Pendakian Pertama

397 17 0
                                    

Sampe Ujian selesai gua masih kepikiran omongan Kodok ditambah lagi pikiran gua yang begitu kompleks. Terlintas beribu pertanyaan konyol.
"kira kira bumi ini tambah besar apa nggak? Sementara tumbuhan terus tumbuh,dedaunannya jatuh ke tanah kemudian membusuk dan menjadi tanah. Terus tanah bertambah tapi tumbal dari bertambahnya tanah itu apa? Sedangkan batang dan akar pun juga jadi tanah" nah hal hal seperti itu yang mengisi pikiran gua dan berakhir di kenangan gua sama Anggi, muncul lagi kematian Anggi dan gua kembali bertanya " Tuhan itu Maha segalanya, tapi kenapa nggak menciptakan semua manusia dalam keadaan baik? Kenapa harus ada setan? Tuhan bisa membuat semuanya tunduk kepadaNya termasuk iblis, tapi kenapa hal itu tak terjadi? Kenapa gua dan lo lo pada harus di uji? Ato jangan jangan Tuhan itu nggak ada" semua itu terlintas sangat cepat dan gua jawab sendiri semua pertanyaan hingga gua mempelajari agama mayoritas. 24 jam gua nggak keluar dari kamar hanya untuk mempelajari itu. In the end i got the conclusion. Manusia itu selalu belajar ilmu, dan ilmunya selalu berkembang mendekati Penciptanya tapi tak pernah sampai.

Beberapa hari kedepan nggak ada race. Bingung mau ngapain. Main game juga bosen. Entah kenapa kali ini gua bisa bosen main game. Biasanya berhari hari nggak beranjak dari depan kompi juga fine fine aja. Terlintas tentang gunung. Gua ke net buat ngajakin anak anak muncak. Tapi hasilnya nihil.

gua :"kalo lo nggak mao siniin kunci motor lo sama gua pinjem duit 150"

Kodok :"ah naek gunung kan gratis, ngapain pake duit coba?"

gua :"yauda kalo gratis temenin gua"

Kodok :"iye iye , nih.." Kodok memberikan kunci motornya di sertai 3 lembar duit 50 an.

gua :"doain gua"

Kodok :"alah pasti lo pulang selamet, setan mana yang mau makan orang macem lo"

gua :"makannya doain gua mati lah. Biar semua cepet kelar. Lagian asik mungkin mati di gunung"

Kodok :"ah susah ngomong sama lo" mengalihkan pandangannya dari gua dan kembali memandangi layar monitor.

gua bawa motor kodok pulang, ambil ransel,jaket head lamp. Terus gua ke mini market beli 2 bungkus mie instan,1 botol air mineral,coklat,rokok dan korek, cuma itu aja bekal gua. Puncak Garuda,Merapi. Itu yang bakal jadi tujuan gua.

------

Jam setengah delapan malem gua sampai di Basecamp Selo sekaligus tempat penitipan motor dan pengurusan perijinan pendakian. Jalur pendakian utama ya cuman Selo ini.Seorang pria paruh baya yang mengurus perijinan.

Gua :"pak titip sepeda motor sama mau ngurus pendakian"

petugas :"motornya di parkirin di dalem" gua ngikutin instruksi memarkir motor di dalem rumah khas jawa yang sebagian besar bangunannya dari kayu. Baru aja selese markir motor petugas tadi uda menghampiri gua dengan pulpen dan beberapa kertas di tangannya

petugas :"rombongannya mana mas?" sembari melihat kearah jalan memastikan ada ato nggak rombongan gua

gua :"saya seorang diri pak"
petugas itu memandangi gua seperti nggak yakin sama gua. Memang pada waktu itu gua sama sekali nggak bisa di bilang pendaki. Pakaian aja nggak jelas, celana jeans hitam,jaket parasit coklat keunguan,sepatu snicker hitam putih sama ransel Black Jack kesayangan gua. Nggak mencerminkan pendaki sedikit pun.belum sempat petugas itu mengomentari gua.

gua :"rumahnya pak Slamet sebelah mana ya Pak?"

petugas :"ada perlu apa dengan pak Slamet?"

gua :"saya cucunya Pak Djumadi dari kemalanng,Klaten"

petugas itu merubah ekspresinya menjadi sumringah, nggak ada keraguan lagi di wajahnya.

petugas :"iya iya. Kakekmu dulu sering kemari"

#keburu pagi nih kalo bertele tele

gua :"jadi berapa pak biaya nya?" wajahnya sekarang berekspresi sinis ke gua

petugas :"nggak usah bayar,isi aja formulirnya. Salam buat kakekmu." petugas itu menyodorkan beberapa kertas dan sebuah pulpen kemudian meninggalkan gua. Gua isi semua formulir di atas jok motor,nggak gua tunggu balik petugas tadi. Form,pulpen sama duit 20 ribu gua tinggal di atas jok gitu aja.

Trek awal masih berupa jalan aspal yang menanjak. Sekitar 10 menitan jalan gua sampe di Joglo dan di sekitarnya ada beberapa bangunan yang mirip seperti warung. Cukup dingin saat malam hari di ketinggian 1.600 an meter dpl. Gua nggak pake berhenti, yang gua tau,gua rasa dan gua pengenin cuman Puncak. Gua lanjut jalan,treknya berupa jalan setapak dengan dasar tanah yang melewati ladang ladang penduduk. Sama sekali gua nggak liat pendaki naik atau pun turun. Gua sengaja nggak nyalain head lamp karna malem itu bulan purnama, jadi penglihatan gua hanya turun sekitar 35%. Sepi, nggak ada suara serangga,bahkan angin pun nggak bertiup. Gua percepat perjalanan gua sambil sesekali berhenti menyalakan rokok. 30 menit waktu gua perlukan buat sampe ke pos I, itupun gua udah terengah engah. Kalo emang takdirnya gua mati di sini yang pasti mati,tapi kalo emang belom waktunya mati ya nggak bakalan mati meski gua jatuh ke jurang. Gua berhenti di pos ini,wujudnya tugu setinggi 1,5 meter. Gua ambil air mineral dan somadril sebiji. Ya,sebagai dopping and no fear of danger. Gua pasti sampe puncak,karna gua mau, gua yakin dan gua pengen mati kalo emang udah waktunya.

Ketika Seorang Psycho Mulai MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang