part 4

7 0 0
                                    

"Kenapa kau masih di sini?"

"K-kau?" tunjuk Afi dengan ekspresi kagetnya.

"Kau tidak mengerti bahasa Indonesia?" tanya Rio sedikit meninggi.

"Maksudmu?"

"Cihh, tadi aku bertanya kenapa kau masih ada di sini?" kesal Rio saat gadis itu menatapnya dengan wajah lugu.

"A-aku-"

"Bicaralah yang jelas." Potong Rio tak sabaran.

"A-aku di-"

"Aku yang mengajaknya kembali ke rumah ini." Potong Rea yang kini berdiri tak jauh dari keduanya.

"Maksudmu?" tanya Rio cepat pada kembarannya.

"Aku mengajaknya ke sini karena mulai sekarang Afi adalah temanku." Tukas Rea dengan wajah tenangnya sedangkan Rio menatapnya tak suka.

"Kau?" tunjuk Rio cepat pada adiknya.

"Tenang, Kak. Aku sudah percaya kalau kau tidak memiliki hubungan apapun dengan Afi. Afi sudah menjelaskannya tadi dan sekarang kami bersahabat." Jelas Rea yang langsung merangkul Afi penuh kehangatan membuat Rio sedikit berdecak kesal.

"Terserah, lagi pula tak masalah juga denganku. Aku pamit keluar sebentar." Ucap Rio pada akhirnya dan dibalas anggukan kepala oleh Rea.

"Jangan lupa pulang." Teriak Rea saat kakaknya itu sudah melesat cepat keluar rumah tanpa menyadari sosok Afi yang sedari tadi memperhatikannya dengan senyum manis yang tertahan.

***

"Jadi kamu terjebak di dalam mimpi?" tanya Rea yang kini menatap Afi tak percaya. Afi mengangguk lemah lalu menundukan kepalanya. Kini keduanya tengah berada di dalam kamar yang sangat luas bagaikan lapangan bola di sekolah. Kamar Rea.

"Aku ingin kembali ke ragaku tapi aku tidak ingat di mana terakhir kali aku tidur. Bayangannya terlihat semu dan bahkan menghitam seketika saat aku berusaha keras untuk mengingatnya." Rea menatap sendu ke arahnya. Hal itu tak pernah sekalipun terlintas di pikirannya. Bagaimana bisa ada seorang manusia yang terjebak di raga orang lain melalui sebuah mimpi? ini benar-benar mustahil tapi ia tidak bisa mengelak dari fakta. Ini fakta dan begitu nyata saat kelebihannya ia gunakan untuk menerawang. Semuanya terlihat jelas namun ada satu hal yang memburam ketika dilihatnya. Bayangan di mana terakhir kali Afi tidur tiba-tiba saja memburam dan tak lama setelah itu semuanya menghitam.

"Sebenarnya aku lupa kejadiannya. Semuanya terlihat samar di ingatanku. A-aku ingin pulang." Lirih Afi di akhir kalimat yang langsung membuat Rea tak kuasa untuk tidak memeluknya. Rea memeluk erat gadis itu yang sedari tadi duduk di pinggiran kasur miliknya.

"Jangan takut! tinggalah di sini. Aku akan membantumu kembali ke ragamu."

"Terima kasih." Cicit Afi yang kini membalas pelukan Rea.

***

"Aku mohon Fia, mengertilah. Pekerjaan di kantorku sudah numpuk dan aku tidak mau berleha-leha terus seperti ini. Aku sudah menemanimu seharian dan apa itu belum cukup juga?" sela Fian saat kekasihnya itu tak henti-henti menuntutnya agar mau menghabiskan malam ini dengannya. Gadis itu mengerucutkan bibirnya saat Fian menatapnya dengan wajah lusuh tak tertata. Fian tak acuh dan langsung memasukan password apartementnya karena saat ini keduanya tengah berada di depan pintu apartement Fian.

"Pulang dan istirahatlah! aku sudah ngantuk." Ucap Fian setelah pintu itu berhasil dibukanya.

"Ya sudah, aku pergi." Ucap Fia pasrah. Gadis itu maju selangkah mendekat ke arah Fian dan tanpa aba-aba lagi, Fia mencium kedua pipi Fian dengan senyum merekah di bibirnya.

GIA'FY LANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang