Lonceng Kafe

414 67 17
                                    

      Tergantung diatas pintu dengan aksen Itali kental berwarna emas dengan pita merah, berdenting setiap pelanggan memasuki kafe. Pelayan berapron abu sibuk meracik kopi untuk para pelanggan, sesekali tersenyum melihat air terpadu dengan kopi.

Denting lonceng berbunyi
Seorang lelaki berperawakan tinggi berjalan kearah pelayan kafe.

"Secangkir Ristretto , tolong"

      Pelayan berapron abu menoleh mendapati pria dengan setumpuk buku memasuki kafe. Dengan cekatan ia meracik ristretto nya. Pahitnya kopi dan manisnya susu menyempurnakan semuanya. Sempurna, pikirnya.
     Menyajikan kopi dihadapkan sang pelanggan, sesekali memperhatikan pelanggannya yang sibuk dengan buku tebal.

"Silakan, Ristretto pesanan Anda"
Dengan segera ia kembali ke dapurnya

"Tunggu, apa Anda pelayan baru?"

Wonwoo, si pelayan berapron abu berhenti. Ia membalikun tubuh menghadap si pelanggan.

"Anda mengatakan sesuatu?"

Dan Mingyu mengernyit heran. Sepertinya suaranya tidak kurang keras untuk ditangkap indra pendengaran manusia.      

"Ini terlalu panas untukku, tolong ganti yang lebih hangat"

Mingyu memperhatikan Wonwoo dengan tatapan penuh penilaian, ia tak pernah melihat pelayan ini sebelumnya.

"Maaf? Bisakah anda mengulangnya lagi?"

Astaga demi apapun batin mingyu mulai kesal, cukup dengan tugas yang menumpuk hari ini dia harus dikesalkan lagi dengan pelayan kafe aneh dengan tampang seolah menantang Minyu berkelahi.
Mingyu mendengas kesal.

"Ini terlalu panas tuan pelayan, tolong ganti yang lebih hangat"

Mingyu mengeraskan dan meninggikan suaranya.

"Anda ingin yang lebih panas?"

Oh shit! Ada masalah apa dengan telinga orang ini, kekesalan Mingyu sudah diambang batas alih alih menikmati kopinya mingyu malah dihadapkan dengan hal menjengkelkan seperti ini.

"Aku ingin kopi yang lebih hangat!"
Oh tidak, kemarahanya sudah memuncak. Teriakanya membuat seisi kafe menoleh pada mereka berdua.

"Maaf, akan segera saya ganti"
Tidak banyak kata, wonwoo mengambil cangkir mingyu meletakan diatas nampan dan berlalu kedapur.

Mingyu sedikit menyesal telah mengatakanya, walaupun sedikit lega memang.

Wonwoo masuk kedalam dapur, seorang pelayan lain menghampirinya.
"Wonwoo-ya, kau tak apa? Tadi aku mendengar ada pelanggan yang berteriak. Apa terjadi sesuatu?"

"Alat bantu dengarku tertinggal hyung"
Wonwoo menjawab dengan datar sambil meracik ristrettonya.

"Aku yang akan mengantar pada pelanggan tadi saja"
Dokyeom mengambil alih cangkir Wonwoo dan keluar dapur.

Sejenak pikiran Wonwoo kembali pada kenangan tiga tahun lalu. Ia melihat pemuda berusia lima belas bersama kedua orang tuanya tengah asik bercanda dan mengobrol didalam mobil yang dikendarai ayahnya, ya.. Anak itu adalah Wonwoo kecil yang bahagia.
Hujan deras mengguyur seoul dimalam hari, jarak pandang mobil hanya sekitar lima meter karena derasnya hujan. Dan semua berlalu begitu cepat ketika mobil keluarga Wonwoo terbalik dan terjungkir menabrak pembatas jalan.

Flash Back

Wonwoo kecil sadar dari komanya, ia membuka mata menatap sekeliling. Dia tau ini rumah sakit. Nyeri tiba tiba ia rasakan di telinganya yang berdengung ia menutup kedua telinganya dan menangis.
Seorang pria paruh baya masuk keruangan.

"Tuan Wonwoo, apa yang anda rasakan? Apa telinga anda sakit?"
Wonwoo hanya menggeleng kecil dan menangis lirih.

"Tuan saya harus mengatakan ini, kedua orang tua anda meninggal"
Pria paruh baya tadi yang diketahui adalah asisten  ayahnya berkata sambil tersedu.

"K kenapa kau menangis Pak Kim? A aku tidak bisa mendengarmu"

Mendengar perkataan wonwoo asisten Kim menangis semakin tersedu.
"Kau kehilangan pendengaranmu nak, kedua orang tuamu telah pergi, kau benar benar malang"
Tangis asisten Kim pecah.
Walaupun Wonwoo tidak bisa mendengar ia bisa merasakan sesuatu, ulu hatinya berdenyut nyeri, tangis Wonwoo tak dapat dibendung.
....................................................
Sudah dua hari semenjak ia sadar dari koma. Ia sudah tau mengenai kematian ayah dan ibunya. Wonwoo kecil yang ringkih dan rapuh bahkan tak sanggup untuk menangis.
Wonwoo turun dari ranjangnya berjalan pelan keluar kamar, ia ingin mencari udara segar.
Namun saat ia melihat Manager Park tengah menelpon, ia berhenti.
Wonwoo tidak menyukai manager park sejak awal. Meskipun ia orang kepercayaan ayah Wonwoo.
Samar samar Wonwoo mendengar percakapan manager park.
Seperti ada sesuatu yang ganjil, Wonwoo mendengarkan dengan cermat walau dia hanya bisa mendengar suara seperti berbisik. Sesuatu yang benar benar dia ingat dan dengar adalah tentang perusahaan, kedua orang tuanya meninggal, dan Wen Junhui. Sejak saat itu Wonwoo memutuskan untuk mencari tau semuanya dan menemukan Wen Junhui.

Flash Back Of

Wonwoo tersadar dari lamunanya, ia menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan bayangan masa lalunya.
Wonwoo keluar dari dapur, membersi kafe dan mengangkut cangkir cangkir kosong yang ditinggalkan pelangganya. Langkahnya terhenti dimeja yang tadi mingyu duduki, mingyu sudah pulang. Wonwoo diam mengamati cangkir ristretto kosong. Hatinya mencelos mengingat insiden tadi. Betapa bodohnya ia yang tuli dan mempermalukan diri sendiri. Pandanganya teralihkan pada buku yang tadi mingyu bawa. Wonwoo mengambil buku itu, tiba tiba jantungnya berpacu cepat saat membaca nama pada sampul buku.
Wen Junhui
Jadi, pria yang bersikap kasar padanya tadi adalah Wen Junhui? Orang yang sedari dulu ia cari.
Wonwoo mengambil buku tersebut, sejuta pikiran berangsang dikepalanya.

To be continue

Salam kenal reader~ semoga fanfiction pertama ini dapat respon yang baik.
Masih butuh banyak masukan dan saran.

RistrettoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang