bab delapan

2.6K 316 38
                                    


Namun apa artinya kutukan Mayuzumi Chihiro jika kebebasan semu yang diharapkannya sudah terpampang dekat di depan mata.

Canggung, Tetsuya berdiri dalam balutan shiramuku. Serba salah, dengan kaki manakah dirinya harus melangkah lebih dulu. Seorang pengurus kuil memintanya memilih dua penutup kepala. Tsunokakushi yang bermakna untuk menyembunyikan kecemburuan, atau wataboushi yang benar-benar menutup hampir seluruh wajahnya—lambang kesopanan karena pada akhirnya, hanya Seijuurou seorang yang mampu melihat wajahnya.

Ya, Akashi Seijuurou, lelaki asing yang tiba-tiba sekarang menjelma menjadi 'calon suaminya'.

Tetsuya sampai sekarang masih tidak mau berpikir sebenarnya dunianya dan dunia Seijuurou berotasi secepat apa.

"Masuklah."

Menyadari bahwa Tetsuya sangat ragu-ragu, Shirogane Eiji, satu-satunya orang lain selain dirinya dan Seijuurou, mengundangnya masuk.

Tetsuya melangkah dengan sangat hati-hati. Tolonglah, rasanya baru kali ini berjalan saja jadi begitu sulit. Seakan setiap langkah terasa salah, terasa kurang pantas.

Ia mulai berkeringat dingin. Tetsuya khawatir bedak putih yang dilumurkan tipis-tipis ke wajahnya sebagai lambang kesucian tubuhnya itu, akan meleleh, menjatuhi kimono-nya. Membuat dirinya akan ditertawakan oleh Seijuurou-kun karena muncul dalam keadaan buruk rupa.

Apa sebegini susahnya menjadi calon istri?

"Duduklah saling berhadap-hadapan, berikan penghormatan kalian untuk satu sama lain."

Tetsuya tidak berani mengangkat mata.

Seijuurou yang duduk menekuk kaki di hadapannya, tampak berkali-kali lipat lebih rupawan dalam balutan monsuki haori hakama. Membuat Tetsuya, tidak hanya canggung, juga semakin minder karena ia bahkan tidak pernah ingat kapan terakhir kali ada pecahan fajar yang terserak di atas bumi.

Seijuurou-kun dan ketampanannya adalah sesuatu yang layak dikutuk. Tetsuya benci kecenderungannya untuk menganggumi sang pemburu. Tetsuya benci kecenderungannya untuk bertahan tidak berkedip, semata-mata hanya karena sebuah pekerjaan tidak berguna bernama 'terpana'.

Terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri yang acak-adut berantakan diterjang muson bernama Akashi Seijuurou, Tetsuya sampai tidak sadar bahwa seharusnya, dirinya adalah yang memberi penghormatan lebih dulu. Ia buru-buru membungkuk.

Seijuurou menyambut kesopanannya yang datang terlambat dengan menahan senyum, dan membantin—sebenarnya jika Tetsuya mau menjadi pasangannya selamanya, itu juga tidak akan buruk.

Masalahnya—Seijuurou ingin tertawa dengan pikirannya sendiri—ia bukan orang yang senang menetap di suatu tempat. Ia orang yang senang berkelana. Seijuurou tidak keberatan Tetsuya menemaninya dalam pengembaraan.

Namun, orang-orang asing di tempat-tempat yang ia singgahi, memang sering bertanya macam-macam. Dan Seijuurou tidak yakin ia akan bisa menjawab pertanyaan orang-orang itu, jika tiba-tiba saat dirinya bersama Tetsuya, mereka akan bertanya tanpa rasa berdosa, "Hei, Tuan Pemburu. Bagaimana kau bisa membujuk sebongkah bulan purnama untuk bersedia menjadi pasangan hidupmu? Bumi bahkan terasa kurang pantas untuknya—tidakkah ia ingin kembali ke langit, bertakhta dan meninggalkanmu? Kau yang hanya seorang pemburu tampak lebih layak melamunkan pantulannya di atas permukaan danau, ketimbang memilikinya untuk dicintai olehmu."

Shirogane Eiji membuyarkan lamunannya.

"Hirup sake di dalam tiga cangkir ini. Masing-masing sesap sembilan kali. San-sankudo."

Senbazuru E-VERSION ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang