Pelangi Di Ujung Senja

212 7 3
                                    

Langit murka, warna pekatnya merajai di sore itu.

Sunyi...

Hanya terdengar gemericik air hujan dan suara petir yang saling beradu di atas sana. Hembusan angin yang kencang serta kilauan putih yang sepersekian detik sekali menampakan diri itu sanggup menggetarkan jantung lebih cepat dari biasanya.

Sangat Parah, sore itu cuaca benar-benar ekstrim, hujan badai yang mengerikan mengguyur seluruh permukaan bumi.

Iqbaal meringkuk, tubuhnya ditekuk lemas di pojokan kamar sesekali wajah dan telinganya ia tutup saat petir menyambar dahsyat.

Iqbaal meringis, ia terlalu takut untuk berteriak, ia takut membuat keluarganya resah.

Petir kembali menyambar bumi lebih dahsyat. Tak perduli akan Iqbaal yang semakin meringis ketakutan di pojok dekat tempat tidurnya.

Seketika itu, jendela terbuka keras dan gorden pun ikut bergerak memberontak tertiup angin.

Ketakutan semakin mendera Iqbaal, ia merapatkan kepalanya dengan lutut. Keringat dingin pun bercucuran di sekujur tubuh jenjangnya.

"Kak, Kakak di mana?”

Seseorang membuka paksa kamar Iqbaal, lalu manik birunya bergerak mengitari setiap sudut kamar yang terlihat berantakan itu.
Kemudian ia melangkah mendekati jendela yang terbukalebar, menengok keluar sesaat, lalu menutupnya kembali rapat-rapat, samar-samar ia mendengar isakan yang tersedu-sedu di dekat tempat tidur.

"Kak Iqbaal?”

Saudara kembarnya itu bergumam saat melihat sosok remaja yang sedang meringkuk ketakutan, ia segera mendekat dan berjongkok di hadapan remaja itu.

"Kakak gakkenapa-kenapa kan?Luke khawatir banget sama Kakak.”

Iqbaal masih ketakutan ketika pelukan hangat itu menyentuh tubuhnya. Pelukan Luke一saudara kembar Iqbaal.

Luke berusaha mengangkat tubuh Iqbaal perlahan, kemudian menidurkan kembali saudara kembarnya itu di atas kasur.

“Jangan takut lagi Kak, ada Luke di sini, lebih baik sekarang Kakak tidur.”

Luke menyelimuti Kakaknya yang masih menggigil ketakutan, wajahnya terlihat sangat pucat.

“Jangan tinggalin Kakak, Luk, Kakk takut.” Lirih Iqbaal sendu, Ia menggenggam erat pergelangan tangan Luke.

“Jangan khawatir, aku selalu ada di sini buat nemenin Kakak. Kalau perlu, Kakak boleh pegang tangan Luke terus biar Luke gak bisa ninggalin Kakak sendirian.”

Luke berucap tegas, ia terlalu sayang dengan saudara kembarnya ini.

Tangan Iqbaal terus meraba-raba tangan Luke, ia berusaha memastikan kalau Luke tidak akan meninggalkannya sendirian disaat hujan badai seperti ini.

Karena nasib Iqbaal memanglah tidak seberuntung Luke, kegelapan telah menemaninya selama kurang lebih enam tahun semenjak kecelakaan mobil yang menimpa keluarganya, dengan kata lain Iqbaal telah mengalami kebutaan.

Petir kembali menyambar dengan hebatnya, bumi bergetar seakan-akan kiamat segera terjadi sore itu. Itu semua membuat Iqbaal langsung menyembunyikan wajahnya di balik selimut tanpa melepaskan tangan Luke.

“Luke tutup gordennya bentar, ya? Kakak gak usah takut.” Ucap Luke lembut.

Ia segera menutup gorden rapat-rapat tanpa bisa cahaya kilat menembusnya. Mata sembab一akibat tangisan yang terus-menerus ditahannya一 itu pun terpejam.

"Luke akan selalu jagain Kakak.”

Luke bergumam lirih sambil mengusap kening Kakaknya yang sudah benar-benar terlelap, butiran bening menggenang一tanpa berniat sedikitpun terjatuh一di sudut mata Luke.
_____________________________

Pelangi Di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang