Seokjin berdiri terdiam di atap sekolah, sesekali ia menghela nafas. Ia menatap ke bawah, dimana siswa siswi Bangtan SHS sedang berlalu lalang. Tak sengaja ia menatap seorang yeoja yang sedang bercanda dengan temannya, dan yeoja itu terlihat bahagia. Ia terus menatapi yeoja itu. Dia adalah yeoja yang belakangan ini mengubah sikap dan cara pandangnya pada dunia ini. Yeoja polos yang selalu membuatnya diam tak berkutik jika bertemu dengannya. Yeoja yang selalu membuat jantungnya berdegub lebih cepat saat ia berada didekat yeoja tersebut.
Seokjin tersenyum, ya dia tersenyum kembali, senyum yang tak pernah ia perlihatkan pada siapapun. Senyum yang sama saat dia bersama dengan yeoja itu.
Mungkinkah aku mulai menaruh hati padanya?
Secepat ini kah aku menyukainya?
Seokjin menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran anehnya. Batin Seokjin bergejolak, ia memegang dadanya,
"Bahkan hanya memikirkannya saja aku sudah berdebar-debar" ucapnya sembari tersenyum.
Tapi,
"Aish. Lupakan perasaanmu Seokjin. Dia tidak mungkin menyukaimu. Lebih baik kau fokus pada ujianmu yang akan segera tiba" Seokjin menggelengkan kepalanya. Ia menghela napas kembali kemudian ia memakai headsetnya dan turun menuju kelasnya.
~~~
Bel pulang sekolah terdengar, tanda waktu belajar mengajar sudah usai. Para murid memasukan segala alat tulis mereka kembali kedalam tas dan bersiap-siap akan pulang.
"Jisoo-ya mari kita pulang" ajak Jiae
"Ah ne," angguk Jisoo.
Mereka berjalan berdampingan. Dua sejoli itu berniat akan pulang bersama hari ini, dan kalian tau sebenarnya rumah mereka berdekatan. Rumah Jiae terletak beberapa blok dari rumah Jisoo.
Saat mereka sedang asik bercakapan, tiba-tiba Hoseok datang dari belakang dan merangkul pundak Jisoo.
"Hai tuan Putri" bisik Hoseok tepat ditelinga Jisoo. Deru nafas Hoseok mengenai telinganya.
Jisoo bergidik, menatap Hoseok. Ia risih jika ada seseorang yang berbicara tepat ditelinganya.
"Eum, Hoseok-ah jangan terlalu berlebihan seperti ini" ucap Jisoo agak melepaskan rangkulan yang berada dipundaknya.
"Yak kuda, kau ini tak habis-habisnya ya menggangu temanku ini. Kalau kau suka cepat nyatakan padanya. Jangan terus-terusan menggodanya seperti itu" cerocos Jiae panjang lebar menatap tak suka Hoseok.
"Hah, tenanglah Jiae-ya. Sebentar lagi aku akan melakukan hal itu. Aku akan mendapatkan tuan putriku. Haha" Hoseok terkekeh.
Jisoo yang mendengar ucapan Hoseok terkejut. Ia tak percaya apa yang ia dengar. Ia tetap diam dan berusaha tak memikirkannya.
"Apa? Tuan Putri? Cih, yang benar saja" decak Jiae.
"Yasudah, apa kau mau pulang bersamaku soo-ya?" Tanya Hoseok menatap Jisoo.
"Eum, seper-"
"Tidak! Tidak kuda, Jisoo akan pulang bersamaku. Jadi kau tidak boleh membawanya. Mari Jisoo kita pulang," Jiae memotong perkataan Jisoo dan segera menarik lengan Jisoo berlari meninggalkan Hoseok.
"Yak! Jiae! Yak! Aish." Teriak Hoseok. Kemudian ia berlari mengejar mereka.
Mereka tak menyadari jika sejak tadi ada seseorang dibelakang mereka, orang itu Seokjin. Ia mendengar semua pembicaraan mereka, bahkan ia melihat Hoseok yang merangkul dan membisikan sesuatu kepada Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Life
FanfictionJika kamu harus memilih antara orang yang kamu cintai atau orang yang mencintaimu, mana yang akan kamu pilih?