"Kau- apa kau serius dengan perkataanmu ?" Kata tuan shim memecah keheningan setelah jongdae mengutarakan maksud kedatangannya.
Ya, suasana kediaman keluarga shim tiba-tiba menghening sesaat setelah jongdae berkata ingin melemar puteri tunggal dari pemilik kediaman tersebut.
Tuan dan nyonya shim saling bertatapan bertukar pikiran melalui isyarat mata, pandangan keduanya terlihat begitu berbeda pada saat menyambut kedatangan jongdae sebelumnya.
Awalnya tuan dan nyonya shim mungkin mengira jika jongdae hanyalah berkunjung sebagai teman sekolah yunmi. Ya, tuan dan nyonya shim memang telah mengenal jongdae dan kedua orang tuanya dengan baik. Tentu saja karena saat upacara kelulusan sekolah, orang tua yunmi dan jongdae berada di tempat duduk yang saling berdampingan.
"Saya tidak sedang bermain-main paman, usia saya sudah tidak memungkinkan untuk melakukan hal seperti itu" jawab jongdae tanpa sedikitpun keraguan.
"-dan tentang ayah dan ibu saya, mereka mengetahuinya. Saya sudah berbicara dengan kedua orang tua saya. Mereka tidak bisa ikut bersama ke sini karena sedang berada di luar kota" lanjut jongdae mematahkan kemungkinan alasan keraguan tuan shim.
Nyonya shim tersenyum canggung. "Tentang itu kami mengerti. Tapi, apa ini tidak terlalu cepat ?" Tanya nyonya shim setelahnya.
Jongdae balas tersenyum. "Tidak bibi, semuanya telah saya pikirkan baik-baik, tidak ada kata terlalu cepat untuk sebuah niat yang baik bukan ?" Jawab jongdae.
"-ya, tapi nak, menikah memelurkan banyak persiapan. Maksud bibi-"
"Bibi tidak perlu khawatir, saya sudah mempersiapkan segalanya. Rumah, mobil, dan tabungan lainnya. Saya berjanji tidak akan mengecewakan yunmi" potong jongdae membuat tuan shim tidak lagi bisa menahan kekehannya.
"Kami tidak memikirkan seberapa banyak materimu nak, kami hanya berharap puteri kami bahagia" kata tuan shim kemudian.
Jongdae mengangguk mantap. "Saya berjanji. Saya akan membahagiakan yunmi"
Tap. Tap.
Tap.
"Jongdae-ya" suara yunmi terengah. Penampilan gadis itu begitu berantakan. Yunmi pasti telah berlari sepanjang perjalananya menuju rumah.
Ya, beberapa saat setelah kedatangan jongdae. Nyonya shim diam-diam menghubungi gadis itu dan ia begitu terkejut. Jongdae. Pemuda itu ternyata tidak main-main dengan perkataannya.
Sesaat setelah ia menutup sambungan teleponnya, yunmi segera berlari melepas jas putih kebanggaannya dan berlalu memecah ramainya koridor rumah sakit.
Jongdae menoleh menatap yunmi yang masih berdiri dengan sisa nafas tersengkalnya. Pemudanya itu tersenyum teduh kepadanya.
"Dia tidak sedang main-main. Ouh! Sial. Ku kira dia- karena itu aku tidak mengatakannya kepada ayah dan ibu" gerutu yunmi dalam hati.
"Hey, yunmi-ya mengapa masih berdiri di sana. Kemarilah" suara nyonya shim menyuruh puterinya itu duduk di sisinya.
Yunmi menurut. Masih dengan ekspresi tidak percayanya gadis itu duduk di samping ibunya. Hatinya benar-benar bercampur aduk, perasaan yunmi tidak menentu.
Tuan shim kembali terkekeh membuat semuanya kembali fokus pada pria paruh baya itu.
"Baiklah aku percaya padamu dan aku pecayakan putriku kepadamu" suara tuan shim setelahnya membuat ketiga orang lain di ruangan itu terkejut dengan ekspresi berbeda-beda.
Jongdae dan nyonya shim tersenyum bahagia bercampur lega kontras dengan yunmi yang terdiam membatu di tempatnya.
Yunmi tidak percaya. Bagaimana bisa ayahnya memberikan persetujuan kepada jongdae dengan begitu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush On You
FanfictionTanpa ada angin dan tanpa ada hujan ia bilang ia ingin melamarku ?