Bayangan Masa Lalu

3.7K 867 89
                                    

"Jingga"

"Hm?"

"Apa kita pernah ketemu sebelumnya?"

Gue juga gak tahu, tapi entah kenapa manik coklat itu terasa dekat, terasa hangat, tapi terasa sakit sekaligus.

Gue gak pernah ketemu orang ini sebelumnya kecuali di kampus waktu dia jemput Jennie, dan kebetulan gue ketemu di sini. Ya mungkin saja dia mahasiswa kampus sini.

Dia tidak asing.

Tapi dia cukup jauh dari kata seorang teman, toh gue gak kenal dia.

Apa ini yang namanya ikatan batin?

"JI.. YA AMPUN ELO DARI TADI GUE BILANG GEDUNGNYA DI BELAKANG!" Ten tiba-tiba datang sambil mengomel yang otomatis memutuskan kontak mata antara gue dan pria jangkung, pacar Jennie yang memperkenalkan dirinya sebagai Johnny.

"Elo tuh yang lama, gue dari tadi gue udah nelpon lo Ten."

"Terus si dongo mana?"

"Toilet."

"Aduh masa elo ngebiarin si Winwin ke toilet sendirian, kalau ilang gimana?"

"Ya masa mau gue temenin ke toilet? Jangan gila lo." Balas gue.

"Ya udah yuk cariin Winwin terus ke lokasi,"

"Yuk," Gue berbalik badan dan sedikit membungkuk pada Johnny, "Gue duluan yah."

"Ah iya." Balasnya dengan gesture yang sama.

Guepun mulai berjalan dengan Ten ke arah toilet untuk mencari Winwin, tapi kenapa hati gue berat.

Gue ingin terus duduk di sana.

Gue berbalik dan Johnny masih dengan tatapan yang sama, Johnny tidak melepaskan pandangannya dari gue. Gue tersenyum kecil langsung dan dibalas sama Johnny.

Nyesssss.

Senyum itu kok bikin hati gue sakit?

"Ngeliat apa sih lo? Liat kedepan nanti lo nabrak." Ten memutar kepala gue yang langsung gue balas dengan ninju lengannya, "Kampret kepala gue sakit woy!"

"Aw, elo harusnya makasih dari pada elo nengok ke belakang mulu, leher lo patah!"

"Cih, bodo!" Guepun berjalan mendahului Ten sambil misuh-misuh.

"Oi, mau kemana?" Teriak Ten dari belakang tapi tidak gue pedulikan.

"Toilet sebelah kiri, bukan lurus Jingga!" Sambungnya.

Akhirnya gue muter balik.

HHHHH BILANG KEK DARI TADI.

🌻🌻🌻

Gue pulang ke rumah sekitar pukul delapan malam, Papa gue biasanya jam segini sudah sibuk sama berkas kantornya di ruang kerja.

Sedangkan Jeno adek gue pasti lagi main PS.

"Eh udah pulang, dianterin siapa?"

"Lo masih nanya? Udah jelas jawabannya." Jawab gue.

Ya siapa lagi kalau bukan Winwin sama Ten yang nganterin gue? Paling gojek apa supir grab.

"Eh ada Mark," Sapa gue ke temen Jeno yang putih bersih, pirang, hum jelas sih dia ada bulenya.

"Hi kak Jingga. Hehehe."

"Udah pada makan belom? Makan yuk kakak beli makanan." Gue memamerkan kantong plastik bawaan gue.

Jeno menatap mark khawatir, dan Mark menelan salivanya kasar.

Nih anak bedua kenapa sih? Gue kan nawarin makanan, bukan nawarin racun.

"Hmm kakak aja yang makan." Tolak Jeno.

"Mark?" Tawar gue sekali lagi.

"Mark kenyang kak, Jeno aja yang nemenin kakak makan. Mark pengen kopi aja."

"Oh ya udah."

Gue akhirnya ke dapur untuk menyiapkan makanan dan membuat kopi untuk Mark. Aneh tuh anak kalau ke rumah gue gak pernah makan apa-apa, dia cuman minum kopi. Gak laper apa?

"Jingga,"

Gue oleng dan berpegangan pada gagang kulkas gue. Kepala gue sakit lagi, dan telinga gue berdengung.

"Jingga."

Suara ini lagi.

"Aku cinta kamu jingga.
kalau di suruh milih aku bakal milih kamu dari pada Jennie"

DEG.

"Loh kakak kenapa?" Jeno masuk ke dapur dan dengan sigap nopang badan gue.

"Yang sakit sebelah mana kak? Hm?"

"Enggak, kakak enggak apa-apa," Gue menyingkirkan tangan Jeno lembut.

"Kenapa kamu masuk sini? Kasian Temen kamu gak ada yang nemenin." lanjut gue.

"Ah, itu ada temen kakak,"

"Temen kakak?" Gue menunjuk diri gue sendiri, dan dijawab anggukan oleh Jeno.

"Siapa?"

"Kak Taeyong."

LAH NGAPAIN?

-To be continued -

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

OH MY 'J'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang