SAFIRA POV
Cinta ? Cinta yang sesungguhnya tidak dapat kita utarakan dengan kata-kata, karena cinta tidak berbentuk. Cinta datang sendiri tanpa pernah tau alasannya dan yang terpenting tanpa paksaan. Tapi, bagaimana jika kalian dipaksa untuk mencintai seseorang ? Atau bahkan, dipaksa untuk menikah dengan seseorang yang tidak pernah kalian kenal ? Itulah nasib gue sekarang.
Disaat semua teman sebaya gue, sibuk mencari cinta sejati mereka dan menganggap pernikahan adalah suatu yang sakral, yang dilaksana sekali seumur hidup. Tapi bagi Ayah gue, itu semua bagai permainan yang harus gue ikuti.
Mungkin ini cerita hidup gue, hidup yang penuh dengan skenario. Yang gue sendiri sebagai pemeran utama dalam skenario yang dirancang Ayah gue, Indra Wijaya.
Safira Nathania Apsarini Wijaya, tapi cukup kalian panggil gue Safira.
Lima tahun gue sama ayah tinggal berdua, ya.. nyatanya memang Tuhan lebih sayang sama Bunda. Dua tahun berjuang melawan penyakitnya, sampai akhirnya Bunda ninggalin gue sama ayah.
Sementara gue hanyalah anak tunggal, yang buat gue ngerasa bukan lagi anak piatu melainkan anak yatim piatu karena kesibukannya yang buat gue kehilangan sosok seorang ayah.
Pada suatu hari, sepulang kampus. Tak biasanya, gue melihat sosoknya. Beliau terlihat tengah asik dengan koran yang sedang dibacanya di ruang tamu, lalu melipat koran tersebut dan menyimpannya di samping kanannya saat menyadari kedatangan gue.
“Ayah mau bicara,”
“Safira simpan tas dulu ya, yah..” ucap gue hati-hati.
‘Ngga salah lagi, pasti Ayah udah tau kalau Credit Card gue jebol lagi deh...’ pikir gue sambil mengigit bibir bawah.
Karena gue sadar, bulan ini cukup banyak tagihan yang gue ciptakan di lembar tagihan yang nantinya akan datang ke Ayah.
“Duduk!”
Gue dengan terpaksa mengikuti apa yang diperintahkan beliau tanpa berkomentar. Gue duduk di sofa lain, sofa tepat dihadapannya.
Ayah menarik nafas kasar sambil mengeluarkan sebuah surat dari sakunya lalu membantingnya ke meja. “Udah surat kelima dari Bank datang ke kantor dan kamu.. safira, apa kamu tau apa isi surat itu...”
‘Gila, abis gue!'
Gue rasa kali ini Ayah bener-bener marah, lihat saja ayah sudah menyebut Safira dalam ucapannya.
“Ayah akan cabut semua fasilitas.. mobil, credit card, ATM, uang yang ada di dompet kamu, laptop dan.. handphone kamu siniin...” ucapnya dengan nada yang mulai meninggi.
“Tapi Yah, Safira janji Yah ngga akan boros lagi.. tapi jangan Ayah sita semua barang Safira yahh..” pinta gue dengan melas.
“Oke.. Ayah akan batalin semuanya, dengan satu syarat...”
“APAA?!! Safira akan turutin Yahhh..”
“Kamu mau Ayah jodohkan..”
“HAHA.. Ayah bercandanya ngga lucu...” gue pun terkekeh mendengarnya.
“Ayah serius. Kalau kamu nolak, ya sudah. Ayah ngga akan maksa kamu,” ucap Indra yang langsung beranjak dari duduknya. “Sini barang-barang kamu!”
“Jangan Yahh..” gue pun mengeluarkan satu persatu barang yang disebutkan Ayah tadi.
“Handphone kamu sini..” dengan berat hati, gue mengeluarkan handphone dari dalam tas gue.
Ayah pun membawa semua barang-barang itu dan berlalu dari hadapan gue.
‘Jodohin?? Nikah?? Kenapa ayah ngga sekalian aja nikahin gue sama om-om,’ pikir gue.
Menerima perjodohan dengan orang yang tidak pernah gue kenal adalah keputusan gila.
Ya.., terlihatnya emang gue udah gila mungkin. Karena akhirnya gue menerima perjodohan itu, hanya demi mendapatkan barang-barang gue lagi.
Gue rasa, gue akan tambah gila tanpa barang-barang itu.
Laki-laki itu Adit namanya, Aditya Kavin Ardana. Dia merupakan salah satu mahasiswa Magister di salah satu Perguruan Tinggi di Jakarta dan merupakan tangan kanan Ayah di kantornya.
Pertemuan gue dengan Adit, laki- laki yang dijodohkan oleh Ayah pun telah terjadi sebulan lalu. Dan sekarang hari pernikahan itu, secepat inikah ? tapi inilah skenario yang Ayah ciptakan untuk gue.
Tampak terlihat Ayah duduk sebagai wali yang langsung menikahkan dan Adit duduk tepat didepan ayah dengan jas hitam serta kopiahnya. Sementara gue cuma bisa menyaksikan semua itu dari balik jendela dengan stelan kebaya putih layaknya seorang pengantin wanita pada umumnya dan gue masih berharap ada keajaiban atas semua ini, sepertinya memang keberuntungan kali ini tak berpihak ke gue.
Sekarang Adit resmi menjadi suami gue dan gue resmi menjadi istri Adit, begitu Adit dengan lantangnya mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikkan nafas didepan Ayah dan para tamu undangan.
🐥🐥🐥
Hai apa kabar kalian? Hihi.. Aku balik lagi dengan cerita lama ku, mungkin ini karya kedua di wattpad karena sebelum tau wattpad aku lebih suka posting difb, yg kebanyakan ff 😆
Ini sebenernya cerita lama aku, kalau diliat dari tanggal di ms. Word sekitar bulan februari tahun lalu, hihi.. Cuma emang berhenti ditengah jalan karena sibuk kuliah, jadi aku mencoba menyelesaikan dan masih binggung endingnya, jadi biarkan ya berjalan apa adanya.
Semoga kalian suka, kalau punya kritik dan saran atau masukkan buat ceritanya manggga ditinggu.
Baca dulu baru tinggalkan voment kalian, semoga terhibur.
Salam hangat,
-DFA-
KAMU SEDANG MEMBACA
Salahkah Aku Mencintaimu? [END]
Romance'Entah apa yang ada di lubuk hati laki-laki ini? Salahkah aku mencintainya? Mungkinkah aku mencintainya? Entahlah Bahkan aku sendiri ngga tau, gimana perasaanku pada laki-laki ini.' -Safira • • • 'Gue takut, kalau gue tidur sama lu di kasur yang s...