Maaf ngepost cerita baru padahal cerita lain belum selesai hehe :D happy reading!
Entah sudah ke berapa kalinya, Jimin melihat kebersamaan kekasihnya dengan lelaki lain. Bukan, lebih tepatnya, laki-laki itu adalah sahabat dari sahabatnya. Dan tentu saja, Jimin sangat mengenalnya dengan baik.
Sudah berulang kali hatinya mengatakan untuk memercayai gadisnya itu. Menetapkan hati bahwa gadisnya tidak akan mengkhianatinya. Namun kenyataan pahit itu terus membuat hatinya terluka.
Kali ini ia melihat gadisnya itu berpelukan erat dengan laki-laki itu. Dengan bintang sebagai latarnya, pemandangan itu sebenarnya sangat indah bagi orang lain. Namun, itu menyakiti hatinya. Sangat.
Ia berbalik badan. Mengurungkan niatnya yang ingin bertemu dengan Jeon Inna, kekasihnya. Berjalan menuju mobil hitam kelamnya dan memutuskan untuk pulang.
***
"Park Jimin!!!"
Jimin yang sedang mencuci mobilnya, menoleh. Mendapati tetangga sekaligus sahabatnya berdiri dengan senyuman lebar. Sepertinya perempuan itu sudah berbaikan dengan pacarnya.
"Pagi, Soohyun!"
Soohyun mendekati Jimin yang kembali meneruskan kegiatannya. Ikut berjongkok karena Jimin sedang mencuci bagian ban mobilnya.
"Kayaknya ada yang udah baikan nih," ledek Jimin dengan senyuman kecil.
Soohyun tertawa malu. "Ngomong-ngomong, besok jalan yuk!" ajaknya dengan senang. "Gue udah lama nggak jalan nih sama elo juga Namjoon."
Nama yang sebenarnya tidak ingin ia dengar juga sebut itu mengudara. Sedikit menyentakkannya. Mengingatkannya pada kejadian semalam. Di mana laki-laki bernama Kim Namjoon itu memeluk erat kekasihnya.
"Kenapa?" tanya Soohyun yang mendapati Jimin terdiam.
"Oh, enggak." Jimin melanjutkan kegiatannya dengan raut wajah yang dibuat senang sebisa mungkin. "Maaf, tapi besok gue nggak bisa."
Soohyun mengernyitkan keningnya. "Kok nggak bisa sih?" tanyanya kecewa. "Gue udah lama nggak main loh sama kalian. Namjoon aja bisa kok."
"Maaf, besok gue ada bimbingan buat skripsi." Jimin merasa bersalah telah menolak ajakan sahabatnya itu. Perempuan itu tentu saja sangat kecewa, mengingat mereka kini sibuk dengan urusan masing-masing. "Ngertiin gue ya," ucapnya memohon.
Alasan itu memang sangat masuk akal. Terutama Jimin memang berada di tingkat akhir perguruan tinggi. Jadi, mau tak mau Soohyun mengangguk. Membiarkan Jimin tidak ikut bermain besok.
Setelah Soohyun masuk ke dalam rumahnya, Jimin menghela nafas panjang. Menahan gejolak yang ada di hatinya untuk kesekian kalinya.
***
Ada perbedaan yang cukup kentara di antara hubungan mereka. Namun, Jeon Inna mencoba untuk mengabaikannya. Ia tersenyum seperti biasa. Menyapa kekasihnya yang sedang duduk sendirian di kafe dengan earphone di telinganya.
Perempuan itu merengkuh kekasihnya dari belakang. Membuat Jimin yang sedang menikmati musik langsung menoleh.
Ia tersenyum tipis saat melihat Inna merengkuhnya dari belakang. Tangan kanannya menyentuh pipi gadis itu. "Kok kamu di sini?" tanyanya.
Inna melepas rengkuhannya. Memutuskan duduk di sebelah Jimin dan meletakkan clutch cokelat mudanya ke atas meja.
Perempuan itu menatap Jimin dengan kedua mata menyipit. "Seharusnya aku yang nanya." Katanya dengan bibir sedikit mengerucut. "Kamu ngapain di sini sendirian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LIE (FanFiction)
FanfictionCaught in a lie. Selama hidupnya, Jeon Inna tak pernah menyangka akan terlibat dengan dua cinta yang membuatnya merasakan pahit dan manisnya cinta. Kedua cinta itu membuatnya melakukan kebohongan-kebohongan untuk tetap merasakan cinta dari keduanya.