Bagian 7

20 8 0
                                    

Abram POV

Sudah satu minggu lebih Meyra terbaring di rumah sakit,aku yakin jika ada sesuatu yang meyra dan kakakku sembunyikan. Aku memang sadar kalau aku telah melakukan kesalahan besar dengan melukai perasaan meyra. Tapi salahkah aku menjaga perasaan ini untuk mempertahankan satu wanita?SASA,andai dia tahu betapa besar perasaanku kepadanya pasti dia tidak akan meninggalkanku. Aku hanya ingin mencintai satu wanita dalam seumur hidupku sekian lama ku nantikan Sasa kembali apakah harus kuakhiri?oh tuhan bantulah hambamu ini!

Kulangkahkan kakiku menuju koridor sekolah,mataku memandangi suasana sekolah yang begitu ramai langkahku terhenti saat melewati ruang kelas meyra. Ada perasaan gelisah dan rasa bersalah setelah kejadian tersebut. Aku mencoba memberanikan diri melangkahkan kaki ke ruang kelas meyra,hasilnya nihil meyra masih belum berangkat sekolah. Ya aku sukses membuat meyra terluka begitu kejamnya diriku terhadap meyra bukan hanya sukses menyakitinya kini aku telah sukses membohongi perasaanku sendiri. Kubuang nafasku kasar,hanya penyesalan yang aku dapatkan.

"Kak Abram"terdengar suara wanita memanggilku,awalnya kupikir itu meyra tapi ternyata?itu gladis sahabat meyra.

"ah,kenapa?" ucapku dingin,aku memang terbiasa dingin terhadap semua wanita kecuali mama dan Sasa.

"boleh bicara sebentar?"

"penting?"ucapku singkat

"menyangkut meyra kak" ucapnya.

"jika itu benar tentang meyra,baiklah mau bicara dimana?"

"di tempat yang mungkin hanya aku dan kak abram yang tau"aku menarik nafas panjang,jika tidak berhubungan denga meyra,aku pasti tidak akan mau.

"baiklah,kita bicarakan di parkiran belakang sekolah"

***Parkir belakang****

"cepet ngomong gih"ucapku seketus mungkin

"ok,kak abram perlu tahu apa yang selama ini udah terjadi. Sebenernya aku dilarang ngasih tahu ini semua ke kak Abram berhubung ini menyangkut kehidupan meyra jadi aku harus ngomong jujur ke kak abram." Gladis mengambil jedah beberapa detik untuk melanjutkan penuturannya padaku.

"kak abram, asal kak abram tahu. Selama ini meyra udah banyak berkorban buat kak abram!!"

"maksud lo?" tanyaku,aku memang tidak mengerti arah pembicaraannya.

"hufft,ok. Kak abram dulu pernah nabrak meyra waktu di kantin?inget?"

"yes" jawabku singkat.

"aha,asal kak abram tau bekal yang meyra bawa itu bekal buat kak abram. Bekal yang selama ini dikasih diem diem buat kak abram,terus waktu kak abram sakit di rs?gara gara kecelakaan itu yang nolongin meyra kak. Dia mati matian donorin darah buat kak abram supaya kak abram nggak kenapa napa lagi asal kak abram tahu meyra juga udah donorin satu ginjalnya buat kak abram,asal kak abram tau kak irkham baik ke meyra bukan karena meyra udah ngegoda atau gimana mana sama kak irkham,tapi karena kak irkham cuman mau balas budi sama meyra karena udah mau donorin satu ginjalnya buat kak abram. Dan sekarang apa yang kak abram lakuin ke meyra?kak abram malh maki maki meyra ngehina hina meyra!!sori gua udah ngomong blak blakan kek gini ke kak abram soalnya gua juga nggak mau kalau meyra itu kenapa napa!!"

Deg,seketika jantungku mulai terasa sesak mendengar penuturan gladis kali ini. Aku benar benar tidak menyangka jika meyra begitu baik kepadaku.kupikir meyra hanyalah main main mencintaiku,ternyata dia benar benar menyayangiku.mata ini mulai memanas aku menangis?iya ini yang terjadi aku menangisi kebodohanku,aku serasa menjadi manusia yang kejam. Tidak mau membuka mata hatiku yang sesungguhnya,aku terbutakan oleh cinta lamaku. Kulihat gladis yang pergi menjauh dariku,aku yakin kalau dia juga menangis.

Dengan cepat aku melangkahkan kakiku pergi menjauh hanya satu yang aku pikirkan meyra. Aku mencoba menerobos kerumunan murid yang sedang berlalu lalang disekolah rasanya aku ingin cepat cepat menemui meyra,harus kuakui bahwa aku benar benar bodoh dalam menjaga perasaan.

*Terkadang kehilangan itu perlu,agar kamu mau mengerti bagaimana caranya menghargai cinta yang selalu ada.

~DimasAbraham.

[TBC]

please vote and comment.

Tetaplah BersamakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang