Tragedi

738 42 12
                                    

Malam itu seorang gadis tampak tengah menunggu angkutan yang akan mengantarnya pulang ke kontrakan tempat ia tinggal. Dinara, begitulah gadis itu akrab disapa. Hari itu Dinara yang bekerja sebagai salah satu staf administrasi di sebuah perusahaan bonafid di kota itu terpaksa harus kerja lembur hingga malam menggantikan rekannya yang tidak masuk. Namun malang, kerja lemburnya ternyata berdampak pada kejadian ini dimana tak sebuah kendaraanpun yang lewat. Sudah berulang kali ia melihat arloji di pergelangan tangannya, dan jam menunjukkan pukul 22.00. Itu artinya dirinya sudah ± 3 jam menunggu angkutan. Akhirnya Dinara pun memutuskan untuk berjalan kaki. Siapa tahu saat ia tengah berjalan, ia bisa menemukan angkutan umum yang masih beroperasi.
Dinara terus melangkah menyusuri jalanan yang sudah sangat sepi itu. Sudah separuh perjalanan ia lewati namun tak tampak satu kendaraanpun yang lewat. Huft.. Dinara menghembuskan nafas lelah, mungkin itulah nasibnya hari ini harus pulang kerja dengan berjalan kaki.
Namun tiba-tiba dari arah belakang terdengar sebuah deru mobil. Dinarapun menolehkan pandangannya ke belakang dan mendapati sebuah mobil ferari yang melaju cukup pelan dan tanpa disangkanya langsung berhenti tepat di sampingnya.
Tiba-tiba Dinara merasakan sebuah perasaan yang tak enak. Ia merasa sangat was-was dan takut karena tingkah pengemudi mobil itu yang baginya begitu mencurigakan. Dinara memutuskan untuk bergegas meninggalkan tempat itu untuk menghindari hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Namun sebelum kakinya sempat melangkah sang pengemudi mobil itu keluar dan berjalan dengan sempoyongan menghampirinya. Dinara yakin bahwa pengemudi itu tengah dalam keadaan mabuk berat. Iapun segera melangkah mundur dan hendak mrninggalkan tempat itu. Namun lagi-lagi belum sempat Dinara melangkahkan kakinya sang pengemudi mobil telah lebih dulu mencekal pergelangan tangannya dan langsung menariknya lalu menghempaskannya pada badan mobil. Pengemudi itu yang merupakan seorang pria mendekatkan wajahnya pada wajah Dinara membuat Dinara mampu mencium hembusan nafasnya yang beraroma alkohol. Dinara meronta sekuat tenaga berusaha melepaskan diri namun sia-sia, tenaganya tak sebanding dengan tenaga pria itu.
"Tuan, saya mohon lepaskan saya.. Saya harus segera pulang.." Mohon Dinara. Ia begitu takut sekarang. Perasaan tak enak langsung menjalari hatinya begitu kuat. Ia sangat takut sesuatu yang diduganya benar-benar akan terjadi padanya. Namun bukannya melepaskan cekalannya, pria itu malah mendekatkan wajahnya pada telinganya dan menghembuskan nafasnya dengan sensual membuat Dinara merasakan gelenyar aneh dan dipenuhi perasaan yang berbeda. Perasaan yang belum pernah dirasakannya. Lalu pria itu menjilati daun telinganya dan sesekali menggigitnya pelan. Dinara berusaha meronta untuk melepaskan diri namun tetap sia-sia. Ia berusaha melihat wajah pria itu, tapi ia tak bisa. Suasana jalan yang gelap dan sepi membuat penglihatannya tak bisa bekerja dengan baik. Dinara semakin takut dengan perbuatan pria itu.
"Apa kesalahanku Anita?? Kesalahan apa yang telah aku perbuat hingga kau mengkhianatiku?? Padahal besok adalah hari pernikahan kita. Kenapa, Anita?!?!"
(Degg) Dinara tertegun mendengar ucapan pria itu. Ia dapat mendengar suara parau yang sarat dengan frustasi itu membuatnya merasa iba. Namun kesadarannya langsung kembali begitu ia merasakan tangan pria itu mulai bergerak-gerak nakal pada tubuhnya.
"Tuan.. Maaf.. Tapi saya bukanlah wanita yang anda maksud. Nama saya bukan Anita. Jadi saya mohon lepaskan saya. Jangan lakukan hal-hal yang tidak senonoh pada saya." Mohon Roshni dengan raut memelas dan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
"Kau harus dihukum Anita!! Kau harus mendapatkan hukuman yang setimpal!!" Geram pria itu dengan suara parau akibat pengaruh alkohol.
Lalu perlahan cengkeraman pria itu mengendur, namun bukan untuk melepaskan Dinara melainkan untuk membuka pintu mobil belakangnya. Lalu ia mendorong tubuh Dinara masuk membuat posisi Dinara terlentang dan langsung menindih tubuh Dinara. Perlahan pria itu melepaskan kamcing baju yang dikenakan Dinara membuat Dinara semakin meronta dan memohon-mohon untuk dilepaskan.
"Tuan.. saya mohon lepaskan sa.. mmpphh..." Pria itu langsung melumat bibir Dinara dengan kasar untuk melampiaskan seluruh amarah dan rasa frustasinya. Air mata sudah sedari tadi meleleh dari kelopak matanya. Jika ia tak bisa lepas maka bisa dipastikan bahwa kehormatannya akan direnggut secara paksa oleh pria itu.
Sesekali Dinara meringis kesakitan saat merasakan lumatan pria itu yang begitu kasar. Dinara tak henti-hentinya meronta dan memohon agar pria itu menghentikan aksinya. Namun semua itu sia-sia saja. Pria iti sama sekali tak menghentikan sentuhannya. Semakin Dinara meronta maka pria itu semakin kasar menyentuhnya. Sampai tiba-tiba pria itu langsung merenggangkan paha Dinara dan langsung memasukkan kejantanannya pada kewanitaan Dinara yang sempit. Dinara menjerit kesakitan saat merasakan ada yang memasuki kewanitaannya secara paksa.
"Kumohon jangan lakukan itu Tuan.. hikz.." Mohon Dinara dengan diiringi isak tangisnya.
Sampai akhirnya... "Srrreett..." Pria itu berhasil menembus penghalang tipis itu dan membuatnya menyatu sempurna dengan tubuh Dinara. Bersamaan dengan itu pula tetesan darah perlahan keluar dari dalam kewanitaan Dinara diiringi dengan jerit kesakitan dan isak tangis Dinara, Ya, Dinara menangis dan meratapi kehormatannya yang direnggut secara paksa. Dirinya benar-benar tak menyangka jika kegadisannya akan direnggut secara paksa seperti ini, bahkan oleh pria yang tak dikenalnya yang rupa wajahnyapun Dinara tak tahu. Pria itu mengerang tatkala mencapai puncak bersamaan dengan cairan hangat yang menyembur hangat tang dirasakan Dinara dalam kewanitaannya. Membuat Dinara semakin terisak tak berdaya. Ia merasa sangat hancur sekarang. Sesuatu yang sangat dijaganya kini telah tiada.
Maka begitu pria itu melepaskan penyatuan mereka, Dinara segera bangkit dan memperbaiki pakaiannya yang berantakan dan robek di sana-sini akibat perlakuan kasar pria itu. Dinara langsung keluar dari mobil itu dan berlari sekencang-kencangnya dengan isakan dan air mata yang terus mengalir. Tanpa disadarinya ada sebuah benda berharga miliknya yang tertinggal di dalam mobil itu di tempat pria itu yang kini langsung terkulai lemas dan tertidur.
.
.
MAAF BANYAK TYPO DAN BEGITU GAJE...

Loved The RapistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang