Musim Gugur, 1873
Musim demi musim kembali berlalu begitu cepat. Datang dan pergi begitu saja. Secepat mekarnya bunga Daffodille yang tumbuh subur di taman mansion besar milik Lord Carlos. Atau juga secepat pusaran angin yang berputar mengangkat gaun sutra Lady Arabella- sang Duchess of Parme- pelan, sementara wanita muda itu menyesap tehnya sembari menatap sendu langit biru bak aksara tanpa awan.
Musim demi musim kembali datang dan pergi begitu cepat. Tak terasa sudah hampir sebelas bulan berlalu sejak ia mengarungi bahtera pernikahannya dengan sang Duke. Acap kali ia melintas di jalan-jalan desa atau bahkan ketika mengunjungi pesta dansa, semua wanita akan menyebutnya sebagai lady yang bahagia karena ia satu-satunya gadis yang berhasil merebut perhatian dan hati sang duke. Sang maestro si playboy monarki yang tidak menginginkan pernikahan.
Namu apakah benar ia bahagia? Entahlah....
°°°^^°°°
Musim Panas, 1872
"Countess Colorno akan menggelar pesta dansa untuk debut putri pertamanya." Pembukaan percakapan singkat itu sontak membuat tangan Arabella terhenti seketika di udara. Lady of Weezel itu sudah terlalu sering mendengar pernyataan seperti itu, terlebih lagi pada kalimat yang ia yakin akan segera ia dengar setelah ini. "Sebaiknya kau juga ikut menghadirinya Arabella. Casimir bisa menjadi pendampingmu di pesta itu. Bukankah begitu Casimir?"
Casimir terkekeh, lantas menatap Arabella yang tampak tak peduli pada percakapan itu , asik dengan sulamannya. Casimir yakin adik bungsunya itu akan berusaha mati-matian untuk menghindari topik pembicaraan yang satu ini. "Aku yakin Arabella juga akan setuju dengan pendapat moeder. Bukankah begitu eh.... Arabella?"
Arabella menghela napas dan sedikit membanting sulaman yang hampir jadi setengahnya itu ke pangkuannya. Suatu tindakan yang pasti dianggap tidak 'ber-etika' untuk dilakukan lady muda sepertinya. "Moeder, aku sudah dewasa! Sebentar lagi ulang tahunku yang ke-22. Aku bisa menentukan jalan hidupku sendiri. Mengapa moeder selalu memaksaku untuk menghadiri acara-acara seperti itu?"
"Iya, usia yang cukup dewasa untuk menentukan jalan hidupnya. Tetapi juga usia yang cukup dewasa untuk menikah," Lady Cattleya menatap tajam putrinya. "Ayolah Arabella, mau sampai kapan kamu bersembunyi dari pergaulan sosial para bangsawan lainnya? Moeder yakin ini saat yang tepat untuk memulai season baru-mu, setelah kau melarikan diri ke
Nederlandsch-Indie tanpa sepengetahuan ibumu ini. Dan juga untuk mendapatkan pasangan secepatnya, kau tidak mau menuai gosip baru di masyarakat bukan, Arabella?""Ibu! Casimir juga belum menikah! Padahal dia sudah berusia 27 tahun! Mengapa moeder tidak berusaha menjodohkannya saja dengan putri bangsawan lain, daripada moeder sibuk mencarikan jodoh untukku."
"Aku berbeda, adik manis! Aku seorang pria, dan kau seorang wanita," bantah Casimir terkekeh memandang wajah Arabella yang kini semakin masam. "Kau akan dipandang sebagai Lady yang tidak laku di pergaulan masyarakat apabila kau belum juga mendapatkan pasangan tiga tahun mendatang. Sementara aku? Tidak akan ada yang menggosipkanku bahkan bila aku belum menikah hingga berumur 40 tahun."
Lady Cattleya menatap Arabella puas. "Dengarkan perkataan kakakmu itu, nak! Ikut season kali ini, atau moeder akan menikahkanmu langsung dengan putra bangsawan kenalan moeder!"
"Baiklah aku akan menghadirinya," ujar Arabella pada akhirnya setelah lelah dengan perdebatan yang selalu mewarnai percakapan mengenai season dan pernikahan ini. "Dengan satu syarat, moeder tidak akan memaksaku lagi menikah dengan pria yang tidak ku-suka."
"Baiklah sayang, moeder tidak akan pernah memaksamu lagi." jawab Lady Cattleya seraya mengedipkan mata pada putra kedua-nya itu.
«««»»»
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Historical Fiction#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...