BAB 6 - Latihan pertama

2.9K 309 19
                                    

"Gue tagih janji lo kemarin, kita harus latihan hari ini.'' Gana sudah siap untuk pulang. Sekarang ia memandang dan menunggu Hani yang masih sibuk membereskan bukunya kedalam tas.

Mendengar itu Hani merengut sebal sambil menatapnya, ''Iya, gue inget!'' seperti biasa kata-katanya sangat ketus, tapi tetap membuat Gana diam-diam tersenyum.

Hani tak berkata apa-apa. Ia langsung keluar kelas mendahului Gana mengabaikan tatapan garang para perempuan centil yang menghujamnya dari seluruh penjuru kelas karena mereka tahu ia akan pergi kerumah Gana.

Entah dari mana mereka tahu informasi itu, yang jelas mereka sangat berbakat dalam hal 'mencari tahu semua hal tentang Gana'. Bahkan mereka tahu apa yang berada di dalam tas Gana setiap harinya.

"Mau kemana?'' Gana menarik lengannnya spontan ketika ia hendak berbelok ke kanan tepat saat keluar dari pintu kelas.

Ia menatap Gana sengit ketika Gana memegang lengannya tiba-tiba, lalu melepaskannya dengan kasar.

Gana sadar arti tatapan itu, "Sorry, gue nggak sengaja.''

"Gue hari ini nggak bawa mobil, gue bawa motor.'' katanya lagi, menatap perempuan yang selalu memasang wajah jutek dihadapannya.

Karena tak ada jawaban, Gana berjalan mendahului Hani kearah parkiran motor.

Hani baru saja melangkahkan kakinya mengikuti Gana ketika ia merasakan seseorang berlari kearahnya dari arah dalam kelas. Reflek, ia kembali mundur lalu membuat orang yang berlari kearahnya jatuh tersungkur.

Ah, untung saja refleknya cepat. Setidaknya walaupun ia tak bisa berolah raga atau bela diri, ia masih bisa melindungi dirinya berkat kelebihannya yang satu ini.

Brukk!

Seseorang jatuh tersungkur dihadapannya. "Aaahhh!''

Gana menoleh dengan kaget, menyangka kalau Hani yang berteriak.

Hani menatap datar ke arah seseorang yang terjatuh tepat didepan matanya.

Dia pasti sengaja mau nabrak gue. Batinnya kesal sambil menatap perempuan rusuh itu.

"Rinnn! Lo nggak papa?!'' teriak Dessy, salah satu teman dekatnya.

"Sakit...'' keluhnya sambil bermuka melas, tahu karena Gana melihat ke arahnya.

"Lo tunggu apa lagi? Ayo..'' Gana menyadarkan Hani yang masih berdiri ditempat, dan tak mengacuhkan Rina sama sekali.

"Bwahahahhaa!! Lo dikacangin Rin! Sukurin!'' Beni tiba-tiba sudah berada disalah satu jendela kelas yang terbuka dengan memunculkan sebagian kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak melihat adegan konyol didepannya.

Hani berjalan mengabaikan keributan kecil yang dibuat oleh orang-orang yang berada dikelas yang sama dengannya.

"BEEENIIIIIIIII!" teriak Rina tambah kesal. Rencananya yang awal mula ingin menabrak tubuh Sasi agar ia terjatuh, malah berbalik kearahnya. Juga, Gana sang pujaan hatinya sama sekali tak memerdulikannya bahkan saat ia terluka.

***

"Pegangan ya.'' Gana memperingatkan sebelum melajukan motornya.

Hani diam, berpikir agak lama dimana ia harus berpegangan.

Motor yang dinaikinya kurang lebih sama seperti motor Digo, yaitu motor ninja. Saat dibonceng Digo, ia bisa bebas berpegangan atau melingkarkan tangannya dipinggang Digo. Tapi.. saat ini ia bukan diboncengan Digo.

"Gue bilang, pegangan! Bahaya!'' Gana tiba-tiba menarik paksa tangan kiri Hani lalu menaruh di dipingganya sendiri.

Hani terlalu kaget dengan apa yang dilakukan Gana, sampai-sampai ia tak menyadari kalau motor itu sudah melaju kencang di jalan raya. Reflek ia langsung melingkarkan tangannya yang satu lagi. Mau tak mau ia harus terus berada diposisi seperti ini kalau ia tak ingin terjatuh.

Next to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang