Aku paham saat kau mengajakku memeluk sepi, menatap luka yang tergantung di sudut hati yang lalai. Membayangkan riak air matamu ketika bercerita tentang kehilangan. Tentang melepaskan seseorang yang telah tega mengkhianati cinta. Aku tidak bisa lagi berpikir, pikiranku buntu ketika rasa amarah ini telah meracuni hati. Tentang dia, tentang kamu dan melepaskan.
Hari ini, tepat hujan sedang asik turun. Rinainya membasahi separuh hatiku. Aku sedih dan kalut memikirkanmu.
Apa lagi yang sanggup kulakukan? Tidak ada, hanya menggores sedikit kata untuk menenangkanmu. Tapi aku tau kau tidak pernah tenang.Aku tidak bisa memelukmu, karena kau ada namun tak nyata.
Aku tidak bisa mengusap lembut bahumu, dan berkata bahwa kau bisa bersandar dibahuku. Karena kau ada namun tak nyata.Di kotaku hujan sedang turun dengan derasnya, banjir meluap meruap di kota kami. Tolong jangan menangis lagi. Jangan biarkan hatiku dan kotaku banjir air matamu.
*Demi Kamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Membunuh Sepi
Poezja(Proses Terbit) Untuk yang mencintai lalu dibenci Untuk yang datang lalu pergi lagi Untuk yang setia lalu dikhianati Untuk yang teguh mempejuangkan lalu dipatahkan Untuk yang memendam lalu terlambat menyatakan, Untuk kamu yang patah hati, Merindukan...