Bapak Pergi Meninggalkan Luka

18.5K 299 30
                                    

"Aku beri dia nama Akbar Muhammad, dia udah berusaha hidup untuk kamu Mei" Ucap Pras. Meirose dan Pras memandangi Akbar dari luar kaca.

"Sebelum masalah ini tambah panjang, lebih baik lu ceraiin dia Pras, lo kasih pengertian ke Meirose secara baik-baik, lalu tinggalin dan anggap semua ini gak pernah terjadi" Ucap Hartono yang mengantarkan Pras ke parkiran karena Pras mau pulang.

"Meirose juga perempuan Har! Punya hak, gak bisa main cerai gitu aja!" Tegas Pras. Hartono hanya diam. Lalu Pras masuk ke dalam taksi.

"Tolong jagain proyek Kulon Progo ya, dan tolong bantu jaga Mei, dia masih labil. Assalamualaikum" Pras pun pergi. Hartono dan Amran hanya mengangguk.

"Gue yakin kedepannya bakalan berantakan semuanya, dan kita yang bakal kena ulahnya" Ucap Hartono geram.

"Ehh jangan suudzon, kaya gak punya Tuhan aja ente" Ucap Amran.

Pras menyetir dengan perasaan bersalah karena telah menghianati Arini.
"Saya berjanji akan menjaga Arini dan mencintai Arini sepenuhnya, Pak" Pras mengingat janjinya pada Bapaknya Arini.

Kring.....kring....
Hp Pras berbunyi. Dan itu dari Arini.

"Assalamualaikum" Ucap Pras.
"Waalaikumsalam, kamu kenapa gak ngasih kabar mas?" Tanya Arini dari seberang.
"Ehm, maaf sayang, aku bener-bener gak sempet kemarin" Ucap Pras.
"Kamu dimana sekarang?" Tanya Arini lagi.
"Menuju Muntilan" Jawab Pras.
"Aku tunggu mas" Lalu Arini mematikan telfonnya.

Setelah beberapa saat Pras akhirnya tiba di rumah Bapaknya Arini. Saat Pras berhenti, Pras turun dari mobil dan terkejut karena banyak orang dirumah mertuanya itu. Pras berlari masuk dan segera menghampiri Arini.

"Bapak pergi" Isak Arini. Pras pun memeluknya.

Lalu datang dua perempuan, yang satu paruh baya dan yang satu masih muda. Kedua perempuan itu langsung masuk dan menangis disamping foto Bapaknya Arini.

"Papa!" Isak perempuan muda itu.

Arini terkejut. Ternyata itu adalah istri kedua dari Bapaknya, dan juga anaknya.

Setelah pemakaman selesai, Arini masih tak percaya dengan kenyataan bahwa Bapaknya punya istri 2.

"Rini, bapakmu orang baik. Dan ibu tau, apa alasan bapak" Ibunya Arini mencoba menjelaskan.

"Bu! Apa menolong orang itu harus dengan cara menikahinya? Apa gak ada lagi cara lain Bu? Gak ada jalan lain?" Sahut Arini dengan marah. Pras yang mendengarnya pun merasa takut.

"Bapak sudah berlaku adil" Ucap Ibunya Arini.

"Adil? Selama 15 tahun menutupi istri keduanya, Bu, dan melukai hati anaknya dan itu ibu sebut adil? Adil macam apa sih Bu? Kalo kayak gini gimana aku bisa terima?" Arini berlari keluar dan Pras mengejarnya.

"Kamu gak akan ngehianatin aku kan Mas? Kita akan kayak gini terus kan? Mas, kita akan berdua terus kan? Ndak ada orang lain kan mas?" Arini bertanya pada Pras.

Pras mengangguk. Tangannya langsung menyembunyikan cincin perkawinannya dengan Meirose.

Rumah Meirose

Meirose sedang mengganti popok Akbar.
"Aku aja" Ucap Pras.

"Kapan sih kamu mau kasih tau istri kamu?" Tanya Meirose.
"Aku pasti akan ngomong secepatnya" Jawab Pras.
"Dia cemburuan yah? Galak? Aku siap dimaki-maki kok" Ucap Meirose.
"Jangan suudzon, kamu belum kenal Arini" Jawab Pras.

"Oh ya, ini..." Pras memberikan Meirose jilbab dan buku panduan cara membaca al-quran.

"Kamu suruh aku pakai ini?" Tanya Meirose. Pras mengangguk.

Pras lalu mengambil jilbab itu dan memakaikannya di kepala Mei.

"Bulet?" Tanya Mei. "Nggak Mei, kamu lebih cantik kalau begitu" Jawab Pras.

"Apa setiap perempuan muslim harus pakai hijab?" Tanya Mei. Pras mengangguk. Mei melepas hijabnya.

"Loh kok dilepas?"
"Emangnya dirumah harus pakai hijab ya?"

"Dan aku gak butuh ini" Mei mengembalikan buku panduan cara membaca al-quran yang diberikan Pras.

"Kenapa?" Tanya Pras. "Katanya kamu imamku, kamu yang ngajarin aku, oke?" Ucap Meirose.

Panti Asuhan

Arini dan Sita sedang rapat dengan klien.

"Jadi rencananya, menjelang ramadhan nanti................"

Arini gak fokus mendengarkan usul dari kliennya. Arini masih saja kepikiran dengan masalah Bapaknya yang poligami.

"Rin?" Sita membuyarkan lamunan Arini.

"Hem? Iya, iya saya setuju" Ucap Arini.

Surga Yang Tak DirindukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang