Beberapa tahun kemudian.
Jum'at sore, ketika Andri lagi sibuk merapikan pembukuan Pabrik, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat ada panggilan masuk dari nomor baru yang tidak ia kenal.
"Halo!" suara dari ujung telpon.
"Ya, halo," jawab Andri.
"Gimana kabarnya, Mas Andri?"
"Baik. Maaf, ini siapa?
"Ini Putri."
Andri kaget. "Putri?"
"Iya, Putri. Lupa ya?
Andri terpaku, ia coba mencubit tangannya. Setelah itu ia menampar mukanya sendiri, guna memastikan bahwa dia benar-benar tidak lagi bermimpi.
"Halo, halo, Mas Andri!" Suara Putri lembut memanggil.
"Iya, Putri" jawab Andri, ia mulai gugup.
"Putri mau ngasih kabar sama Mas Andri. Besok pagi ada Reuni dadakan angkatan kita. Acaranya di sekolah, Mas Andri hadir ya! O iya, buku harian yang aku titipkan dulu, tolong dibawa sekalian. Besok pagi aku tunggu di kantin."
Lama tidak berkomunikasi, Putri sengaja menambahkan kata Mas saat memanggil nama Andri.
Setelah telepon ditutup, Andri masih tidak percaya, bahwa yang barusan menelepon dia adalah Putri.
"Jangan-jangan ada orang yang ngerjain aku. Mentang-mentang aku masih jomblo," pikir Andri.
***
Pukul tujuh pagi, Andri berdandan habis-habisan, semprot kiri semprot kanan. Usai berdandan ia berangkat menggunakan mobil kijang modifikasi miliknya menuju SMU Negeri 2 Suka Mundur. Saat tiba, Andri sumringah, ternyata Putri telah duduk manis menunggunya di meja kantin.
"Hai, apa kabar?"
Putri menyambut Andri dengan senyum, sambil mengulurkan tangan.
"Baik. Putri sendiri gimana kabarnya?" jawab Andri menyambut uluran tangan Putri
"Sama baiknya."
Setelah duduk, Andri clingak clinguk memantau sekelilingnya.
"Yang lain mana?" .
"Yang lain siapa?" balas Putri.
"Ya, teman-teman yang lain."
Putri melemparkan senyum paling manis. Senyum yang selama ini menitipkan kerinduan mendalam pada relung hati Andri.
" Tidak ada siapa-siapa, di sini cuma kita berdua. Mana buku harian yang aku titipkan dulu?"
Dengan senyum grogi yang dipaksakan, Andri mengeluarkan buku harian bewarna orange dari saku jaketnya. Kemudian buku itu ia taruh di atas meja. Tidak lama berselang, Putri meletakkan kunci di atas buku harian itu dan mempersilakan Andri untuk membuka gembok kecil yang tersemat pada salah satu sisinya.
Andri meraih kunci, perlahan ia membuka gembok kecil yang menggantung. Ketika kait gembok terlepas, halaman depan buku harian terbuka.
Hai, Andri!
Maaf, jika aku belum bisa memberikan jawaban atas ungkapan perasaan yang sudah kamu sampaikan kepadaku. Bukan aku tidak mau menjawabnya, bukan pula karena aku sengaja menggantung itu semua agar kamu terluka. Tidak ada niatku untuk itu.
Aku belum bisa memberikan jawaban karena Ayah dan Ibuku melarang aku pacaran. Jujur, di hatiku juga tumbuh perasaan yang sama seperti yang kamu rasa. Aku juga suka sama kamu, Andri!
Keputusanku untuk menjauh dari kamu adalah pilihan yang sangat sulit bagiku, tapi aku harus memilih itu. Sebab aku tidak ingin melanggar janji kepada Ayah dan Ibuku, untuk tidak pacaran sampai aku dewasa dan punya pekerjaan.
O iya, jika nanti kamu melihat aku dekat sama Bobby, aku ingin kamu tahu, sebenarnya itu hanya caraku untuk mengambil kembali bekiakmu yang dicuri Bobby. Adit memberitahuku, tentang bakiakmu yang hilang.
Aku berharap, kamu memaafkan aku, setelah kamu mengetahui semua.
PUTRI
Andri berkaca-kaca usai membaca buku harian.
"Maafkan aku, Andri!" ucap Putri lirih. Terlihat cairan bening menetes dari sudut matanya. Sementara Andri hanya diam terpaku.
"Kamu mau kan memaafkan aku?"
Hening . . .
"Aku tidak pernah membenci kamu. Karena aku percaya, kamu pasti menepati janji. Seandainya aku tidak percaya, mungkin gembok yang terpasang pada buku harian ini sudah aku bongkar. Kamu bisa lihat sendiri, gembok pada buku itu masih utuh. Buku itu aku simpan, layaknya aku menyimpan perasaan dan rindu yang selama ini menggantung tanpa kepastian di hatiku."
"Harusnya aku memberitahu kamu dari awal," sambung Putri.
"Mungkin itu garis ketetapan yang harus kita lewati," balas Andri.
"Tapi, kamu mau kan memaafkan aku?"
Setelah itu Andri tersenyum menganggukkan kepala. Putri yang menyaksikan itu pun ikut tersenyum.
"Perasaan yang ada di hatiku masih sama seperti dulu," ucap Andri pelan.
"Aku juga," jawab Putri.
Setelah itu mereka kembali tersenyum.
Kemudian Putri mengeluarkan bingkisan dari dalam tasnya. Ternyata itu bakiak Andri yang dulu hilang.
Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan. Andri dan Putri kaget.
"Ciieee yang baru jadian!" ucap Adit dan Dita serentak.
----------------------
TM Hendry, s
----------------------INFO: Kisah lanjutannya ada di Jolang Versus Koruptor.
Jolang Versus Koruptor sudah tersedia di Google Play Store dan Bookslife.
Terima Kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
JOLANG (NOVELET)
HumorPetualangan kocak anak desa bernama Andri dalam melepas status jomlo yang sudah ia sandang semenjak lahir ke dunia. "Tolong kamu simpan buku ini. Seandainya esok hari kita tidak berteman lagi, atau langkah waktu menuntun kita untuk saling memusuhi...