BAB 3 {A cousins}

18 5 9
                                    



"Hmm ... kamu ngga apa-apa?"

Peach belum merespon. Dia hanya mengedip-kedipkan matanya memperhatikan sosok lelaki tampan di dekatnya.

"Woyy!!"

Bugh!

Peach melayangkan satu pukulan keras di bahu sosok itu setelah meneriaki wajahnya. Masih belum ada satu kata yang keluar dari bibir plum itu, tatapannya berubah nyalang pada sosok yang sedang meringis sakit itu.

"Udah ditolongin, eh dapetnya gebukan. Mantep pula." Gerutunya sambil mengusap-usap bahu bekas pukulan tadi.

"Kurang ajar sih. Teriak-teriak di depan wajah orang. Bakteri dari udara mulutmu itu bikin kulit wajah ini rusak, tahu gak?"

"Buktinya ngga kan?"

"Belum! Kalo di biarin ya bakalan rusak lama-kelamaan. Makannya dipukul aja orang pembawa bakterinya." Dua jarinya diarahkan pada sepasang mata sipit milik lelaki di sebelahnya yang menanggapinya acuh tak acuh.

"Pinter omong lu." Lelaki itu memicing dan mengeluarkan kekehan kecilnya. Tidak ada yang berubah dari gadis yang sudah lama tak ia temui itu, batinnya.

Keduanya pun tertawa bersama.

"Eh, ini pertemuan pertama sejak tiga tahun terakhir ketemu loh, Dim. Lagi sibuk apa sih sebenernya, sampe jarang ikut kumpul-kumpul keluarga?" Peach tidak bisa mengabaikan rasa penasarannya selama ini.

Dimas Prasetyo Nugraha adalah sepupu terdekatnya sejak kecil, tapi percaya tidak percaya tiga tahun belakangan sepupunya itu seperti hilang ditelan bumi. Kembali dari Canada bukannya semakin dekat dengan keluarga di Indonesia tapi malah semakin sibuk dengan kuliah dan bisnisnya, itu kata Mama nya Dimas.

"Ya, sorry. Tapi emang lagi sibuk sama bisnis dan kerjaan sebagai chef sih."

"Waw, jadi bener udah jadi chef ya sekarang. Ahh, hidupmu penuh kerahasiaan. Sampai gabisa ngorek info dari Tante Silvi. Eh, tapi Tante pernah bilang kamu buka resto?"

"Akhh, Mama pake dibilangin." Desahnya sedikit menyesal.

"Yaelah, kenapa sih pake disembunyiin? Kan kalo saudara tahu bisa ikut ngelarisin. Aneh lu emang!"

"Bukan gitu. Emang ya pemikiran cowo kayak gue beda ama pemikiran cewe kaya elu." Dimas menggelengkan kepalanya, "Aku cuman pengen ngembangin bisnis dari nol. Sengaja ga ngasih tau sodara-sodara biar natural aja gitu. Pengen murni sukses karena jeripayah sendiri, pelanggan sendiri, nah kalo udah rada sukses baru ku kasih tahu keluarga."

"Ya tapi kan ga perlu pake ngilang selama tiga tahun juga kali." Protes gadis itu sambil memanyunkan bibirnya sebal.

"Suka-suka gue lah."

"Belagu emang."

"Yang penting sukses."

"Hati-hati ..."

"Jangan nyumpahin disaat gue lagi merasakan kesuksesan!"

"Hati-hati, Tante minta kamu buat cepet nikah. Udah sukses berarti mapan dong, makin ganteng gini pula, duh Dimas ku yang culun dulu ilang kemana?? Tahu ga?"

"Datangkanlah jodoh yang tepat buat sepupu tercintaku ini, Aamiin."

"Kok Gitu?"

"Pantes dideketin cowo kayak orang tadi. Sama sih."

"Sama?"

"Iya, sama-sama nyebelin."

"Dimasssss!!!!"

__

Setelah pertemuannya dengan Dimas, akhirnya Peach berkunjung juga ke restoran yang telah berdiri selama dua tahun ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pertemuannya dengan Dimas, akhirnya Peach berkunjung juga ke restoran yang telah berdiri selama dua tahun ini. De Canadie Resto, namanya. Bangunan ini tidak seperti restoran mewah kelas elit biasanya. Tetapi restoran ini bertemakan woody resto. Dimana bahan baku bangunan ini adalah kayu. Design di dalamnya pun terkesan seperti di dalam rumah. Dimana ada balkon di lantai dua yang mempunyai suasana berbeda dari lantai satu. Lantai satu sengaja dirancang untuk keluarga, meja yang disediakan besar dan panjang, cocok untuk keluarga. Sedangkan di lantai dua, dirancang untuk kaum muda-mudi, interior di lantai dua dan satu pun berbeda. Sehingga dalam satu ruang restoran bisa memberikan dua atmosfer yang sekaligus. Menariknya lagi, di sekitar restoran ini adalah pohon pinus yang mengitari bangunan. Pas sekali dengan design bangunan ini yang berbahan kayu, memberi nuansa hangat di dalamnya. Pemandangan dari balik kaca tersaji secara alami, udara diluar juga sejuk.

"Eh, kamu orang Indonesia tapi kenapa menu di restoran ini tak ada Indonesia nya sama sekali?" komentar Peach setelah melihat daftar menu yang diberikan Dimas, setelah ia dibawa ke lantai dua.

"Nikmati dulu masakannya. Komentar belakangan."

"Shish Ta ... ouk, poutine. Heish, melafalkannya saja sulit. Pelanggan disini pasti kesusahan untuk memesan."

"Hanya kamu yang seperti itu."

Peach hanya mendelik kesal, setelah membolak-balikan daftar menu akhirnya ia tutup buku itu dan bersandar pada kursi sambil menyilangkan lengan di dada.

"Berikan aku menu andalan disini!"

"Okey."

"Dan aku ingin Chef Dimas yang membuatnya." Tambahnya sambil mengerlingkan mata.

"Dengan senang hati, nona." Dimas membungkuk, dan menyilangkan satu tangannya di dada."

__

Tak butuh waktu lama untuk Dimas menyelesaikan masakannya yang khusus ia buat untuk sepupu terdekatnya, Peach. Setelah meletakkan hiasan terakhir pada masakannya, kemudian ia menuju meja Peach yang sudah menunggu di atas.

"Nahh, ini dua menu andalan disini." Sambil meletakkan dua sajiannya, Dimas memberitahu bahwa dua masakan itulah yang menjadi andalan restonya.

"Apa ini? kelihatannya memang lezat." Peach menatap takjub pada sajian di meja nya.

"Ini adalah Shish Taouk dan poutine. Dua menu yang kamu sebutin di halaman pertama tadi. Sambil kamu nikmatin makanannya aku akan mulai menjelaskan mengenai dua menu ini. mau ga?" tawar Dimas yang sudah duduk di kursinya.

"Pastinya."

"Oke. Sebelumnya aku mau kasih tahu, jangan nyariin nasi. Aku ganti pake poutine, yang kentang ini." Dimas menunjuk pada dua cup yang berisi kentang goreng bernama Poutine, "Karena dari tubuhmu aku melihat kamu menjaga sekali berart badan."

"Benar. Next!"

"Ya, Puotine ini adalah kentang goreng yang dicampur irisan keju dan saus khas. Nah, kalo yang sedang kamu makan itu Shish Taouk, sate ayamnya Kanada. Bedanya, daging ayam ini di rendam dulu sebelum dipanggang dan ditusuk bersamaan dengan roti pita dan aneka sayuran acar."

"Gak sia-sia aku ketemu denganmu. Dapet makanan khas Kanada gratis."

"Siapa bilang gratis? Kamu harus membayarnya bukan dengan uang." Smirk nakal tercetak pada sudut bibir Dimas.

__

Lalu, Dimas ingin Peach membayar semuanya dengan apa kalo bukan uang?

Ada yang bisa nebak??

*visual yang pantas jadi dhimas siapa ya? hm, bingung

Don't forget to vote and comment yea guys ^^ thank U

Peach & BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang