4. Ketel Air

381 58 5
                                    

Prim menggigit bibir bawahnya dan melancarkan tatapan tajam kearah Kai.

"Aku mengira peri seperti di dalam dongeng itu kecil dan lucu" ucap Prim mendengus sebal.

"Ternyata, peri yang sebenarnya berukuran besar dan menyebalkan" ucap Prim mencakar-cakar udara dengan kejam di balik punggung Kai.

Kai hanya tersenyum dari bibir merahnya yang tipis.

****

Sesekali Tursin atau Kai bersama Prim akan pergi meninggalkan jalur menaiki gunung untuk memastikan keamanan jalur yang akan mereka lewati.

Apabila hanya terdapat hutan dan tidak ada gunung maka Tursin yang akan memacu kudanya masuk ke dalam hutan dan tak lama setelah itu ia akan kembali dan memberikan sinyal tanda aman kepada Kai.

Dalam perjalanan Prim tertidur dengan pulas dan terbangun saat malam tiba.

Prim membuka matanya dan melihat dirinya telah berada di dekat api unggun kecil dengan ketel air panas yang diatasnya menggantung.

Langit malam sudah semakin gelap. Bulan tertutupi oleh awan malam dan hanya sedikit bintang yang tampak di langit malam.

Prim berselimutkan jubah Kai yang tadinya dipakainya saat berkuda dan berbantalkan jubah Tursin yang berwarna coklat tua.

Tursin tengah merokok dengan pipanya di dekat api unggun sedangkan Kai tak terlihat sama sekali.

"Kai sedang berpatroli. Semakin dekat kita dengan kerajaan putih maka semakin dekat kemungkinan kita akan bertemu Orc." ucapnya menggumpal-ngumpalkan asap di atas kepalanya dari pipa tembakau yang aromanya wangi seperti bau rempah-rempah yang tercium walau jarak Prim dan Tursin cukup jauh.

"Orc?" tanya Prim.

"Aku seperti di dalam film sungguhan. Ada peri, hobbit dan orc. Akan lebih menarik lagi jikalau ada Pangeran tampan, penyihir dan naga yang perkasa." ucap Prim menatap langit yang suram sambil berkhayal.

"Kau lelap sekali tertidur seperti bayi. Bahkan aku hampir bisa masuk kedalam mimpi mu." ejek Tursin tersenyum sambil menggigit pipanya dan menampakkan gigi-gigi putihnya yang putih bersih walau merokok.

"Dimana aku bisa buang air?" tanya Prim melihat Tursin yang senyum-senyum sendiri.

"Tunggulah Kai kembali dan jangan dekati hutan di sebelah sana." Tunjuk Tursin pada bayangan pepohonan rimbun yang tinggi-tinggi jauh dari tempat mereka berada.

"Disana para hewan pemangsa akan memakanmu hidup-hidup bahkan Orc sekalipun tak akan berani melewatinya" ucap Tursin menatap Prim dengan wajah serius.

Prim menggangguk mengerti.

"Kau lagi yang berjaga. Pria tua ini akan beristirahat. Jangan ganggu aku sebelum fajar menampakkan diri." titah Tursin menarik jubah Kai dan jubahnya sendiri untuk alas tidur.

"Setidaknya berikan aku nasihat untuk mendapatkan makanan." ucap Prim memelas memegangi perutnya yang keroncongan.

"Aku sudah menghabiskannya tadi. Sebentar lagi Kai akan membawakannya. Jangan habiskan. Tinggalkan untukku.. aku juga masih lapar." ucap Tursin menyelimuti dirinya didalam jubah Kai.

Prim melihat ketel air panas yang terus menerus di gantung diatas api unggun yang tidak kunjung mendidih.

Merasa kesal, Prim segera mengangkatnya dari gantungan itu dan mencari gelas dari tas bawaan Tursin berisi perlengkapan yang diberikan Rudolf.

Prim hendak menuangkan air yang hangat itu kedalam gelasnya. Tapi ia heran karena air yang sedari tadi terkena panasnya api unggun tak terasa panas sama sekali, melainkan hangat.

Missing to Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang