25. Awal Peperangan

240 36 5
                                    

Prim memakai pakaian perang yang diberikan Raja Lucan untuknya dan memasangkan perlengkapan yang diberikan oleh Ratu Elphrim. Dua pedang besar dan anak panah terpasang dipunggungnya dan ditutupinya dengan jubah abu-abu yang panjang menutupi wajahnya.

"Aku akan pulang setelah mewujudkan keinginanku." ucap Prim pada dirinya sendiri saat menatap dirinya di cermin dan mengeluarkan batu yang ia letakkan di kantong ranselnya. Ia mengambil tas ranselnya dan membuangnya ke dalam tungku api.

"aku akan membeli yang baru nanti. Aku takut, aku akan membawa kenangan dari sini" ucap Prim tersenyum melihat tasnya meleleh terbakar api.

Prim membuka tangannya yang mengepal dan melihat batu Boiern yang bersinar terang walaupun di dekat tungku api yang sangat panas dan menyilaukan. Ia menggenggam batu Boiern dan meletakkannya didadanya dan melihatnya sesaat.

"Aku akan pulang." ucap Prim mencium batu Boiern dan menyimpannya di dalam sebuah kantung kecil yang ia gantungkan di kanan pinggangnya dan melangkah keluar dengan pasti.

***

Raja Edmund, Ratu Ashily, Pangeran Edmund dan Kai berdiri di dekat gerbang istana. Semuanya tampak menatap Prim yang telah siap di balik jubahnya yang berwarna abu-abu.

Prim sedikit menarik topi jubahnya untuk melihat yang lainnya yang telah siap berperang menggunakan senjatanya masing-masing.

Saat Prim sudah berdiri di samping mereka, mereka menatap pasukan orc yang berjajar dengan rapi di atas gunung yang berada di hadapan kerajaan putih.

Para pasukan orc baru saja melewati gunung tinggi yang menjadi penghalang mereka melihat benteng kerajaan Putih yang telah runtuh dan diikuti oleh tujuh penunggang naga hitam yang terbang melayang-layang di atas pasukan orc yang sangat besar.

Dari kejauhan Prim melihat pasukan orc berjajar seperti melihat semut yang baru saja keluar dari sarangnya hendak mencari makan secara bersamaan.

"Aku sudah memasang pelindung di seluruh istana hingga gerbang penunggang naga takkan bisa melewatinya." ucap Ratu Ashily memandang pasukan orc dengan berani layaknya pejuang sejati.

"Pasukan pemanah akan dipimpin Kai dan Ratu Ashily. Dan kita bertiga akan berada dibarisan terdepan pasukan utama." ucap Raja Edmund dan semuanya mengangguk mengerti.

"Hati-hati." ucap Ratu Ashily memegang tangan Raja Edmund.

Raja Edmund mencium tangan Ratu Ashily dan tersenyum simpul.

"Kau juga istriku." ucap Raja Edmund dengan lembut.

"Anakku." ucap Ratu Ashily membelai pipi Pangeran Edward yang telah siap dengan baju perangnya yang terlihat gagah dan berani.

"Baik-baiklah ibu. Aku tidak akan memaafkan diriku jikalau ibu terluka." ucap Edward dan Ratu Ashilypun mengangguk pelan dengan mata berkaca-kaca.

Kai mengangguk ke arah Prim yang tampak bawa perasaan dengan acara saling menyemangati keluarga kerajaan itu. Prim melirik Kai yang mengisyaratkannya untuk segera menarik jubahnya kembali menutupi wajahnya. Prim menelengkan kepalanya sambil mendengus sebal tapi sesaat kemudian ia mengangguk paham dan menarik jubahnya.

"Hati-hatilah." ucap Prim tanpa suara kepada Kai dan Kaipun mengangguk mengerti tanpa menatap Prim.

Prim naik keatas kudanya bersamaan dengan Pangeran Edward dan Raja Edmund.

Mereka segera memacu kudanya untuk pergi ke depan gerbang pertahanan kerajaan putih yang sudah berbaris pasukan yang siap bertempur.

Kota yang ramai kini tampak sunyi tanpa adanya orang-orang yang biasa berlalu lalang di tempat itu. Hanya terlihat beberapa prajurit yang berjaga di setiap sudut kota. Di depan istana telah berjejer pasukan peri yang bersiap memanah dan pasukan itu berlapis-lapis di setiap tingkatan istana kerajaan putih dan bercampur dengan beberapa pasukan pemanah kerajaan putih.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang