1

31.8K 1.7K 26
                                    

Jika kau mampu berkedip, berkediplah sekarang. Karena setelah bergabung dalam kisah ini, kau takkan mampu melakukannya.

Jangan hanya mencari kepingan romansa pada kisah ini layaknya Putri Tidur yang terbangun dari tidurnya hasil dari ciuman cinta pertama. Kau pun akan menemukan birahi dan ambisi.

Karena ini bukanlah arena untuk para insan yang mencintai kisah cinta dan pengorbanan.

Ini bahkan lebih dari itu.

Keputusan ada ditanganmu.

Stay

Or

Leave.

***

Semua berawal dari Lisa yang membuka halaman buku berikutnya. Dengan kacamata culun milik temannya yang ia pinjam, gadis itu membaca susunan diksi yang terukir apik pada salah satu buku seakan dialah sang Pustakawan.

Iseng-iseng ia mencoba kacamata gaya itu. Lagipula, dipikirnya akan terlihat cocok mengenakannya. Gadis cantik memang akan selalu terlihat cantik. Yah, tapi baginya dirinya terlihat tidak cocok memakai kacamata bulat.

Tugas dari dosen menumpuk dan membuatnya harus kerja lebih cepat. Belum lagi tagihan rumah sewanya. Tuhan, ini sangat merepotkannya.

Merasa bosan dengan bacaannya, Lisa mengembalikan buku bertajuk How To Kill A Mockingjay Bird. Dia berpikir untuk mengunjungi rumah kawannya, Kim Jisoo.

Apa kabar dengan anak itu? Teringat Jisoo pernah menceritakan seseorang yang ia temui di klub malam. Jisoo bilang orang itu mirip dengannya.

Dari kejauhan Lisa menangkap seseorang menjambak rambut seorang gadis begitu kejinya.

Seperti mengenggam bara api, gadis itu melempar remukan kertas yang ada di sakunya menuju sasaran—sang pelaku.

Pria itu menatap Lisa dan menghampirinya. Ia pun menyadari bahwa sang pelaku jelas sepantaran dengannya. Masalah besar baginya. Mungkin tua bisa ia atasi, tapi kalau muda seperti ini—

—aish sudahlah.

Pria yang menyelundupkan kedua tangannya pada saku celananya mendekat kearah Lisa. Dekat dan dekat. Hingga Lisa mendapati hembusan nafasnya.

"Jangan mendekat." Gadis itu menjauh.

Namun nakalnya ia nekat mendekat. Jika diteruskan ia sudah sangat kesal. Gadis itu amat jengkel dengan orang yang tak menghargai perkataannya.

Lisa memelotot saat punggungya telah mencapai dinding. Tuhan, ini jalan umum. Apa laki-laki ini ingin kehilangan reputasinya? Jika Lisa menendang 'miliknya' yang mendesak dibawah sana.

Kelemahan seorang pria, tentu saja.

Bingung mencari cara, Lisa serius menendang miliknya.

Dengan kejang-kejang, laki-laki itu berteriak. Terkejut sekaligus marah sembari mengurus rasa sakit pada sesuatu yang berdenyutan dibawah sana. "Awas kalau kau kutemui!" teriak pria itu meringis kesakitan.

"Apa sih yang dia bicarakan!" gerutu Lisa.

***

Makanan minuman serta merta tisu dan apapun yang bersangkut paut telah disuguhi untuknya. Tumben, Jisoo baik sekali. Jika sudah seperti ini, anak itu ada maunya.

"Cepat katakan padaku kau ingin apa," ucap Lisa paham maksud perlakuan baik Jisoo. Yang disuruh bersuara pun hanya menyengir canggung. Anjing putih Jisoo datang tiba-tiba, lantas nonanya memberinya segelas air milik Jisoo. Setelahnya, anjing itu pergi.

"Hey, kau harus segera mencuci gelas bekas jilatan anjingmu." Lisa berkata dengan nada jijik.

Jisoo mengangguk paham lalu menarik kursinya mendekat pada Lisa. Dia balik ke tujuan sebelumnya.

"Lisa, apa kau ingin ikut denganku—

Jisoo berhenti sejenak.

—ke club di jalan Gangnam?"

Lisa yang baru saja akan menelan makanannya menyemburkan rempahan makanan yang baru ia kunyah bercampur saliva kearah wajah Jisoo. Oke, itu menjijikkan.

Ia mengambil gelas air putih. Lantas pada waktu yang bersamaan ketika akan menyeruputnya Lisa menyadari bahwa itu adalah air bekas cicipan anjing Jisoo. Ia menyemburkan air itu sekali lagi, kali ini ke karpet rumah Jisoo.

"Karpet mahalku! Lisa bodoh!"

"Jisoo bodoh! Siapa yang ingin kesana? Dipenuhi dengan pria-pria berdompet tebal sekaligus berkumis tebal yang sedang melarikan diri dari rumah, istri dan anaknya."

"Tentu saja tidak! Maksudku, tidak semuanya. Kali ini saja, Lisa. Aku mohon."

"Kenapa harus aku?"

"Karena wajahmu pantas berada disana." Jisoo menyengir.

Lisa memelotot. "Apa maksudmu aku sejenis dengan jalang?"

"Ani! Ish kau ini benar-benar. Baiklah, malam nanti akan kujemput. Tidak ada penolakan. Kalau tidak aku takkan mentraktirmu lagi."

© chainsther

FugitiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang