Selamat hari Kamis, vomment terus ya.
**
Adit dibuat kesal dengan sikap Gessa yang mengacuhkannya. Cewek itu bersikap seolah tidak ada nama Adit dalam kamus hidupnya. Contohnya tadi pagi saat ia dan Gilang berjalan ke kantin hanya Gilang yang disapa.
Yah, cewek itu jarang menyapanya. Tapi tetap saja sikapnya yang cuek itu membuatnya uring-uringan. Ia ingin mengatakan maaf pada Gessa saat jam istirahat pertama tadi. Namun cewek itu melewatinya begitu saja yang sedang mati-matian menghilangkan gengsinya.
Ia mengejar cewek itu, namun Gessa juga berusaha menghindar dari Adit. Tetangga sekaligus sahabat kecilnya itu malah menarik Kevin yang bersandar di lorong dekat perpus.
"Jon, soal yang kemarin," ucap Adit saat tidak sengaja bertemu dengan Gessa di dekat perpustakaan. Cowok itu menghalangi Gessa yang akan kembali ke kelas. Ucapannya masih menggantung. Adit merasa lehernya seperti terlilit tali hingga suaranya tidak dapat keluar.
"Minta maaf, ya," lirihnya sangat pelan namun masih bisa didengar oleh Gessa. Adit tahu Gessa tidak akan semudah itu memaafkannya. Apalagi apa yang dilakukan Adit menyangkut tentang hal sensitif bagi seorang perempuan.
"Minggir!" sentak Gessa.
Adit terkejut saat mendengar bentakan Gessa tersebut. Cowok itu merasa linglung dengan sikap Gessa barusan.
"Gue kemarin nggak sengaja, sumpah." Adit berbicara dengan nada pelannya lagi. "Kemarin itu banyak setan apalagi.." lagi-lagi cowok itu menggantungkan kalimatnya.
Gessa menunggu kalimat selanjutnya dari Adit. Namun sampai satu menit tak ada lagi suara yang keluar dari mulut Adit. Malas berlama-lama dengan Adit, Gessa segera menerobos tangan Adit yang menghalanginya.
"Bibir lo menggoda iman," sambung Adit dengan kepala yang tertunduk dalam. Ia yakin Gessa tidak akan mendengar ucapannya karena itu adalah suara terpelan yang pernah ia keluarkan selama hidup.
Namun siapa sangka, Gessa masih bisa mendengarnya.
"ADUH!!" Adit mengaduh kesakitan saat kaki kanannya diinjak oleh kaki Gessa. Cowok itu meringis sambil mengeluh kesakitan.
Sedangkan Gessa sudah berlalu begitu saja meninggalkan Adit.
"Lo kapan sih jadi cewek normal? Biasanya kalau cewek marah itu, pipi cowoknya yang ditampar. Nah ini kaki mulu yang diinjak. Baru juga sembuh tiga hari yang lalu," keluh Adit sambil berjalan dengan kaki terseok-seok.
Saat memasuki ruang kelasnya, Adit segera mengedar pandangan mencari Gessa. Namun cewek itu tidak ada di ruang kelas. Degan malas, ia melangkah menuju Gilang yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya.
"Dit, gue nyontoh, ya. Gue nggak bisa sama sekali tugasnya."
Adit tidak menyahuti ucapan Gilang. Ia menggeletakkan kepalanya di meja dengan tumpuan lengan tangannya. Ia sempat mendengar decakan Gilang yang tidak terima saat diacuhkannya.
Lagi-lagi cowok itu menghela nafasnya. Dengan perlahan, ia merogoh handphone nya dan membuka aplikasi chrome. Jarinya mengetik kalimat yang membuatnya bergidik ngeri.
Cara membuat cewek tidak marah lagi.
Kemudian muncul beberapa web yang menyajikan jawaban dari pencarian Adit. Ia segera memilih web teratas dengan dada berdebar. Setelah laman web tersebut terbuka, ia scroll layar handphone ke bawah. Membaca satu per satu kalimat yang ada dalam web tersebut.
Ekspresinya selalu berubah saat membaca barisan kalimat di sana. Ia sempat bergidik saat cara-cara yang disaran oleh blogger tersebut kurang masuk akal, baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jones Has Taken || #wattys2018
Teen FictionHighest Rank #158 "Dasar Jones." "Kamu juga belum pacaran." "Kalau gue emang dasarnya pengen single. Single itu prinsip kalau jomblo itu nasib, sama kaya lo." Gessa Askara, siswi yang paling anti buku terpaksa masuk ekskul Perpuswork karena menghind...