivan.
"Heh!" Rivan teriak sambil menggebrak bangku meja Ticha. Ticha terhentak kaget. Siswa yang lain pun juga ikut kaget. Sebenarnya, Rivan sendiri tidak ingin seperti itu kepada Ticha, tapi kini ia harus menjadi diri Rivan yang sebenarnya.
"Gue. Nyuruh. Lo. Lepasin. Gelang. Yang. Lo. Pa. Kek." Eja Rivan sambil mendekatkan wajahnya yang dingin ke wajah Ticha.
'Dag dig dug'
Jantung Ticha bergetar melewati getaran normal. Lalu ia menutupi rasa anehnya itu dengan muka datar.
"Biasa aja kali," jawab Ticha malas sambil melepaskan gelang bertuliskan move on kesayangannya, dan menyerahkannya pada Rivan.
Berbeda dengan pikiran hati Rivan yang membisikkan 'Kalo disini gak ada orang, hanya ada lo dan gue. Gue bakalan meluk lo dan nggak akan biarin lo pergi ninggalin gue. Begitupun gue, gue akan mohon ke lo, supaya lo mau maafin kesalahan gue yang dulu ninggalin lo...'
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Подростковая литература"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...