hallo, cerita ini pernah aku publish tahun 2016. dan sempet unpublish dengan beberapa alasan. dan sekarang aku publish lagi. Happy reading!
note: bahasa baku detected.
**
Barang-barangnya masih tersimpan rapih di sudut ruangan. Aku tidak-belum menyentuhnya dari tujuh hari yang lalu. Memperhatikan dalam diam, dan membangun imajinasiku tentang dia, lagi.Melihat barang-barangnya masih disana membuatku yakin, dia masih ada. Masih disini. Di kamar kostku, di atas kasur ini, dengan secangkir susu, dan televisi yang menayangkan acara bola.
Dia masih disini.
Hanya kalimat itu yang terus aku ucapkan tujuh hari belakangan ini. Sampai mengubah mindsetku, bahwa dia memang masih disini.
Aku berjalan ke arah barang-barangnya; gitar akustik dan beberapa tumpuk novelnya di sudut ruangan. Air mataku mulai mentes. Satu, dua, tiga, akhirnya jatuh. Tenang, dia masih disini. Barang-barangnya masih disini.
Aku mengambil gitar akustiknya, memetik beberapa kunci, dan kembali flashback. Dia yang mengajariku kunci-kunci gitar ini. Dia yang dengan sabar mengulang terus-menerus sampai aku bisa, walau sampai sekarang masih beberapa kunci saja. Aku masih ingat saat salah satu senarnya putus, dan dia berkata bahwa aku harus mengganti senarnya. Aku tidak tahu harus menggantinya dengan apa. Jadi aku menuju laci dekat lemari tidur dan mengambil benang, memotongnya sesuai ukuran, dan mengaitkannya di antara pengait senarnya. Dia tidak marah. Dia tertawa. Terbahak-bahak karena ulahku itu.
Tujuh hari yang lalu, dia berjanji akan menciptakan lagu untukku. Tujuh hari yang lalu dia berjanji akan menyanyikannya saat aku berusia tujuh belas tahun.
Bibirku tertarik ke atas. Mulai mengingat kembali apa yang di katakannya, dan tidak di wujudkannya sampai sekarang.Aku menaruh gitar akustiknya, dan mengambil salah satu dari tumpukan novelnya, The Maze Runner. Aku belum membaca novel ini. Sejujurnya aku ini tidak mempunyai sedikit minat untuk baca. Tapi dia tetap memakasaku untuk membaca. Jadi disinilah setumpuk novel yang di bawanya dari rumah dan di asingkan di kamar kostku.
Tujuh hari yang lalu, dia bilang, 'aku ingin menjadi penulis terhebat di dunia. Aku ingin tulisanku tersebar luas. Aku ingin tulisanku terus di kenang, bahkan saat aku tidak ada. Aku ingin tulisanku menjadi motivasi untuk semua orang.' Lalu dia berkata lagi, 'aku juga ingin menjadi musisi terbaik. Aku ingin menulis lewat lagu-lagu dan orang orang melihatku. Aku ingin mereka mengerti apa yang aku sampaikan lewat laguku.'
Tujuh hari yang lalu dia berkata, 'nanti, akan ku buatkan satu buku tentang kita. Aku dan kamu. Agar orang-orang lihat, betapa indahnya cinta kita. Betapa romantisnya kita. Dan aku akan menamatkan ceritanya sampai happy ending. Kalau memang tidak bahagia, itu artinya ceritaku belum selesai.'
Tapi nyatannya, tidak.
**
26 Februari 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
Teen Fiction"Gue cuma sayang sama lo sebelum Sean jadi pacar lo. Apa itu salah?" -Gerald. "Gua ga nuntut lu untuk balas semuanya, biar waktu yang menjawab. Kalo gua bener-bener sayang sama lu." -Oslo "Jangan biarkan mereka masuk dalam hidupmu, Letty." -Sean ***...