Who?
Haah
Sudah sekitar 10 menit lebih untuk hari ini. Gia merasa dari tadi ada yang memperhatikannya dan benar saja...sudah sekitar sepuluh menit atau mungkin sekarang sudah lebih dari sepuluh menit ada seorang yang memperhatikan gia.
Mata gia melirik kearah jam tiga dan mendapatkan sepasang mata itu masih memperhatikannya . Kali ini Gia menoleh ke kiri tepat kearahnya hingga 'cowok' itu membuang muka seakan tertangkap basah bahwa ia terlalu lama memperhatikan gia .
Gilian nauradityas . anak kelas X yang memang tak populer dan bahkan paras wajahnya yang bisa dibilang biasa saja dengan beberapa 'keunikan' baiklah coba kita deskripsikan. matanya yang coklat. Hidung yang tidak terlalu mancung ataupun pesek. Bibir oriental indo. kulit campuran putih dan sawo matang , dan rambutnya yang berwarna hitam alami sepunggung ditambah sedikit poni yang disisihkan ke belakang telinga.
Yaah.mau bagaimanapun gia termasuk cewek yang pasti nggak nyaman kalau terus terusan ditatap sama cowok. Gia bahkan mulai merasa seakan ada yang aneh dengan seragam SMA yang dikenakannya. Berbagai perkiraan mulai muncul di benak gia . entah seragam ini lebih kecil dari dugaannya, ah tidak juga. seragam berukuran L itu masih bisa dibilang kebesaran untuk tubuhnya. Apakah ada hewan atau serangga aneh atau tempelan sebagainya? Hoho ini masih istirahat pagi . hanya lala yang akan melakukan iseng seperti ituGia berusaha menghilangkan perasaan tak nyamannya itu karena bukan hanya gia yang ada di tempat ini... sebagian besar murid sedang menghabiskan waktu dan uangnya ,yaah dimana lagi kalau bukan di kantin .
Yang tidak enak bagi gia adalah dari tadi ia duduk sendirian di kursi paling ujung luar sebelah kanan membuatnya terlihat seperti patung penjaga di pinggir gapura.
Baiklah abaikan
Jika ada orang yang mengira kalau gia adalah gadis internet yang sedang mengasingkan diri ,orang itu salah tapi ada benarnya. Gia memilih tempat itu karena bila ia menunggu di kursi bagian tengah kejadian minggu lalu pasti akan terulang...
Oke. Simpan cerita itu untuk nanti
Mulai jenuh. Gia merasa heran. Mana anak pecicilan satu itu? Lala berjanji akan makan dikantin bersamanya dan mungkin dia akan mengajak beberapa teman kelas namun tak ada satupun yang datang hingga cowok tadi mulai bergeser kearah gia.
Keheningan menyelimuti mereka yang memang tak saling mengenal . walau sebenarnya tempat ini lebih seperti pasar dengan segala keributannya. posisi duduk mereka berjauhan tetap saja perasaan risih itu malah semakin mengusik Gia sampai sampai headset yang gia gunakan tak dapat membendung suara keributan yang secara alami ada karena murid yang sering kali tak mau mengalah saat memesan makanan di kantin.
"hai"
Sapaan itu terdengar di telinga gia lalu ia melirik sedikit kearah suara memastikan kalau ialah yang disapanya "hai... hai ...aku?" Gia balas dengan agak kikuk karena cowok itu terus menatap wajahnya. Cowok itu mengangguk tanda memang ialah yang menyapanya.
"Gak pesan makanan?" Tanya cowok itu membuka obrolan .
"Hmm ? Ah nggak. Lagi nunggu orang" jawab gia dengan ekspresi berusaha sedatar datarnya.
"Ngapain denger musik kalau suaranya pelan banget lagunya pasti bagus tapi, yaah sangat disayangkan" celetuk cowok itu membuat gia terheran ,langsung saja gia melihat ponsel yang dari tadi dimainkannya "sejak kapan volumenya jadi kecil dan lagi kok dia bisa tau?" Gia bertanya dalam hati. Cowok itu hampir benar , kalau menurut gia.
'canon' , salah satu alunan melody piano yang selalu gia dengarkan bila sedang merasakan hal yang membuatnya merasa tak nyaman .
Gia sempat termenung sambil menatap cowok yang dari tadi memperhatikannya "aish kenapa aku jadi ikut memperhatikannya?? Aku bahkan tak mengenalnya" seketika gia tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Each Of Us
Teen FictionKurasa tak perlu prolog yang menggambarkan seorang tokoh utama dalam sebuah cerita. karena masing-masing tokoh dalam cerita ini berhak untuk menjadi tokoh utama dari sudut pandang mereka masing-masing. Bahkan bila cerita ini terhenti. Setiap tokoh a...