Jeongguk tak sadarkan diri selama dua hari penuh. Saat pertama kali sampai di rumah sakit tempat Seokjin bekerja dua hari lalu, wajahnya hampir seputih kertas. Seokjin, sebagai dokter yang secara khusus menanganinya, menyatakan bahwa Jeongguk mengalami dehidrasi dan kelelahan yang amat sangat.
Selama dua hari itu pula, Seokjin, Namjoon, dan Taehyung bergantian menjaganya di rumah sakit. Ya, Taehyung sudah tahu apa yang menimpa kakak dan kekasih kakaknya itu. Walaupun awalnya ia sangat tidak percaya, tetapi ia jadi yakin melihat pakaian Jeongguk yang sudah terlipat rapi di lemari kamar pasien. Juga, setelah melihat bekas luka di betis Namjoon.
Pukul satu siang di hari itu, Selasa, Jeongguk membuka matanya. Sinar matahari yang masuk lewat jendela membuat ruangannya sangat terang tanpa perlu lampu. Yang ia lihat pertama kali adalah langit-langit berwarna putih dan sebuah lampu yang dipasang di tengah-tengah kamar. Ia bingung melihat sebuah botol berisi cairan bening. Cairan tersebut mengalir melalui selang yang terhubung ke punggung tangan kirinya. Di sebelah kanan, ada seorang pria muda sedang membaca buku.
Tatapan mereka bertemu, membuat pria itu berdiri dari kursinya. "Ah, kau sudah bangun? Halo. Aku Kim Taehyung, adiknya Seokjin-Hyung."
"Aku tahu," jawab Jeongguk. "Halo. Aku Jeon Jeongguk."
"Aku panggil Hyung dulu. Tolong tetap berbaring, Jeongguk-ssi," kata Taaehyung dan segera menekan sebuah tombol merah yang ada di atas sandaran ranjang.
"Apa ini rumah sakit?" tanya Jeongguk dengan polosnya.
"Benar."
"Ternyata rumah sakit sangat nyaman." Kekeh Jeongguk.
"Nyaman katamu? Uh, aku saja tidak betah!" Gerutu Taehyung yang pernah diopname.
"Masa? Sudah lama aku tak berbaring di atas tempat yang empuk seperti sekarang."
Beberapa saat kemudian, pintu kamar rawat pun terbuka, diikuti Seokjin dan seorang perawat yang membawa papan jalan untuk alas menulis. Jeongguk tersenyum ke arah Seokjin. "Hai."
"Jeongguk-ssi, bagaimana perasaanmu?" tanya Seokjin. Ia segera memakai stetoskop dan memeriksa Jeongguk.
"Baik." Jeongguk merasakan sensasi dingin dari stetoskop yang menempel di dada bagian atasnya.
"Apa kau bisa duduk?" tanya Seokjin lagi. "Cobalah."
Tanpa diminta, Taehyung mengulurkan tangannya ke punggung Jeongguk untuk membantunya bangun. Jeongguk berusaha bangkit dari posisi berbaringnya. Tanpa dorongan yang kuat dari Taehyung, ia bisa bangun dengan mudah layaknya orang sehat.
"Hm, bagus. Sore ini kau bisa pulang," seru Seokjin senang.
"Pulang?" tanya Jeongguk bingung. Sekilas, ia teringat rumahnya di jaman dahulu. Tetapi kan, ia ada di masa depan!
"Taehyung, kau temani dia mengobrol. Hyung harus mengecek pasien lain. Sampai ketemu nanti, Jeongguk-ssi." Seokjin dan perawat tadi pun berlalu.
"Kau akan tinggal bersama kami untuk sementara waktu," ujar Taehyung kemudian.
Jeongguk makin bingung. "Di rumah kalian berdua?"
Taehyung mengangguk. "Kenapa? Aku jamin kau tidak akan menyesal. Masakan Seokjin Hyung sangat enak. Kudengar, kau suka kimchi buatannya kan? Hehe."
Pipi Jeongguk merona karena malu. "Terima kasih. Aku tak tahu bagaimana cara membalas kebaikan kalian."
"Hmm.. tidak masalah. Lagipula, kau sudah menyelamatkan Seokjin Hyung dan Namjoon Hyung. Ya kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Grey Town [NamJin]
FantasyKencan Namjoon dan Seokjin harus batal ketika mobil yang mereka tumpangi ditabrak traktor tanpa pengemudi. Keduanya terdampar ke dimensi lain dan mendapati mayat bergelimpangan hampir di seluruh bagian kota yang seluruhnya berwarna abu-abu. Hingga m...