"MIKAAA! KAMU NGABISIN BAHAN-BAHAN DI DAPUR LAGI??!!" Teriak Devi dari dapur yang berada di lantai bawah. Mika bergidik ngeri ketika mendengar pekikan menggelegar ibunya yang bahkan tetap terdengar jelas di lantai dua.
"Gawat!" Ucap Mika dengan panik.
"Mika! Buka pintunya!" Belum sempat Mika berpura-pura untuk tidur, ibunya sudah menggedor-gedor pintu kamarnya, seakan ingin merobohknnya.
"Eh buset, udah ada di depan pintu?!" Mika segera bangun dari posisi baringnya dan membuka pintu kamarnya. Terlihatlah seorang wanita paruh baya dengan emosi di ambang batas dan ditangannya ada... Panci?!
Mika membelalakkan matanya beberapa kali.
"Ampun, Maaaa... Ampunn!" Ujar Mika dengan memejamkan matanya serta melindungi kepalanya dengan kedua tangan sebagai perisai. Ia tak akan bisa memprediksi tindakan ibunya ketika sedang marah.
"MULAI SEKARANG, KAMU HARUS BELI BAHANMU SENDIRI! JANGAN PAKE BAHAN DAPUR!"
Mika menutup kedua telinganya rapat. "Iya, Ma. Iyaaa!" Melihat ibunya sudah diam, Mika membuka mulut.
"Ja--jangan teriak-teriak dong, Ma."
Devi menghembuskan napas berat beberapa kali. Kelakuan putrinya benar-benar keterlaluan. Mulai dari tomat, lemon, jeruk nipis, kunyit, madu, timun, hingga kayu manis, semua dihabiskan hanya untuk dibuat masker wajah. Awalnya Devi membiarkan Mika untuk mengambilnya karena memang wajah putrinya itu sedang bermasalah dengan jerawat. Tapi dirinya tidak akan mengira kalau Mika akan menghabiskan semuanya.
"Ta--tapi, Ma... Duit buat belinya..?"
Devi menatap Mika jengkel, "uang jajanmu." Balasnya ketus lalu menuruni anak tangga, untuk kembali ke dapur.
Mika mengelus dadanya lembut, berusaha tabah dengan kejadian yang menimpanya. Ia lalu menutup pintu kamarnya dan kembali berbaring di atas ranjang empuknya.
"Huwaaaa... jerawatku kan masih gak kempes maaaaa.." Rengek Mika.
"Oi, Mik!" Panggil Firman dengan menyembulkan kepalanya di pintu. "Itu Atan ada di bawah."
"Untung udah dateng!" Dengan sigap, Mika membuka pintunya, "Minggir, Bang!" Firman yang masih berada di depan pintu langsung saja diserempet oleh Mika.
"Tai." Umpat Firman.
Tak perlu waktu lama, Mika sudah bisa melihat Atan yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Tan, tan!" Panggil Mika heboh sebelum mendudukkan bokongnya di sebelah Atan.
Dengan malas, Atan menoleh pada Mika yang tadinya tampak berseri-seri dan kemudian berubah menjadi agak gelisah.
"Apaan?"
"Ini, Tan..." Sahut Mika menggantung.
"Ini apaan?" Tanya Atan kesal.
Mika menelan salivanya, "Ghifar nembak aku... gimana nih?" Ucapnya pelan.
"..."
Atan hanya memasang tampang cengo.
Tak ada jawaban darinya.
"Tan! Aku mesti gimana?" Seru Mika lagi dengan menggerak-gerakkan bahu Atan, mendesak untuk memberikan jawaban.
"Tolak lah, gob...lin."
Hampir saja Atan mengatakan sesuatu yang kasar. Untung ia segera sadar dan mengubah jalur kata itu.
"Ke..napa?" Tanya Mika sedih, hingga akhirnya dahinya berkerut, "Eh kok goblin? Ah jangan-jangan kamu nonton dramanya juga ya, Tan?!" Lanjutnya lagi dengan mata berbinar.
Atan memutar kepala, "Hah? Goblin? Drama?" Gumamnya penuh tanya. Hingga akhirnya ia terpaksa mengiyakan pertanyaan Mika yang sepertinya memang menuntut kata 'Iya'.
"Iya, Mik! Sumpah dramanya bagus! Tapi sayang goblinnya kok gitu. Udah muka ampas, warna ijo, cebol, suka nyuri, ter--"
"Ha? Tan... emang ada ya goblin yang kayak gitu?" Potong Mika, melongo karena jawaban Atan sepertinya sangat berbeda dengan apa yang telah ia nonton.
Mika kemudian berpikir lebih lanjut, mungkin Atan menonton goblin lain.
"Eh?" Refleks Atan, terheran-heran dengan respon Mika.
Namun ia sadar, ke-sok tahuannya sepertinya salah.
Ia lalu menetralkan ekspresi lalu berdeham "Pokoknya tolak Ghifar," Jelasnya.
"Ah iya! Ta..tapi kenapa, Tan?"
"Gue kan pacar lo, Mik!"
Mika menunduk, "Tapi aku gak tega..."
"Jadi lo mau duain gue?"
Mika menghela nafas lalu mengangguk-anggukan kepalanya, "Oke. Aku ba--"
Atan membulatkan matanya tak percaya. "Mik, lo seriusan mau duain gue?!"
"Aku barusan mau yakinin diri sendiri kalo aku tuh bisa nolak Ghifar, Tan." Mika kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya, "Ih, kok bego." Lanjut Mika dengan gumaman pelan.
"Lagian lo ngangguk-ngangguk gitu." Sungut Atan jengkel.
"Hehehehe, Atan lucu deh.."
● ● ●
KAMU SEDANG MEMBACA
Masterpiece
Teen FictionMika, seorang gadis yang punya masalah dengan wajahnya. Tapi hal itu tak menghalanginya untuk mendapatkan seorang pacar. Atan, seorang remaja lelaki yang menyukai Mika ketika SMP. Dan ketika berada di kelas yang sama dengan Mika--tepatnya SMA kelas...