Siapa?

189 23 2
                                    

"Key gue boleh singgah ga di hati lo?"

Aku terdiam

Aku menelan salivaku dengan susah payah

Tidak. Aku tidak boleh memperlihatkan bahwa aku gugup.

"Gabisa, badan lo kegedean gamuat dimasukin ke hati gue"

Aku pergi meninggalkan Edo.

Oh Tuhan bagaimana ini, mengapa aku gugup? Sangat gugup.

"Key"

Edo memanggil.

Aku mempercepat langkahku.

Lebih cepat lebih cepat.

Dia memegang tanganku.

Lagi.

"Key!"

"Emm gue mau pulang, Do" ucapku.

"Oke gue bakal anter lo pulang"

Dia jalan duluan.

Dia tidak membahas yang tadi?

35 menit di perjalanan. Hening tidak ada pembicaraan.

Sesampainya di depan rumahku. Aku memberikan helm nya.

"Makasih"

Dia hanya tersenyum. Aku bergegas masuk ke rumahku.

"Key" aku membalikkan tubuhku.
"Gue bakal tanya pertanyaan yang ke dua"

Oh tidak. Aku langsung kembali masuk ke rumah dengan cepat. Aku tidak ingin bertemu Edo lagi. Tidak ingin. Tidak ingin.

Aku membaringkan tubuhku di kasur dan mengambil ponselku.

Jariku menari nari diatasnya. Mengetikkan sesuatu.

Aku membuka line melihat Reza mengirimkan pesan lewat line.

RezaRD
Gue tadi liat lo jalan sama Edo

Gue juga liat lo jalan sama Nadia
-sent picture-
Hahaha ga enak juga ya se sekolah sama mantan
Susah lupa
Apalagi yang mantannya lebih cantik lebih pinter dari pacar
Anggep kita ga pernah ada hubungan apapun Re
Putus.

RezaRD
Bagus kalo lo sadar mantan gue lebih segalanya dari lo

Ya, dan satu lagi
Semua rahasia lo ada di tangan gue
Dan lo udah cari masalah sama gue.

RezaRD
Lo ngancem sekarang? Silakan, sebarin sepuas lo

Oke, perlahan gua bakal buat lo kesiksa kenal sama gue

RezaRD
Deal.

Berarti kami sudah tidak ada hubungan apapun dan aku tidak peduli lagi.

----

Senin.

Ah waktu cepat sekali berlalu, sekarang sudah hari Senin.

Semua murid sudah berkumpul di lapangan untuk mulai upacara.

Waktu hari ini terasa lambat sekali. Ah menyebalkan.

Pembina hari ini adalah Kepala Sekolah. Pasti akan ada ceramah ber jam jam.

Aishh sial. Gumamku.

"Apaan sih lo ngomong sendiri Key" Niva mengoceh di belakangku.

"Apaan sih lo nyambung nyambung aja" aku kesal.

"Dih apaan sih. Gila lo"

Praktis aku membalikkan tubuhku.
"Aishhh"

"Kalian berisik banget sih, diem dong, udah tau lagi upacara" itu suara Gion, ketua kelas kami.

Dan benar kan apa kataku, upacara ini lama sekali, sangat lama.

Menit demi menit berlalu. Wajah semua murid sudah kusam, hey lihat saja wajah mereka, kusut.

Selesainya upacara semua murid kembali ke kelas. Belajar.

Pelajaran pertama hari ini adalah matematika. Pelajaran kesukaanku.

Pak Heri datang membawa setumpukan kertas ulangan minggu kemarin. Sepertinya akan diumumkan nilainya.

Aku tidak yakin akan nilai matematikaku kali ini soalnya itu soal yang rumit bagiku.

Pak Heri membacakan nama siswa satu persatu untuk mengambil hasilnya dan saat bagianku.

Oh tidak.

Aku terkejut.

Bagaimana aku bisa mendapatkan nilai 90, dan aku satu satunya murid yang tidak remedial.

Ya, setiap ulangan matematika aku tidak pernah remedial. Karena aku menyukainya.

Sesuatu yang kita sukai akan membawa keberuntungan. Agar selalu mendapat hasil yang baik, kita harus belajar untuk menyukainya.

Jangan tanya dengan biologi, berbanding terbalik dengan matematika.

"Keyra, karena hanya kamu yang tidak remedial. Kamu di luar sambil mengerjakan halaman 156 bagian a dan b"

"Iya, Pak"

Aku keluar dan duduk di luar mengerjakan tugasnya.

Baru saja aku ingin duduk aku melihat Nadia berbincang dengan aduh dia tertutup tembok.

Aku mencoba melihat, sepertinya itu laki-laki namun bukan seperti Reza.

Aku berusaha agar bisa melihat, aku melangkahkan kakiku ke samping terus secara perlahan.

Terus melangkah.

"Keyra, bapak bilang kan mengerjakan tugas, ngapain kamu ngendap ngendap kaya maling, ayo kerjakan!"

Aish sial. Cowo itu pergi.

"Baik, Pak"

Aku kembali ke tempat semula.

Aku tidak tahu laki-laki itu siapa tapi Nadia tampak akrab, dia berbincang sembari tertawa.

THIS LOVE [The Pain] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang