Aku hanya satu, dari beribu-ribu manusia yang bersedih di muka bumi ini. Aku salah satunya yang menahan tangis itu. Menahan semua rasa yang muncul dan entah kapan tersalurkan. Aku adalah satu manusia yang lainya, yang tengah menangis sendiri di pojok kamar yang gelap. Sembari memeluk lututku dengan erat.
Tanpa ada seseorang yang mengerti apa arti senyum lebar yang selalu ku tampilkan. Luka? Rindu? Bercampur menjadi satu dengan segala rasa yang ada. Menangis? Gak ada gunanya juga. Itu tidak bisa membuat dia kembali atau mengerti.
Teman-temanku ... saat bersama mereka, aku merasa bisa melupakan masalahku sejenak, namun tidak saat aku sendiri.
Tuhan, hanya engkau yang tau ini, aku menangis, bersedih juga terluka karna orang yang bahkan mungkin tidak pernah menyebut namaku dalam doanya. Merindukan seseorang yang hanya mengenalku sebatas nama. Perasaan yang muncul hanya karena hal kecil ... aku benci ini.
Aku membencimu karena aku mencintaimu. Membenci keadaan yg selalu membuatku bimbang. Aku membenci itu. Membenci semuanya. Tapi aku lebih benci diriku yang terlihat bodoh dengan mencintaimu dalam diam.
Apa sekarang aku salah jika aku mengharapkanmu bersedih? Karna hanya kesedihanmulah yang mampu membawamu mengingatku lalu menemuiku.
Diam? Bukan berarti aku lemah. Diam? Hanya satu cara agar kalian tak 'kan terluka karena perkataanku saat marah.
Semua ucapanku hanyalah ucapan semata. Semua kegiatanku hanyalah kegiatan palsu agar kalian tidak terluka karenaku. Aku hanya menunggu sang waktu. Sang waktu berbaik hati untuk menyembuhkan luka ini. Mengharapkanmu? Suatu hal sia-sia yang selalu coba untuk ku perjuangkan.
Hal bodoh yang selalu ku lakukan adalah menunggumu. Menunggumu yang entah kapan kembali. Kembali memelukku dalam tangis, kembali menggenggamku dalam setiap waktu. Aku merindukanmu.
Apa kamu ingat kata-katamu berbulan yang lalu "aku menyayangimu" itu katamu. Apa itu hanya rekayasa atau kau sedang bercanda? tapi aku masih mengingatnya. Pekalah sedikit saja, maka kau tak akan bertanya 'kamu kenapa?'
Cukup, cukup, cukup. Cukup aku terluka, cukup aku bersedih, cukup aku terus dalam bayanganmu.
Aku harus apa? Sejak SD sampai SMA pun, aku hanya di ajarkan untuk mengingat. Jadi, haruskah aku membuangmu saja? Ibarat 'membuang sampah pada tempatnya'
Kamu, ada yang ingin ku sampaikan.
Aku pernah menyukaimu, dan terima kasih. Aku bahkan menyayangimu. Tapi aku tidak mengharapkan balas cintamu. Aku hanya ingin kamu mengetahui. Terima kasih untuk waktumu. Untuk waktumu yang telah membahagiakanku walau hanya sesaat.
Ibarat pelangi yang muncul setelah hujan, terima kasih pernah muncul dan memberikan kebahagiaan sesaat. Aku merasa senang dan sakit di saat yang sama. Terima kasih telah mengajarkanku apa itu luka dan membiarkanku mencari tau sendiri bagaimana cara mengobatinya.
Terima kasih, dari hati seseorang yang terbiasa patah hati.
~~~ Hati yang terlatih ~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Terlatih
PoetrySebuah cerita dari tiga wanita Hati mungkin selalu jujur, tapi manusia selalu bisa membohongi hati dan perasaannya. Masih mau kah kau menganggap perempuan itu lemah? Dan masihkah kau terus membuat perempuan terkuka? Sekuat-kuatnya perempuan bertahan...