Danu keluar dari kamar rawat Bima dengan wajah marah, rahangnya mengeras karena ucapan Bima menyukai Vino. Sungguh Danu ingin membunuh Bima saat itu.
Danu membuka kasar ruangan Vino. Kosong. Danu semakin marah. Bertanya ke perawat membuat Danu semakin ingin mengamuk kala hanya mendapat gelengan kepala.
Danu melihat Awang tengah berdiri di samping meja perawat wanita.
Danu segera melangkahkan kakinya cepat."Kau melihat Vino"
Awang terkejut mendengar suara Danu.
"Vino?, di ruanganku"
Setelah mendengar jawaban Awang, Danu segera beranjak pergi. Berjalan cepat menuju ruangan Awang.
Danu membuka pintu ruangan Awang, emosinya mereda melihat Vino yang tertidur bersandar ke sofa dengan headset yang menempel ditelinga, wajahnya damai. Danu mendekati Vino dengan perlahan duduk disampingnya dan meneliti setiap lekuk wajah Vino. Sungguh rasa bersalah menghinggapinya saat ia membentak Vino.
Danu menatap intens leher Vino, akan sangat indah jika di sana tercetak ukiran hasil hisapannya. Menghentikan fantasi liarnya, Danu memeluk tubuh berkulit putih itu.
Pelukan Danu lantas membuat Vino terbangun. Mengerjapkan matanya yang kecil berkali-kali, dan terkejut mendapati Danu memeluk dirinya.
''Maaf"
Vino terdiam. Danu menangkup pipi pemuda manis itu. Menatapnya lembut, yang ditatap justru terlihat gugup.
"Lakukan apa yang kuperintahkan, dan sisanya cukup bersikap baik" ucap Danu.
Vino terperangah. Apa lagi sekarang. Danu semakin bersikap aneh, tadi membentak dan sekarang bersikap lembut namun sarat akan perintah.
"M...maksud mu"
"Aku mencintaimu, cintai aku. Ini perintah dan aku tidak menyukai penolakan"
Jelas, padat, dan mutlak. Vino pusing, ini semakin aneh dan rumit.
"D..danu, apa yang kau bicarakan sebenarnya, kau semakin aneh semenjak tadi pagi"
Danu menatap intens Vino, ia sudah tidak mau berlama-lama dengan menunda perasaanya, bahkan jika bisa diwujudkan ia sekarang ingin segera membawa Vino ke rumahnya, mengurungnya hanya untuk dirinya.
Danu memeluk tubuh berkulit putih itu, menyesapi aroma lembut yang menguar dari tubuh Vino dan aroma rambutnya yang sangat segar.
"Aku mencintaimu, aku ingin kau jadi kekasihku". dengan masih memeluk Vino.
Vino takut, ya takut. Bagaimana bisa dia menyatakan perasaannya dengan nada menyeramkan seperti itu. Itu bukan pertanyaan tapi perintah.
Vino melepaskan pelukan itu. Menatap Danu dalam dan akhirnya tersenyum malu. Jujur saja apa yang diucapkan Danu membuat hatinya senang walau pernyataan cinta yang tidak romantis sama sekali dan terkesan menyeramkan, tapi tetap saja ini mengejutkan.
Danu tersenyum hangat, kembali memeluk pria yang sekarang berstatus sebagai kekasinya itu.
▶▶▶
Beberapa perawat dan dokter sedang berkumpul di ruangan rapat. Ada sedikit perbedaan pendapat dari awal pembicaraan mereka.
''Saya pikir keputusan anda sangat tidak tepat, pasien itu belum dapat kita lepas begitu saja''
''Dari awal dia di rawat dia sama sekali tidak menunjukkan sikap aneh''
''Jangan karena dia bersikap baik, Anda bisa tertipu begitu saja''
''Jadi anda maksud saya mudah di perdaya begitu''
Perdebatan itu berlangsung panjang, hingga keputusan telah di tetapkan bahwa pasien yang berada di kamar rawat nomor 508 itu akan menjalani masa percobaan selama 1 bulan sebelum di lepaskan.
Danu yang mendengar hal itu lantas emosi. Bisa-bisanya mereka berpikir akan melepaskan Bima. Danu tidak akan tinggal diam, dia akan terus membuat Bima menghabiskan waktu hidupnya di rumah sakit. Danu tidak akan pernah lupa bagaimana dengan kejamnya pria itu membunuh semua keluarganya bahkan saat suara rintihan kakak perempuannya yang memanggil namanya begitu jelas teringat.
Tapi mengingat jika Bima akan segera di lepas, sungguh membuat Danu frustasi. Dan sekarang pria itu mengatakan jika dia menyukai Vino. Benar-benar Danu ingin merobek mulutnya.
Awang yang berjalan ingin ke ruangannya seketika berbalik arah menuju Danu yang sedang duduk di kursi lorong.
''Apa yang kau lakukan di sini?'' ucap Awang ikut duduk di samping temannya itu.
Danu menoleh, lalu menghembuskan nafas kasar.
''Aku dengar, mereka akan melepaskan Bima setelah 1 bulan percobaan lagi'' Awang bertanya.
''Aku sudah susah payah memasukannya ke dalam rumah sakit jiwa ini, bagaimana bisa mereka berpikir akan melepaskannya begitu saja'' keluh Danu.
Awang mengernyit, bukankah harusnya seorang dokter senang jika pasiennya sembuh tapi kenapa Danu berbeda.
''Kau aneh'' Awang mencibir.
Danu mendelik kesal, ahh sekarang ia jadi rindu pada kekasihnya, Danu tidak menyangka efek status ternyata begitu terasa bedanya. Sebelumnya perasaanya tidak semenggebu ini. Danu tersenyum tanpa sadar bila pria di sampingnya terus memperhatikan nya.
''Bagus pasien di sini bertambah lagi'' celetuk Awang.
Tidak peduli dengan ledekan Awang, Danu pergi ke ruangan kekasihnya, berharap menemukan Vino, namun ruangan itu kosong. Danu Bertanya pada teman nya yang juga dokter tapi tidak ada yang tau Vino dimana.
''Dasar kau ini, kasihan anak itu harus menjaganya sendiri''
''Hanya sebentar, lagi pula dia junior di sini, tak akan berani menolak''
Danu mengepalkan tangannya tak sengaja mendengar percakapan itu, ia tahu pembicaraan dua orang itu mengarah ke siapa dan dimana.
''Jika sampai tindakanmu membahayakan junior itu, aku akan segera memecatmu dan membuatmu tidak diterima di rumah sakit manapun''
Dua orang itu terkesiap mendengar suara lantang di belakang mereka. Menoleh gugup, melihat wajah marah pemilik rumah sakit jiwa ini.
Danu menatap tajam mereka, lalu segera pergi, saat ini yang lbih penting adalah Vino kekasihnya.Sampai pada kamar rawat nomor 508 itu, Danu membelak kaget. Apa yang di lihatnya sungguh luar biasa membuat hatinya sakit dan marah.
''Akan ku bunuh kau Bima''
⚠⚠⚠
Typo berhamburan.
-Sejak hari itu aku kehilangan ekspresi-
✏✏✏
Thanks... untuk pembaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Psycho Guy (bxb)
Teen FictionMenjadi dokter berarti mencoba menjadi teman untuk pasien. Namun apa yang membuat Vino takut menghadapi pasiennya sendiri. Cinta. "Aku tidak butuh semua obat itu, aku hanya butuh kau" --- Pasien gila yang menyukai dokternya. Vino ingin kabur dibuat...