A For The First and Last

937 151 30
                                    

"Bisakah aku memulai?

Nah ini adalah salah satu bagian dari begitu banyak bagian dari hidupku yang paling aku tidak suka. Aku benci memulai, dari dulu sejak aku mulai proses belajar membaca, aku benci mengeja setiap huruf hingga bisa membentuk kata, dari kata lalu berubah jadi kalimat, kemudian jadi paragraph, lalu kemudian apalagi? Menjadi satu cerita dan tamat, berkahir, selesai, the end,"

"Berhenti berceloteh tidak jelas Namjoon, jika kau membuat kalimat sepanjang itu untuk dialog mu aku yakin penonton akan tertidur sejak lampu dimatikan," Suara melengking cukup menyebalkan itu keluar dari mulut Min Yoongi, pria pucat yang duduk di atas meja penonton. Memperhatikan Kim Namjoon - pria yang sedang mencoba menghafal dan berimprovisasi dengan karakter yang sedang dia coba dalami dalam naskah drama yang dia pegang tapi justru berakhir menyebalkan.

"Ahhh Hyung, aku tidak bisa. Ini sulit, kenapa tidak ambil jalan mudah saja, buka pintu, ucapkan selamat datang, kasih bunga, selesai," Namjoon berjalan menghampiri Yoongi yang sibuk menatap sebal ke arah Namjoon. Anak ini, mukanya saja yang terlihat dewasa, perangainya tidak demikian. Kekanakan, amat sangat kekanakan. Yoongi merutuk dalam hati.

Kesal, Yoongi pun melemparkan bundelan naskah drama yang dia pegang ke muka Namjoon yang langsung kaget dan meringis kesakitan.

"Kau ini kenapa sih Hyung, aku kan hanya menyampaikan pendapat," Namjoon berteriak kesal ke arah Yoongi yang hanya dibalas suara 'blaam' keras pintu yang Yoongi tendang setelah keluar dari ruangan pertunjukan itu.

**

"Kau kesal yah Hyung?" itu suara Jimin yang sedang sibuk membuka Susu kotak yang dia bawa dari rumah untuk Yoongi. Bagaimanapun dia sangat yakin Yoongi akan kembali emosi ketika bertemu dengan dia setelah berlatih, atau lebih tepatnya melatih Namjoon yang sudah sejak sebulan tak ada kemajuan sama sekali.

"Aku akan membunuh dia," Jimin diam saja. Dia kaget tapi berusaha menyembunyikan kekagetannya saat ancaman itu keluar begitu saja dengan santainya dari mulut Yoongi.

"Eiii Hyung, jangan terlalu diambil pusing. Dia hanya tidak punya pengalaman untuk hal-hal seperti itu, makanya dia terlihat buruk," Jimin mencoba menenangkan Yoongi yang sudah mulai berasap. Emosi Yoongi kali ini benar-benar memuncak. Dia tak habis pikir bagaimana Namjoon bisa sebodoh itu dalam berkating. Bahkan ini sudah sebulan sejak mereka berlatih tapi Namjoon belum hafal satu kalimat pun yang ada di naskah.

"Jim, kau benar-benar harus melihat ekspresi wajahnya. Dia benar-benar terlahir bodoh dan egois dari awal, aah aku ingin membunuhnya," lagi-lagi Yoongi menggeram. Dengan sabar Jimin hanya mengelus lembut bahu Yoongi. Bagaimanapun tidak ada cara lain menenangkan singa buas yang sedang marah, Jimin hanya tidak habis pikir kenapa dari awal Yoongi memilih Namjoon untuk pentas penyambutan kembalinya profesor kesayangan mereka ke kampusnya. Lagi pula bagi Jimin Profesor mereka yang sudah tua itu mana mau menonton drama picisan soal kehidupan pemuda yang katanya sedang mengejar mimpi itu.

Jimin berpikir, dia ingin membantu Yoongi yang terlihat benar-benar frustasi akibat Namjoon yang berubah menjadi bodoh ketika berkating. Padahal menurut penilaian Jimin yang bahkan sudah diakui oleh negara Korea sendiri saat menerima Namjoon di kampus mereka. Namjoon adalah pria sempurna dengan otak di atas super sempurna. Dia bahkan mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan Korea atas perintah Presiden kala itu karena Namjoon mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran saat SMA dan nilai sangat sempurna saat tes ujian masuk universitas.

"Ku rasa memang Namjoon Hyung tidak punya pengalaman hidup yang berat dan jatuh cinta, ah bahkan dia tidak pernah merasakan kegetiran pahit dalam hidup makanya dia tidak bisa akting," Jimin lantang berbicara. Yoongi yang sedang menyuapkan Kimbab segitiga ke mulutnya diam menatap Jimin, mendengarkan lanjutan ocehan Jimin.

Alice In UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang