Warten😔

160 6 0
                                    

Tanggal pernikahan pun akhirnya ditetapkan oleh tante Maria melalui pesan singkatnya, namun pagi ini mama mengatakan Pernikahan yang direncanakan, ternyata diundur. Entah kenapa.
Gue ngga ngerti.

Jujur...
Gue masih mau nunggu Agan...

Gatau kenapa feeling gue dari kemaren ngga tenang.
Gue gabisa tidur nyenyak, apa karna rencana mama sama tante Maria.
Mereka merencanakan pernikahan ini sementara gue masih nunggu Agan. Apa mungkin memang Agan bukan jodoh gue.
Kali ini gue pasrah.

Apa pun itu, gue akan ikutin apa maunya mama sama papa.

2 bulan kemudian....

Malam ini katanya tante Maria akan datang, dan memutuskan pernikahan yang tinggal 4 hari lagi.
Tante Maria akan datang dengan membawa persiapan, tante Maria juga akan nginep disini.

Fix

Gue udah gabisa nunggu Agan lagi.

"Sayang, ayo turun, tante Maria udah ada di bawah."

Gue pun keluar kamar, dan turun ke bawah.
Tiba-tiba tante Maria langsung meluk gue erat.

"Ada apa tante?" Kata gue, heran.

"Its okay, no problem!" Jawab tante Maria ke gue.

Mereka udah nyiapin semuanya, bahkan calon pengantin laki-lakinya ngga sama sekali ngelirik ke arah gue.
Rasanya gue pengen ngomong empat mata sama dia tapi gimana caranya, gabisa!!!

"Sorry, aku sedikit mengantuk, ami boleh aku pergi ke kamar?" Tanya alban ke nyokap.

"Mika, antar al ke kamarnya."

Ini kesempatan buat gue, gue harus ngomong kedia.
Sampai di depan pintu kamarnya, ngga satu kata pun yang dia ucapkan, dia langsung nutup pintu dengan kasar.

"Al... i want to say something!" Kata gue nunggu dia buka puntu.

"Whats problem?!" Kata alban sambil buka pintu.

"I dont have more time!" Kata Alban menutup pintu kamarnya.

"Aku tidak menginginkan pernikahan ini, maaf." Kata gue sambi bersandar di depan pintu kamar Alban.

Tiba-tiba saja Alban membuka pintu kamarnya, otomatis gue jatoh tepat di depan Alban.
Alban langsung meluk dan nahan gue supaya ngga jatoh.

Rasanya, seperti melihat Agan.
Tatapan matanya sama seperti Agan.

"Was das problem?!" Kata Alban langsung masang muka bete.

"Warten auf die wahre liebe..." sepertinya Alban tersentuh dengan jawaban gue.

"Cinta sejati akan datang dengan sendirinya, Sie müssen glauben!" Kata Alban dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Ich werde diese Tür schließen"
Kata Alban langsung menutup pintu kamarnya.

"Gimana mau nikah, bahasanya aja ngga ngerti, kenal aja ngga sama dia." Kata gue, terusnya gue langsung pergi.

Nggatau kenapa, setiap ngelian Alban rasanya seperti gue ngeliat Agan.

"Gan, sebelum aku nikah sama orang lain, aku mau kamu datang dan bawa aku pergi!" Gue ngga bisa nahan nangis, rasanya kacau...

Ngga seperti apa yang gue impikan.

Agan....

Kata gue sambil meluk ponselnya.

"Gaada satupun yang tersisa, sepertinya taada harapan. Hanya ponselnya, itu pun gaada jejak sama sekali tentang Agan😔"

"Mika...." tiba-tiba nyokap ngagetin gue dari belakang.

"Undangan udah mamah sebar kebeberapa orang terdekat, tapi lewat pos. Oia, mama juga undang Natcha dan Ratu."

"Buat apa?! Aku gamau ngeliat mereka lagi!" Jawab gue ketus ke nyokap.

"Loh,, walau bagaimana pun, mereka teman kamu."

"Terserah mama, Mika akan ikutin semua yang mama mau" tiba-tiba air mata gue ngalir dengan sendirinya.

"Maaa, setiapkali Mika ngeliat Alban, rasanya seperti Mika ngeliat Afgan, maa... jujur, Mika masih mau nunggu Agan, sampai kapan pun ma, Agan yang buat Mika banyak berubah, bukan hanya dari pakaian, Meskipun dia hanya hadir sekilas dalam hidup Mika, tapi dia membuat Mika benar-benar merasa kehilangan semenjak dia pergi ma. Kali ini lebih sakit dari apa pun, Agan datang tiba-tiba dan pergi pun secara tiba-tiba, tapi dia meninggalkan banyak kenangan, entah.... kapan waktu akan menghapusnya." Kataku sambil meneteskan air mata.

Mama langsung meluk gue dan netesin air matanya.

"Rasa itu akan terbawa oleh hembusan angin, sekejap akan hilang jika kamu membuka hatimu untuk orang lain." Ucap mama sambil meluk erat.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang