+ 10 +

11.7K 1.1K 32
                                    

Tell me what you think about this chapter :))

***

Orang tua kadang memang suka membingungkan. Setelah kukira mama Adrian berhenti berupaya menjodohkanku dengan putranya, rupanya masih ada rencana lain yang diatur oleh para orang tua. Ini benar-benar sebuah konspirasi yang tidak kuketahui.

Hari Jumat itu tiba-tiba ibu menelepon bahwa dia sudah menjemputku di kantor. Buru-buru kubereskan barang-barang dan menghampiri mobil yang sudah menunggu di area drop off.

"Kita mau kemana? Tumben ayah sama ibu jemput Amanda di kantor?" Interogasi dimulai begitu aku duduk nyaman di bangku belakang. Ibu dan ayah hanya tersenyum, tak berkata apa-apa.

"Kemana nih Bu? Kita mau makan malam?" MAsih keukeuh kutanyakan kemana rencana keberangkatan kami saat ini.

"Duduk manis aja, Manda," ayahku tersenyum-senyum. Aku khawatir mereka merencanakan hal yang tidak-tidak. Tapi karena ayah dan ibu tidak berkomentar apa-apa, mereka malah membahas jalanan Jakarta yang tumben agak lowong, aku juga memilih diam saja. Aku baru sadar bahwa ini jalan menuju bandara. Like, really?

Pukul 8 kami sudah sampai di bandara Soekarno-Hatta.

"Ayo jangan bengong, bawa barang kamu," ibu mencolek tanganku.

"Barang aku? Aku gak ngerasa packing,"

Ibu menyodorkan tas ransel yang sering kupakai untuk perjalanan dengan durasi singkat. Ibu tersenyum, kebalikan dengan putrinya yang semakin kebingungan. Kuseret ranselku mengikuti ayah dan ibu menuju JCo. Sepertinya menunggu waktu keberangkatan di toko donat ini.

Siapa yang kami temui di sana makin membuatku ternganga.

"Kena macet Jeng?" sapa Mama Adrian kepada ibuku.

"Sedikit. Tapi lancar kok," jawab ibuku.

Ibu dan ayah bersalaman dengan mama dan papa Adrian. Sedangkan anaknya sendiri? Dengan wajah tertekuk bangkit dan menyalami kedua orang tuaku.

"Hei," sapaku pada Adrian, berusaha bersikap ramah.

"Hmm," Cuma itu balasan Adrian. Aku mengabaikannya. Duduk dengan memangku ranselku di sebelah dia. Kami masih sama-sama mengenakan pakaian kantor. Sejujurnya aku tidak menyadari kapan Adrian pergi karena aku begitu terburu-buru saat ibu mengatakan sudah di bawah.

Rupanya kami diculik ke Bali. Penerbangan pukul 21.15 WIB dengan pesawat Garuda dan direncanakan sampai di Bandara Ngurah Rai pukul 00.15 WITA. Perasaanku terbagi antara geli, senang, sekaligus kaget. Ibu dan ayah memang sering mengajakku dan kakak berjalan-jalan, kadang memberikan kejutan juga. Aku selalu senang kalau diajak jalan-jalan begini. Namun untuk kali ini, yang membuatku geli adalah karena aku pergi ke Bali bersama keluarga Adrian. Adrian sendiri nampak kaget karena ada aku ikut di perjalanannya.

"Udah deh, enjoy the trip," kataku sambil lalu. Menyeret ransel dan bersiap untuk boarding. Adrian mengeluarkan suara erangan tanda dia keberatan. Tapi dia tetap berjalan menuju pesawat. Tidak mungkin kan dia balik kanan bubar jalan kembali ke rumah setelah tahu aku ikut ke Bali juga?

Perjalanan ke Bali yang diselenggarakan oleh kedua orang tua ini membuatku tercengang. Apa artinya kedua orang tuaku sudah setuju untuk menjodohkan kami? Hemmmmmmmmm, aku merenung cukup keras untuk pertanyaan itu. 

Aku dan Adrian sama-sama lelah akan aktivitas di kantor. Biasanya kami akan pulang dan beristirahat. Tapi ini malah langsung berangkat ke bandara dan melaksanakan perjalanan selama 2 jam. Tanpa sadar aku tertidur dan kepalaku bersandar di bahunya. Aku tidur tidak lama. Ketika kulirik jam, aku bangun pukul 10. Namun kurasakan Adrian juga balas bersandar ke arahku. Maka aku tak bergerak sedikitpun, berusaha membuat kami berdua nyaman dengan posisi masing-masing.

The Cure of Our Secrets - END (GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang