Apa yang nampak oleh indera, takkan sama dengan nyata.
Nyatanya perjuangan ini menemukan titik akhir. -Bagas Ran
Chelsea menutup mulutnya kaget. Apa yang ia lihat, apa yang ia dengar bisa menggertak langkahnya. Berjuang atau menutup kembali pintu hati yang telah ia coba untuk membukanya? Entahlah.
Inikah keterlambatan?
Harapan untuk bisa lebih baik dengan menyadari apa yang sesungguhnya terjadi kini berakhir dengan kesia-siaan.Pada dasarnya Chelsea hanya mengandalkan kenyamanan ketika ia bersama Bagas. Tapi mengapa rasa cinta ikut mewarnai? Takdir yang indah.
Kesadaran yang menjatuhkan? Chelsea baru menyadari satu hal tentang Bagas. Tidak sekedar rasa nyaman, lebih dari apa yang diam pada titik kenyamanan. Ini melibatkan perasaan.
Baru saja Chelsea merasa tenang dengan bisa menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Dan bisa menghilangkan kekhawatiran akan kehilangan Bagas.
Apa takdir seolah menjawab kekhawatiran itu?
Menjadi sebuah kenyataan untuk melepaskan?Chelsea mengingat satu hal.
"Dalam suatu perasaan hanya ada dua hal. Balik kanan atau memperjuangkan. Lo pilih mana?"
"Gue nggak tau" terdengar nada pasrah dan helaan napas dalam.
Sheryl tahu jawaban yang akan dilontarkan oleh Chelsea. Ia tahu betul dengan sikap Chelsea yang tak pernah bisa mengedepankan perasaannya. "Ada jawaban lain Nona?" sinisnya.
Chelsea tak bergeming. Matanya sibuk menyalang sibuk dengan pikirannya.
"Pilihan yang pertama tentang perasaan adalah balik kanan."
Chelsea menoleh.
"Maksudnya?"
"Kalau lo nggak bisa nerima perasaan seseorang, lo harusnya balik kanan. Kalau nggak, lo sama aja ngebuat perasaan itu sebagai permainan yang bisa lo mainin semaunya." papar Sheryl.
Chelsea yang mendengarnya hanya bisa mengangguk.
"Yang kedua, memperjuangkan"
"Maksudnya, kalau lo emang bener-bener serius sama perasaan lo." tambah Sheryl.
Chelsea mengernyit heran. "Berjuang?"
"Betul" jawab Sheryl dengan cengiran lebarnya.
"Berjuang? Mending kalau orang yang diperjuangin punya perasaan yang sama. Kalau enggak? Emang enak berjuang sendiri?" ucap Chelsea menggebu.
"Itu yang dirasain Bagas" umpat Sheryl pelan.
"Apaan?"
"Enggak Chels. Sensi amat"
Chelsea tak bergeming.
"Kalau misalnya itu terjadi, lo harus tetap berjuang dengan mempertahankan perasaan lo. Jangan peduli dengan ego yang menyuruh lo buat balik kanan. Apapun yang terjadi, orang tulus nggak bakal jadi pengecut!" tandas Sheryl bijak.
"Jika akhirnya orang yang diperjuangin tetap milih orang pilihannya, dia bakalan ikhlas. Karena dia tau itu adalah kebahagiaannya." simpul Sheryl.
"Orang tulus rela ngorbanin perasaan, bukan ngegantungin perasaan" nada yang Sheryl lontarkan sangat menyindir.
"Se-sebenernya...."
Chelsea mengerjap karena terdengar samar-samar ucapan Bagas yang mengembalikan dari lamunannya.
"Gue ngambil yang pertama Ryl. Semoga lo bahagia Gas" setelah mengucapkan kalimat keputusannya, Chelsea langsung keluar dari kafe dan berniat untuk pergi dari kenyataan yang mengharuskannya sadar akan kesalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grandpa And Grandma
Fiksi RemajaBukan sebutan dari keturunan. Melainkan sebutan kasih sayang ikut mewarnai cerita mereka yang panjang. Akankah menjadi kenyataan sesuai dengan harapan? Atau terkubur bersama kenangan? #ChelGas #BagasRan #AgathaChelsea