Ch.1

392 38 12
                                    

Him PoV

Dorrrr..!!!
Terdengar suara tembakan. Sebuah peluru melesat jauh keatas. Alih-alih aku memutar kepalaku kekiri kekanan depan belakang. Mengarahkan pistol yang kupegang erat dengan kedua tanganku keatas tepat disamping telinga. Sedikit jongkok aku berjalan mengendap-ngendap di dalam hutan yang penuh dengan semak belukar ini. Sesekali aku menyingkirkan perlahan alang-alang yang menutupi jalanku.

Doorrr!! Ini sudah yang keberapa kali dia melesatkan tembakan peringatannya untukku menyerah.Tapi aku tetap pada posisiku.

Aku melangkahkan kakiku perlahan. Sungguh posisiku kini sangat tidak menguntungkan. Untuk bergerak sedikit saja tak bisa. Sial. Aku terjebak di lautan alang-alang ini. Aku memilih spot yang salah untukku sembunyi. Alang-alang ini membuatku gila. Jika aku bergerak sedikit saja alang-alang ini akan bergerak juga. Bagaimana jika dia mengetahui aku bersembunyi dibalik alang-alang ini. Sesuai dugaan. Aku mendengar suara kaki yang perlahan mendekatiku. Desakkan demi desakkan kaki yang menjarah alang-alang ini semakin dekat dan semakin dekat. Aishhh... aku tak bisa tinggal diam. Hanya ada dua pilihan. Antara aku harus loncat keluar dan menyerangnya. Menembak tepat dikepalanya hingga dia mati. Atau terpaksa aku harus terjun dari atas tebing ini. Kau tau jika aku masuk kedalam lautan alang-alang didepanku. Delapan pasukannya tentu akan mengepungku dari setiap sisi. Ini pilihan yang tak bisa kusangkal.  Jika aku terjun kebawah apa yang akan terjadi padaku??. Bayangkan tebing di belakangku yang curam dan tinggi ini. Apakah aku harus terbang layaknya Spiderman yang bisa mengeluarkan jaring dari jari tangannya lalu diarahkan ke tebing seberang sana dan berhasil meloloskan diri. Tapi lihatlah aku bukan spiderman bagaimana bisa aku melakukannya aku bahkan tak membawa peralatan lengkap kecuali dua senapan yang ku selipkan disamping celanaku. Jika memang aku harus keluar dari tempat persembunyianku sama saja aku memanggil ajalku. Lihat. Delapan anak buah yang berdiri tak jauh dari orang ini. Mereka sudah meyodorkan pistol mereka masing-masing. Dengan tatapan tajamnya mereka begitu siap dengan serangan tiba-tiba yang akan aku lakukan.

"Kau masih belum menyerah!!." Ledeknya. Huh.. Menyerah?? Tak ada kata menyerah dalam kamus perangku. Jika memang aku harus mati sekarang setidaknya aku harus menancapkan salah satu peluruku di kepalamu terlebih dahulu. Dan bukankah aku harus memberi salam terakhirku. Huh. Salam?? Tapi tidak mungkin, bagaimana bisa aku memberikan salam padanya. Akulah yang harus meminta salam perpisahan terakhir darinya.

Kau percaya?? Sebelumnya aku pernah menghadapi musuh yang lebih sulit dari ini. Lebih banyak dan lebih liar dari mereka. Walaupun aku harus berakhir di rumah sakit.  Setidaknya aku masih bisa memainkan pistol kesayanganku ini. Okehh.. tak ada waktu untuk menjelaskan semuanya.

Tak ada pilihan lagi. Aku lebih memilih pilihan yang realistis. Dari pada aku terjun dari tebing, sama saja aku menjauhinya. Itu sama artinya aku seorang pengecut. Huh!! Pengecut?? itu bukan dari typicalku.

Kyaaaaaa!!! Aku melonjak keluar dari persembunyianku bersamaan dengan teriakkanku. Layaknya Slow Shutter dalam drama. Aku memutar badanku diudara. Kuarahkan pistolku tepat di bagian dadanya. Kutarik pelatuk hingga terdengar suara keluar. Dorr!! Okehh.. satu mangsa bisa kutebas. Yapp.. dia kapten pasukan mereka.

Tunggu!! Tapi lihatlah delapan orang dibelakangnya yang sudah siap dengan pistol yang mereka todongkan padaku. Aku langsung menjatuhkan badanku di antara pohon alang-alang ini. Aku merangkak mencari sudut-sudut yang memungkinkan untukku bersembunyi. Ahh.. percuma aku merangkak sedangkan mereka berlarian mencariku dengan buasnya.

Ini tak-tik pertama. Aku merangkak diam-diam mendekati salah satu pasukan yang sedang sibuk mencariku yang tak jauh dariku. Pelan-pelan aku merangkak sembari melihat gerak-geriknya. Saat aku sudah dekat. Tanpa pikir panjang. Aku langsung meloncat di punggungnya. Lalu kusekap mulutnya. Dan kujatuhkan dia bersamaan denganku ketanah. Dia sempat melawanku. Tapi kini posisinya sudah tak bisa banyak berkutik. Ku kunci kedua kakinya dengan kakiku. Kupukul hebat bagian belakang kepala berkali-kali hingga dia pingsan.

Hunter And HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang