Kejatuhan dan 2 Keluarga yang Berbeda

1.9K 92 2
                                    

Ditengah perjalanan pulang pun gua tetap nangis dan berteriak hingga saking capeknya gua tertidur
Adzan Magrib membangunkan gua, entah kenapa dari kecil gua kalo denger Adzan berasa gimana gitu meskipun sampe sekarang gua Bad Religioner

Gua melihat kanan kiri namun tak ada orang ,kemudian gua berjalan kearah dapur dan melihat mereka semua tengah berbuka puasa
semua anak eyangkung ada di situ, kecuali Pakde Dwi (anak nomor 2)
"Pakde Dwi kemana Buk?" tanyaku sambil mengucek mata dan menghampiri Bu'e
"Pakdemu lagi kerja le. ."
"kerja apa?" crewet gua kambuh
namun tak ada yang menjawab dan mamah coba mencairkan suasana
"dek Oxa mamah suapin ya?"
"maunya di suapun Bu'e"
"sama sop ya le?"
gua hanya mengangguk dan beberapa sendok sop pun masuk kemulut gua
"sabar Ning, sue sue yo kulino bocahe(sabar ning, lama lama anaknya juga terbiasa)" eyangkung coba menguatkan mamah

setelah buka sore itu entah kenapa gua mulai dekat dengan mamah
dan bertanya ini itu
"Pakde Dwi itu kerjanya apa mah? kok setiap pergi bawa mobilnya eyangkung nggak pernah dibawa pulang?"
mamah mulai kebingungan menjawabnya
emang waktu itu gua masih bocah, tapi dengan rasa ingin tahu yang besar membuatku cepat berkembang
memang IQ gua cuman 128, tak bisa dikatakan genius tapi juga bukan bodoh
karna menurut gua nggak ada orang bodoh, yang cuman orang yang belum atau terlambat tahu

"Mas Dwi beberapa bulan ini penyakit judinya kumat lagi mbak" mbak Tutik langsung menjelaskan duduk perkaranya setelah masuk kamar
"emang udah abis apa aja Tik?"
"sawah Bapak uda ilang 2 sama 1 mobil"
"trus Bapak gimana?"
"ya gitu itu, tetep ngebelain Mas Dwi"
mereka ngobrol dan menganggap gua nggak ngerti apa yang mereka bicarakan
tapi lama lama mata gua berat kemudian tertidur

-------

lebaran usai, mamah balik lagi ke jakarta, gua ikut nganterin ke stasiun dan entah kenapa gua nggak rela mamah pergi, tangis gua pecah dan mulai saat itu kalo Bu'e nyuapin ato ngebujuk makan gua harus ke stasiun dengan alibi nungguin mamah dateng meski berakhir gua nangis dan eyangkung marah
ya,marah melihat cucunya tersayang menangis.Baginya tangis itu tanda kesedihan.
tapi marah itu juga faktor dari Pakde Dwi yang menghabiskan harta kami, kecuali rumah dan satu petak sawah warisan

------

97 menjadi tahun eyangkung meninggalkan kursi sekertaris DPRD
beliau memang sengaja mengundurkan diri karena perihal suap
sebenarnya ia bisa saja menerima uang "Pembuatan Jas DPRD" dengan nominal 5jt
FYI 5jt tahun 97 beda jauh dari sekarang
kata beliau "aku di percaya bukan untuk membohongi orang yang mempercayaiku"
ya,sang tulang punggung keluarga sekarang hanya mengandalkan uang pensiunan camatnya
tapi papah dan mamah tetap mengirimkan uang setiap bulannya hingga malapetaka 98 terjadi
tahun itu seharusnya gua masuk TK
tapi dilarang oleh papah dan mamah
benar,karna kerusuhan papah dan mamah pulang dan mengajakku pindah ketempat Mbahkung di lereng Merapi,tepatnya di Kemalang
rasanya ketika papah pulang tak ada yang spesial, karna papah orang yang dingin tapi keras, itu terlihat pada suatu sore di tahun itu
"udah situ le main tanah aja, Mbahkung nggak punya robot Voltron" sambil memberikan arit (mirip celurit) untukku menggali tanah
"nggak mau,nanti di marahin eyangkung" gua menolaknya meski dengan rasa penasaran
"gapapa, mamahmu sama papahmu aja ngebolehin kok" bujuknya

akhirnya karna tak ada permainan lain, gua pun maenan tanah. gua ngerasa beda karna ketika sama eyangkung gua jadi anak yang super manja,super hati hati bahkan mirip Jimmy The Bubble Boy
tapi gua di sini beda, gua belajar hidup dengan alam, mulai dari ke kebun, kasih makan sapi, perah sapi, bahkan minum susunya langsung
# euuuhhhh kalo keinget

ya sebagai kepala sekolah mbahkung menganggap aman dan teknologi itu perlu, tapi kita hidup di alam dari alam namun tetap mengajari gua kejiwaan meski hidup gua sekarang kacau
benar benar 2 keluarga yang berbeda

Ketika Seorang Psycho Mulai MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang