Bab 3

31 0 0
                                    

Daniel

Sesampainya dirumah ku lepaskan jaket yang kupakai dan berganti pakaian. Karna agendaku hari ini hanyalah istirahat maka ku kenakan kaos putih polos dengan celana hitam. Ku nyalakan laptop dan mulai menulis e-mail untuk Logan, kakakku. Setiap minggu setidaknya aku mengirimkan 1 surat, berisi tentang bagaimana kehidupanku disini, dan bila Ia memiliki waktu luang, biasanya Ia akan membuka skype, dan kami akan berbincang. Namun bila Ia sedang sibuk, atau dalam masa penyamaran, Ia akan membalas e-mail ku dengan kode, atau hanya dokumen berkata sandi. Rumit memang, namun Ia tahu bahwa berada jauh dariku merupakan yang terbaik bagi kami.

Pekerjaannya sebagai agen membuat ku dalam bahaya. Saat usia ku genap 14, Logan seharusnya pulang lebih awal untuk dapat merayakan ulang tahunku, yang biasa kami selenggarakan di ruang makan dengan roti kecil dan beberapa lilin. Namun malam itu berbeda, Logan memberitahuku bahwa Ia akan pulang terlambat.

Pukul 12 malam, Logan belum juga pulang, Aku yang duduk di sofa ruang tamu mulai merasa bahwa aku akan terlelap tak lama lagi, dan terbangun dengan Logan dihadapanku. Dugaanku salah, aku terbangun bukan karna Logan, tetapi karna aku merasakan bahwa oksigen yang kumiliki tak cukup, saat kubuka mata, semua ruangan buram, dipenuhi asap. Ku mulai berjalan ke dapur, dan berhenti di ambang pintu karna api sudah memenuhi dapur. Ku ambil foto ayah dan ibu, hp dan dompet, lalu aku lari keluar. Kuhubungi pemadam kebakaran, juga Logan.

15 menit kemudian, Logan datang dengan wajahnya yang pucat ketakutan. Ia memelukku dan mulai meminta maaf, ku katakan bahwa ini bukan salahnya, namun Ia tetap menyalahkan dirinya. Sejak saat itu Ia memutuskan untuk menjauhkanku darinya. Ia membantuku berkemas, lalu mengantarku ke bandara, setelah mendaftarkanku ke suatu Sekolah menengah atas di kota terselatan di negara kami.

Sebelum Ia mengirimku kemari, Ia melatihku untuk bela diri, dan penggunaan senjata. Ia juga membekaliku dengan banyak pengetahuan dasar bertahan hidup. Namun 1 hal yang Ia tak tahu adalah, bahwa aku bekerja menjadi agen federal di kota ini.

Saat itu James, teman Logan, melihat kami berlatih. Ia juga pernah melihatku memecahkan kode yang dibuat oleh Logan, menurutnya aku memiliki otak cerdik, dan layak menjadi agen, seperti Logan. Maka setibanya aku disini, aku mendapat surat dari kepolisian kota dimana aku ada saat ini. Mereka menerimaku menjadi agen dalam percobaan berkat rekomendasi yang dibuat oleh James. Namun kami sepakat untuk tidak memberitahu Logan soal ini,karna itu akan membuatnya marah.

****

Ledakan tadi cukup mengagetkan semua orang, walau bom tersebut tidak di letakkan di ruang kelas, namun salah satu bom itu di letakkan dekat pintu. Kaki dan kepalaku masih sedikit pusing, namun selain dari itu, semuanya baik-baik saja.

Tidak sampai hp ku berdering, menandakan adanya panggilan masuk. Dari Mr.Smith rupanya. Ia adalah atasan dan pembimbingku, biasanya Ia akan menghubungiku sebulan sekali untuk mengetahui proses misiku.

"Hey, Daniel" ucapnya

"Hey, Sir" balasku

"Bisa kau kemari, ada yang perlu kami tanyakan berkaitan dengan ledakan tadi"

"Ya, tentu saja". Kuambil jaket hitam, dan helm lalu bergegas ke bagasi. Kukendarai motorku dengan kecepatan tinggi, menuju ke kantor polisi.

Sesampainya disana ku parkir motorku, dan melepas helm, lalu berlari menuju lantai 2. Mr.Smith sudah menunggu terduduk di kantornya dengan kedua tangan berada di keyboard.

"ehem" ucapku, berusaha membuatnya sadar bahwa aku telah sampai.

"Oh, Daniel, duduk lah" ucapnya

"Jadi?" ucapku berusaha untuk membuatnya bicara mengapa aku disini

"Siang tadi sekolahmu meledak, benar?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan

The Infinity NecklaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang