Sesampainya di rumah, Dewi di kejutkan dengan keadaan ibunya yang gelisah.
"Assalamu'alaikum bu" ucap Dewi kemudian mencium punggung tangan Ibunya
"Wa'alaikumsalam.. Akhirnya kamu pulang juga neng, ayo cepet kamu mandi, ganti baju, sholat, makan, terus temenin ibu ke rumah sakit"
"Rumah sakit? Emangnya ada apa bu?"
"Udah, kamu lakukan aja apa yang ibu suruh, nanti ibu kasih tau di perjalanan"
Meskipun dengan perasaan campur aduk, Dewi tetap melaksanakan apa yang di perintahkan Ibunya.
Setelah selesai dengan apa yang di perintahkan Ibunya tadi, Dewi kembali ke ruang tamu untuk menemui Ibunya
"Bu, Dewi udah siap"
"Yaudah yuk!" Ajak Ibunya
"Emang ada apa sih Bu? Siapa yang sakit?" Rasa penasaran tak bisa lagi di pendam Dewi lagi.
"Udah nggak usah nanya dulu sekarang, nanti ibu kasih tau pas udah sampai di sana"
Kenapa ini? Ada apa dengan ibunya? Sepertinya ada hal yang di sembunyikan oleh sang Ibu? Ingin rasanya Dewi membom bardir dengan semua pertanyaan itu, tapi apa daya, dia hanya bisa menunggu sampai Ibunya mau memberitahunya. Keadaan sekarang tidak memungkinkan untuk menanyakan semua pertanyaan itu.
Dewi dan ibunya kini telah sampai di sebuah rumah sakit di daerah Garut kota, tepatnya di desa Tarogong. Mereka berjalan sedikit tergesa dengan wajah ibunya yang masih terlihat sama seperti tadi.
Tegang dan pancaran khawatir yang di keluarkan mata hitamnya.
Sampai akhirnya mereka sampai di sebuah ruangan IGD yang terdapat beberapa orang yang sedang sakit di dalamnya, mata ibu Zainab menyapu ke semua arah ruangan, tampak seperti mencari seseorang.
Dari kejauhan, terlihat ada seorang wanita yang tampak sebaya dengan bu Zainab memakai gamis warna hijau dengan kerudung panjang berwarna senada, itu tampak seperti orang yang tidak asing di mata Dewi.
Tapi sekarang fikirannya bukan tentang itu, tapi tentang satu orang yang sekarang tengah terbaring di kasur rumah sakit yang ada di depan mereka
Mata sayu yang terpejam itu..
Wajah pucat itu..
"Ayah.?" ucap Dewi setengah berteriak tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Ayah kenapa bu?" setelah tersadar dari keterkejutannya, Dewi langsung membom bardir Ibunya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sejak tadi ada di hatinya.
"Sebentar neng, lebih baik kita ke ruang tunggu saja ya, di sini takut mengganggu Ayahmu dan pasien-pasien yang lain.."
Sesampainya di ruang tunggu dan mereka sudah mendudukan diri di kursi yang ada, Ibunya langsung menjelaskan. "Tadi pas ayahmu mau pergi ke sawah, dia ke tabrak mobil, dan Alhamdulillah ada tante Lilis dan anaknya yang melihat, dan Ayah kamu langsung di bawa ke rumah sakit, tante Lilis juga yang ngasih tau ibu lewat telepon."
"Terus yang nabrak ayah kemana bu? Dia tanggung jawab kan?" tanya Dewi kemudian
"Sudah, penabraknya sudah bertanggung jawab ko, bahkan dia yang membayar perawatan Ayahmu, sekarang dia sedang di kantor polisi untuk memberikan keterangan. Sudahlah, yang penting Ayah kamu nggak papa, dia cuman tidur ko" Bu Zainab menjelaskan
"Memang siapa yang nabrak Ayah bu?"
"Ah sudahlah Dewi, itu tidak penting, yang penting sekarang itu Ayah kamu nggak papa, nggak ada yang serius"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah dan Cinta yang harus di relakan
SpiritualDewi seorang gadis biasa yang pernah berbuat dosa dengan menjalani "pacaran" hingga akhirnya dia tersadar dan mungkin mendapat hidayah Allah yang membuat dirinya harus memilih antara "cinta" atau "hijrah"